Om Jeremy (3)

45.9K 152 2
                                    

"Sudah bangun, Sayang?" tanya seorang laki-laki bersuara berat dan dalam.

Atensi Vanessa yang baru membuka mata teralihkan pada sosok lelaki bertubuh atletis yang sedang duduk di sofa dengan sebatang rokok yang terselip di antara jemarinya. Lelaki itu menatapnnya dalam dengan satu sudut bibir yang terangkat. Dapat Vanessa lihat otot pundak, dada, dan lengan lelaki itu yang begitu liat karena bertelanjang dada. Perutnya tercetak 6 kotak. Ah, dan jangan lupakan sesuatu yang menggunung di bawah perut lelaki itu. Melihatnya membuat pipi Vanessa merona dan tubuhnya meremang. Ia tidak menyangka bisa memadu kasih dengan omnya sendiri.

"Sudah, Om," jawabnya pelan.

"Mandilah. Sudah kusiapkan air hangat di bath up. Kau bisa berendam di sana. Kau pasti tidak nyaman dengan tubuh yang lengket sisa semalam," kata Jeremy seraya menyeringai.

Vanessa mengangguk kemudian menarik selimut untuk membungkus tubuhnya yang telanjang. Kemudian, ia berjalan ke kamar mandi dengan menahan nyeri di intinya.

"Sepertinya kau kesulitan untuk berjalan, Baby? Perlu bantuan?"

"Ah, tidak, Om. Aku bisa sendiri."

Jeremy tersenyum melihat tingkah Vanessa. Padahal ia sudah melihat dengan jelas tubuh Vanessa, tapi perempuan itu masih menutupinya dengan selimut.

Vanessa masuk ke kamar mandi dengan meninggalkan selimut yang tebal itu di luar. Ia mengunci pintu kemudian masuk ke dalam bath up. Matanya terpejam menikmati relaksasi pada tubuhnya, terutama kewanitaannya.

Matanya tiba-tiba terbuka ketika mendengar suara 'klik', namun tidak ada yang terjadi.

"Ah mungkin perasaanku saja."

Baru saja matanya terpejam, ia kembali dikejutkan dengan pintu yang terbuka. Nampak sosok lelaki yang semalam menyetubuhinya.

"Om?"

"Aku juga ingin mandi, Baby. Lebih baik kita mandi bersama, supaya lebih efektif," kata Jeremy dengan senyum penuh arti. Ia melepas handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya kemudian ikut masuk ke dalam bath up yang sama dengan Vanessa hingga air meluap dan tumpah ruah.

"Om, nggak cukup."

"Cukup, Sayang. Percayalah."

"Untuk apa kau tutupi tubuhmu yang indah itu? Aku sudah melihat semuanya," tanya Jeremy saat melihat Vanessa meraup busa sebanyak-banyaknya untuk menutupi tubuhnya.

"Kemarilah!" perintah Jeremy. "Aku hanya ingin membantu menyabuni punggungmu," sahutnya lagi saat melihat Vanessa masih bergeming.

Akhirnya Jeremy menarik tangan Vanessa dan membalik tubuh perempuan itu hingga memunggunginya. Ia meraih sabun cair dan menuangkannya di atas tangannya. Lalu, ia menyabuni punggung, pundak, tangan, dan perut Vanessa. Ia juga sekalian memijat lembut sekujur tubuh Vanessa. Tangannya bergerak membelai dan meremas lembut bukit kembar Vanessa. Jujur Vanessa merasa terangsang saat jemari omnya bergerak aktif memilin putingnya.

"Nnngg.. sudah, Om," desahnya seraya menahan tangan Jeremy untuk tidak bergerak lagi.

"Nikmati saja, Sayang," bisik Jeremy sensual di telinga Vanessa. Lidahnya turut menggelitik daun telinga Vanessa.

"Ahh.." desahan Vanessa semakin kencang saat remasan di payudaranya begitu kencang disertai dengan Jeremy yang menghisap lehernya.

Tubuh Vanessa berjengit saat jemari Jeremy menyentuh itilnya, mempermainkannya, dan menggosoknya dengan sangat cepat. Tiba-tiba telunjuk Jeremy masuk dan bergerak begitu cepat di dalam memek Vanessa yang sudah banjir lendir.

"Ahh.. ahh.. ahh.." Vanessa mendesah patah-patah. Belum lagi pundaknya yang diciumi oleh Jeremy. Dapat ia rasakan sesuatu yang mengganjal di belahan pantatnya.

VanessaWhere stories live. Discover now