Om Jeremy

71.5K 209 8
                                    

Vanessa disuruh mamanya mengantarkan makanan kepada Om Jeremy, adik dari mama Vanessa. Sepulang sekolah ia tidak mengganti seragamnya, melainkan langsung memesan taksi.

"Halo, Om?" panggil Vanessa setibanya di depan pintu rumah Jeremy. Ia tidak perlu mengetuk karena memang pintunya sudah terbuka. Rumahnya lebih mewah daripada rumah Vanessa.

Vanessa celingukan mencari keberadaan Jeremy, "Sayang banget kalo rumah sebesar ini Cuma ditempati Om Jeremy, pake LDR segala sih sama tante Catherine," gumamnya.

"Vanessa?" tanya suara yang deep dan berat.

"Oh, hai, Om Jeremy!" sapa Vanessa ceria. "Ini aku disuruh mama nganter makanan buat om."

"Iya, Mamamu merepotkan saja. Yuk masuk," kata Jeremy dengan menenteng tas berisi kotak makan di tangan Vanessa.

Vanessa berjalan di belakang Jeremy. Ia begitu mengagumi sosok lelaki itu. Posturnya tinggi tegap dan berkulit sawo matang. Badannya atletis karena sering nge-gym. Bahkan saat ini Jeremy topless dan memakai celana pendek yang ketat sehingga bagian intimnya tercetak jelas.

"Aduh!" kaki Vanessa tersandung sesuatu. Ia tidak tahu apa itu. Yang pasti saat ini ia sedang sendirian di dapur. Ternyata ia melamun dari tadi.

"Ke mana om Jeremy?" gumamnya.

Lantas Vanessa duduk di atas meja makan, kebiasaannya yang sulit sekali ia tinggalkan. Vanessa memejamkan matanya meresapi wangi yang tertinggal dari badan Jeremy. Kentara sekali kalau Jeremy selesai mandi. Ia jadi ingin merasakan pelukan dari lengan kekar Jeremy.

"Gimana ya rasanya tidur sama om Jeremy? Apa kontolnya gedhe banget?" gumamnya. "Ah, gue ngebayangin apaan sih," omelnya pada diri sendiri.

Tak lama kemudian, Jeremy datang membawa sebotol air mineral yang telah dibuka tutupnya. Saat ia menyerahkannya pada Vanessa, perempuan itu tidak bisa menerimanya dengan baik sehingga airnya tumpah membasahi dada hingga paha Vanessa. Reflek, Jeremy mengambil tisu dan menyeka badan Vanessa. Posisi mereka begitu dekat hingga pandangan mereka bertemu.

"Kamu semakin cantik, Vanessa!" puji Jeremy saat memandang wajah Vanessa.

Lalu, tatapannya mengikuti alur jatuhnya air di badan Vanessa.

"Dan semakin dewasa," katanya sebelum meneguk ludah memandangi seragam Vanessa yag begitu melekat sehingga menampilkan lekukan badan Vanessa yang menggiurkan.

"Ehm, Om bisa aja," kata Vanessa yang merona.

Entah siapa yang memulai, bibir mereka sudah saling mencecap satu sama lain. Jeremy melumat bibir sensual Vanessa dengan lembut hingga perempuan itu terbuai dan membuka mulutnya. Jeremy tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, lidahnya langsung menerobos membelit lidah Vanessa. Ciuman yang awalnya mesra berubah semakin panas dan menuntut. Jeremy seakan lapar sehingga begitu rakus melahap bibir Vanessa.

Vanessa meremas pundak Jeremy, tanda ia mulai kehabisan napas. Jeremy melepas ciuman mereka. Nampak napas keduanya terengah-engah dengan air liur yang menetes. Menurut Vanessa, Jeremy begitu lihai berciuman, beda dengan pacarnya.

Jeremy melanjutkan kembali ciumannya. Vanessa melingkarkan tangannya pada leher Jeremy.

"Ehhmmm," desah tertahan Vanessa.

Vanessa membelai lembut rahang kokoh Jeremy. Sedangkan Jeremy mengelus punggung Vanessa. Tangan satunya semkin menekan belakang kepala Vanessa untuk memperdalam ciuman mereka.

"Hmmpppph,"

"Akhmmmmphph!" jerit tertahan Vanessa saat Jeremy tiba-tiba meremas agak kuat payudara Vanessa.

VanessaWhere stories live. Discover now