BERANGKAT menuju kampus di pagi hari dan tentunya memeriksa forum universitas lebih dahulu hanya untuk mendapatkan kabar kehadiran dosen.
Semalaman, aku melihat isi ponsel yang di mana begitu berbeda. Contohnya dari isi galeri, begitu sedikit foto dengan karyawan bar, tetapi lebih banyak foto River bersamaku. Wajahku tampak ceria, bertolak belakang dengan sekarang yang tidak nyaman dengan pria itu. Tidak ada ingatanku mengenai semua ini. Rasanya sama saja seperti sebelumnya dan aku hanya bertempatkan di berbeda situasi. Setelah menelusuri beberapa applikasi lalu riwayat internet, aku menemukan forum yang berisikan berbagai informasi dan pengelompokkan sesuai kelas untuk pembagian pengumuman.
Sebelum semua itu, aku meminta River untuk pulang dan tidak berlama-lama di apartemen. Beberapa alasan kulontarkan, tapi begitu sulit untuk mengusirnya.
"Aku ada urusan pribadi, jadi ...."
"Urusan apa?" selanya dalam bertanya akan kedustaanku. Matanya memicing, rahangnya terlihat tegas seperti tengah menggertakkan gigi.
Aku berpikir begitu lama dengan melirik ke kiri, dan akhirnya menjawab, "Mandi dan tidur."
Alasan yang konyol. Aku tidak pandai berbohong di situasi seperti ini dan hawa canggung justru semakin meningkat.
"Ya udah." River mendengus, lalu melangkah pergi dan membuatku menutupi rasa lega. "Lo hari ini gelagatnya aneh. Tapi ... ah, lupakan. Gue cabut."
Bila aku mengatakan tengah hilang ingatan, kemungkinan saja dia tidak percaya dan tanggapannya akan sama seperti sebelumnya. Sebaiknya, aku yang beradaptasi dan tidak harus menghindar hingga membuatnya tersinggung. River tidak cepat tanggap atas keadaanku, dan sungguh berbeda dengan Kai.
Sungguh, pada saat ini aku benar-benar menahan diri untuk tidak merasa terpuruk atas stres yang menjalar ke dalam otak.
Pagi ketika aku melangkah masuk ke gedung fakulitas, terlihat seseorang tengah melambai ke arahku dan mulai berjalan mendekat. Rambut acak-acakan dengan wajah memasang seringai lebar, dan rupanya orang yang tengah kurindukan sejak kemarin telah muncul.
"Ganti jadwal masuk kampus?" tanya Kai sebelum berhenti di depanku.
Sepertinya aku salah melihat waktu masuknya kelas di forum. Melelahkan untuk melangkah ke bar setelah sampai ke sini.
Aku batal dalam menjawab pertanyaan Kai, akibat salah fokus akan pemandangan yang tidak indah dari koridor seberang. "Itu River?" tanyaku, sedangkan Kai ikut menoleh ke arah dua orang yang sedang berjalan secara bermesraan. "Sama siapa?"
Dia langsung merangkul dan membalik tubuhku ke arah kelas. "Bukan, kamu salah lihat."
Sesudah menepis dan berbalik, aku melihat pemandangan tadi dengan begitu jelas, kemudian menatap Kai kembali. "Aku serius."
Pria ini merasa keki dan pasti enggan berkata jujur karena mengetahui unsur pertanyaanku. Sebelum aku memiliki kesadaran tanpa ingatan di sini, mungkin saja hubungan buruk telah terjalani. Namun, aku merasa seperti tidak ada hak untuk berpikir jernih dalam memutuskan hubungan dengan River.
"Aku pergi dulu," kataku seraya melangkah pergi dengan hati yang gelap ke luar gedung fakulitas.
"Hati-hati, Ley!" seru Kai tanpa mendapatkan respons.
Tidak ada perasaan atau kenyamanan di kala aku bersama River. Meskipun begitu, aku tetap akan marah jika menjalani hubungan buruk seperti yang terlihat. Masalah ini harus dibicarakan nanti hingga rasa gelisahku terhentikan.
"Kenapa terlambat?!"
Baru saja memasuki bar dan hendak membuka loker, sebuah bentakkan amarah menjadi sambutan hangat yang mengejutkanku. Manajer tengah berdiri di dekat ruangan pribadinya dan memberi tatapan tajam. Sifatnya sangatlah berbeda dari yang kukenali sebelum ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu [ Ashley Lincate ]
Mistério / SuspenseAshley Lincate, wanita yang menghadapi hilangnya ingatan dan terjebak dalam siklus kematian melalui pembunuhan. Namun, dirinya berhasil bangkit ke realitas yang berbeda dari kehidupan sebelumnya. Entah itu dari segi pekerjaan, karakteristik, termasu...