Papa

49.8K 130 8
                                    

"Ma, Pa, aku pulang!" seruku seraya menutup pintu dan berjalan ke dalam rumah.

"Sepi banget! Udah pada tidur kali ya," gumamku mengedarkan pandangan. Lampu sudah pada dimatikan. Aku melihat jam tangan yang melingkar di tanganku. "Udah jam 10 malem sih."

Aku melenggang menuju kamarku di lantai dua. Aku sendiri baru pulang dari main ke Mall bersama Stella. Namun, aku mendengar sesuatu saat melewati kamar orang tuaku.

"Aahh.." aku mendadak berhenti. Kutajamkan pendengaranku. Itu suara mama. Apa aku salah dengar?

"Ooohh..." nah ini suara Papa.

Wah aku tau nih mereka sedang apa. Tapi baru kali ini aku mendengarnya. Aku ingin mengintip tapi takut ketauan. Kulihat pintu kamar mereka tidak tertutup rapat. Ada celah sedikit yang memungkinkan aku untuk melihat keadaan di dalam sana. Kuputuskan untuk mengintip saja. Aku terlalu penasaran.

PLOK! PLOK! PLOK!

Bunyi benturan dua kelamin yang berbeda. Nampak mama tengah menungging dengan tubuh terhentak-hentak dipompa Papa dari belakang. Sedangkan papa mengocok mama sembari meremas pantat mama yang besar. Kuakui pantat mama memang bahenol walaupun dada mama tidak seberapa besar. Mungkin ukuran dadanya sama sepertiku saat ini, 34D.

Dari posisi ini, aku bisa melihat dengan jelas kemaluan papa yang keluar masuk kemaluan mama. Aku terbelalak saat melihat kemaluan papa yang begitu besar, kuat, dan kokoh. Urat-uratnya begitu menonjol di sekujur batangnya.

"Ah mama pasti puas banget digenjot papa tiap hari," gumamku. "Gila! Papa keren, ganteng, dan gagah banget kalo gini."

Memang papa rajin olahraga sehingga tubuhnya terbentuk dengan sempurna. Nggak heran kalo staminanya juga sangat terjaga.

"Uuhh.. Mas.. kuat sekali!" mama mendesah keenakan.

"Oouhh.. ini sangat enak, Ma.." erang papa.

Melihat permainan mereka secara langsung seperti ini membuatku panas dingin. Apalagi aku sudah lama tidak berhubungan badan dengan Kak Marcell karena dia sedang sibuk. Tanpa sadar aku membuka kancing blusku dan meremas dadaku.

"eehmm.." lenguhku tertahan.

Kuraba dan kuremas tubuhku sendiri. Kubelai kemaluanku dan kumainkan itilku. "Mmm.."

Kuselipkan jariku ke liangku dan kukocok seiring dengan pompaan papa di kemaluan mama. Nampak papa sedang meremas kuat dada mama dan kocokan kemaluannya semakin cepat.

"Mmmhh.. lebih cepat, Mas.."

"Begini, Ma?" tanya papa seraya menumbuk kemaluan mama dengan sangat liar.

"Mmpphh.. yahh begituuhh.."

Mereka bergerak semakin ganas. Papa mencengkram pinggul mama dan melesakkan miliknya dengan sangat dalam. Akupun semakin cepat mengocok kemaluanku sendiri. "Aauhhh.."

"Aaargghhh!" lenguh mereka berdua. Tubuh mama bergetar dengan hebatnya. Bahkan cairan mereka sampai meluber hingga ke paha mama dan tumpah ke atas kasur.

Aku masih berjuang mendapatkan pelepasanku. Aku semakin bergairah saat melihat papa mencabut miliknya sehingga aku bisa melihat kemaluan papa yang masih berdiri. Mirip dengan milik om Jeremy. Bedanya, milik papa sedikit lebih kecil dan ujungnya melengkung ke atas.

Aku reflek menghindar saat papa menoleh ke arah pintu. Aku sembunyi di belakang sofa sampai beberapa lama. Takutnya, papa keluar untuk memeriksa keadaan. Setelah kurasa keadaan aman, aku ngacir ke kamarku sendiri.

"Tadi papa sempat ngeliat aku nggak ya?" gumamku. "Ah semoga aja nggak."

Aku kembali menggerayangi tubuhku dan membayangkan papa sedang menyetubuhiku hingga aku meraih pelepasan. Aku jadi tidak bisa tidur setelahnya karena membayangkan milik papa yang besar itu mengaduk kemaluanku.

VanessaWhere stories live. Discover now