32. Tak Pantas

81 13 3
                                    

Malam sebelumnya ....

Harsa meletakkan helm usai memarkirkan motor, di kawasan hotel bintang lima yang sedang mengadakan pesta ulang tahun salah satu putri semata wayang dari pemilik hotel tersebut.

Tadinya Harsa tidak akan datang jika bukan Rangga  yang mengundang. Bukan hanya karena kurang enak badan, ia juga sedikit betah diam di rumah setelah Zira pulang. Bahkan tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa sebelum datang ke pesta ini, Harsa lebih dulu melaksanakan salat isya. Kalian tahu dengan siapa?

Ya, Zira dan imamnya adalah Alkha.

Sesuatu yang tak pernah terlintas dari rencana hidupnya di hari ini atau besok, tiba-tiba saja terjadi bahkan tanpa paksaan sama sekali.

"Sa?"

Seseorang memanggil tepat di belakang. Tadinya hendak menengok tetapi Denis sudah lebih dulu berdiri di samping sambil merangkul bahunya singkat.

"Rangga gak bisa dateng," katanya memulai pembicaraan.

"Lah, dia yang undang gue ke sini padahal. Kenapa justru dia gak dateng?"

"Itu dia masalahnya, karena Rangga gak bisa, akhirnya dia pengen lo yang wakilin."

Harsa menaikkan satu alis, agak heran karena tidak biasanya Rangga seperti itu. Jika ini urusan pribadi yang melibatkan dirinya, maka Rangga pasti akan meninggalkan segala kesibukannya asal bisa datang ke acara pacarnya sendiri. Ya, yang berulang tahun malam ini adalah Alita Zaya. Pacarnya Rangga sejak enam bulan lalu.

"Sejak kapan acara ulang tahun pacar sendiri diwakilin temen? Gila ya si Rangga. Tar kalo Lita nangis-nangis gara-gara dia, harus gue juga yang tanggung jawab gitu?" ujar Harsa berapi-api. Bibirnya mencebik tatkala Denis membalasnya dengan kekehan.

"Sans Bro. Lagian masih ada hari besok kok, katanya sih ada urusan penting. Lita juga udah tahu soal ini."

"Urusan apa?"

Harsa sedikit curiga. Hal penting apa yang membuat Rangga melewatkan acara penting ini.

Namun, Denis mengedikkan bahu. "Entah?" Lalu melanjutkan, "Lagian lo juga tahu, 'kan, Rangga punya prioritas lain selain Lita? Apalagi Lita masih termasuk orang baru di hidup dia."

Denis menghela sambil menenggelamkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Tapi sayangnya kita gak tahu soal apa."

Benar juga. Kalau dipikir-pikir, Rangga memang selalu memercayakan apapun padanya bahkan tentang urusan sang pacar, aneh. Sampai ia maupun Lita kadang kala lebih dekat dari Rangga maupun Lita sendiri. Harsa menghela napas, jika bukan karena Rangga mungkin Harsa lah yang akan menjadi pacar Lita.

Drtt! Seperti tersetrum oleh kesadarannya sendiri Harsa bergumam, "Astaghfirullah." Seraya mengerjap cepat. Membuat Denis kaget sambil membulatkan matanya.

"Lo bilang apa barusan?" beonya menganga.

"Astaghfirullah?"

"Ha ha ha." Denis terpingkal-pingkal. "Lo habis kemasukan jin mana, heh? Kaget gue tetiba bibir lo lemes ngucap istighfar, bikin gue merinding, dah," ejek Denis sambil memeluk dirinya sendiri seolah benar-benar merinding. Apalagi Denis juga mulai sadar, akhir-akhir ini Harsa jarang terlihat di klub malam.

"Coba jujur sama gue, jangan-jangan sebelum ke sini lo salat dulu, yak?" tunjuk Denis masih dengan raut muka mengejek dan tatapan sok curiga.

Duk!

Harsa menjitak kepala Denis hingga si empunya mengaduh. Tangannya hendak membalas tetapi Harsa lebih dulu sigap menahannya. "Banyak bacot, lu!"

Lalu melangkah lebih dulu meninggalkan Denis, sebab jika sampai Denis tahu bahwa tebakannya benar. Maka Harsa pasti akan menjadi bulan-bulanan, sebab kegiatan itu sendiri seperti hal tabu dalam ruang lingkup pertemanannya. Maka aneh, jika dilakukan oleh salah satu di antara mereka.

Azeera & Brother's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang