Sebuah rumah besar berdiri di salah satu sudut kota Jogjakarta. Seorang pria dan wanita paruh baya tengah duduk di teras belakang. Mereka menatap ke arah berbungaan yang mekar begitu indah di halaman rumah yang mereka tata sendiri.
"Besok aku mau beli bunga mawar kuning ah Pap. Kayaknya bagus deh kalau ditaruh di sudut sana." Wanita berusia 40 tahunan, dengan tatatpan sayu dan wajah yang lembut itu bernama Ratih, dia menunjuk ke salah satu sudut di taman yang masih kosong.
"Kamu beli aja, besok aku anterin kalau kamu mau." Dan yang menjawab ini adalah Bramantyo. Suami dari Ratih, pria berusia 50 tahun itu berbicara tanpa menatap ke arah sang istri. Dia sedang membaca artikel bisnis dari tab yang berada di genggamannya.
Saat itu, seorang pria bertubuh tegap dengan lesung pipi berjalan masuk menghampiri. Dia adalah Juniar, kakak dari Rei. Pria itu duduk di hadapan kedua orang tuanya Ia lalu meletakkan sebuah amplop berisi foto-foto di atas meja. Jun baru saja tiba dari Jakarta untuk menjenguk kedua orang tuanya.
"Bun, Yah?" Sapa Jun.
"Hei, Kamu kapan datangnya Jun?" Ratih bertanya, seraya mengambil amplop coklat yang tadi diletakkan oleh putra sulungnya.
"Aku baru datang kok Bun. Kemarin harus ke Bandung, sama ngurus ke Singapur. Dan aku baru ke Jogja pagi tadi."
Ratih menganggukkan kepala, kemudian membuka amplop coklat itu. Ratih sudah tahu apa isinya, itu pasti adalah foto-foto dari Rei dan Strawberry. "Oh my.., cucu aku udah gede banget. Pap, kamu coba lihat ini foto cucu kamu udah gede banget."
Bram menatap sekilas, kemudian ia menatap ke arah putra sulungnya. "Urusan di Singapura udah beres?"
"Udah, kita jadi kontrak kerjasama sama brand itu. Dan dia mau kerjasama perusahaan kita buat antar dan kirim barangnya nanti."
"Adik kamu gimana? Dia masih kerja di tempat temanmu itu?" Bram sebenarnya peduli tentang Rey hanya saja ia keras kepala dan memilih untuk membiarkan putrinya itu hidup sendirian selama lebih dari 7 tahun ini.
"Ya biasa Yah, masih juga kerja di sana. Cuman beberapa waktu ke belakang Ini, Sinta udah nggak bisa bantuin jagain Strawberry lagi. Kayaknya dia pulang kampung deh. Aku juga kurang tahu dia ke mana. Tapi kata mata-mata aku, dia sekarang pergi ke mana-mana sama anaknya, karena nggak ada yang jagain." Jun memberitahu semua tentang adiknya. Karena meskipun Rei tidak mau kembali ke rumah, Bram meminta Jun untuk tetap mengawasi adik perempuannya.
"Udahlah Pap. Sampai kapan kamu mau terus bertahan sama pemikiran kamu? Dari cucumu bayi, sampai sekarang dia udah sekolah, kita belum bisa ketemu. cuman gara-gara kamu egois dan kekeh sama pendirianmu itu." Ratih sebenarnya sudah lama sekali ingin menghampiri putri bungsunya. Hanya saja Bram melarang, karena Rei telah keluar dari rumah. Seolah ia tak membutuhkan lagi keluarganya hanya demi seorang laki-laki.
"Bunda benar Yah, Mau sampai kapan kita pura-pura cuek kayak gini? Ini udah 7 tahun sejak Rei kembali ke Indonesia. Masa kita mau pura-pura cuek dan nggak peduli terus?"
"Adikmu sendiri yang memilih untuk keluar dari rumah. Terus Ayah harus kayak gimana?" Bram bertanya kepada Jun, karena jujur saja ia merasa sakit hati kepada Rei. Namun, jauh di dalam hatinya pria itu tetap sangat menyayangi raih sebagai seorang putri.
Ratih menghela nafasnya. "Sebagai orang tua, ya kita wajib memaafkan anak kita Pap. Umur kita udah nggak muda lagi, kamu tahu kalau Rei, sama kayak kamu— keras kepala. Dan aku yakin dia juga malu sekali untuk datang ke sini." Ratih mencoba untuk membujuk sang suami. Entah sudah berapa ratus kali ia mencoba itu, hanya saja hasilnya selalu mikir.
Bram kemudian mengambil foto yang tadi diberikan oleh Jun. Pria itu melihat wajah dari sang cucu, begitu menggemaskan. Ada perasaan ingin memeluk, dan berkenalan langsung dengan Strawberry.
"Bunda bener. Seharusnya, kita maafin aja dan biarin dia kembali lagi sama kita. Emangnya Ayah nggak kasihan? Udah dia ditinggalin suaminya yang selingkuh sama perempuan lain, sekarang keluarganya sendiri malah ngejauhin." Jun mencoba membujuk lagi. sejujurnya juga ingin bertemu kembali dengan adik bungsunya itu. Tapi ia selama ini mengikuti arahan sang ayah untuk diam dan mengabaikan. Berharap Rei yang datang sendiri.
Bram berdiam sejenak, dia memikirkan apa yang dikatakan oleh putra dan juga istrinya. Bukan Hanya mereka berdua Bram juga merasakan rindu yang teramat sangat. "Kalau gitu, besok kita ke Jakarta."
***
Sementara itu pagi ini Rei tengah membuat sarapan untuk Bebe. Lalu si cantik Bebe, sedang menonton kartun sambil meminum susu cokelat. Sebenarnya ini sudah hampir masuk jam makan siang, mereka berdua terlambat bangun, karena menonton film anak hingga tengah malam dari laptop milik Rei.
"Mami! Sudah belum nasi gorengnya?!"
"Wait, Bebe. Mami tinggal goreng sosis aja nih." Rei berseru dari dapur.
Setelah masakan selesai, ia berjalan menuju ruang tengah dan duduk di samping putrinya. Rei meletakkan piring berisi nasi goreng di atas meja. Nasi goreng buatannya selalu menjadi kesukaan dari Bebe.
"Ditaruh dulu remotenya, terus makan, Jangan lupa berdoa sebelum makan."
Bebe segera melakukan apa yang diminta oleh sang ibu. Gadis kecil itu kemudian berdoa, setelah berdoa ia mengambil piring dari atas meja dan segera melahap nasi goreng.
"Enak?" tanya Rei.
"Enak! Mami You are the best." Puji Bebe sambil mengangkat kedua ibu jarinya.
"Thank you my Bebe." Rei bergerak mengecup kedua pipi Bebe.
Strawberry menatap ibunya beberapa kali, dia terlihat ingin mengatakan sesuatu tetapi kemudian mengurungkan niat. Rei melihat gelagat aneh dari putri kesayangannya. Rei menatap arah Strawberry dan membelai lembut pipi anaknya itu.
"Kenapa sayang? Bebe mau ngomong apa?" Rei sangat mengerti dan tahu kalau ada yang akan disampaikan oleh Bebe.
"Mami? Boleh kita jalan-jalan ke tempat yang ada hewan-hewannya? Aku mau ke sana, kemarin Clara bilang kalau dia ke tempat yang banyak hewan-hewannya." Bebe memohon kepada sang Mami, sambil mengunyah nasi goreng di dalam mulutnya yang menyebabkan pipinya menggembung.
Rei belai lembut rambut Bebe, kemudian anggukan kepala. "Boleh. Nanti kalau Mami liburan, kalau ada rezeki dan waktu kita ke sana ya. Mudah-mudahan minggu depan. Ya?"
Seketika saja mata Strawberry berbinar, anak itu menganggukkan kepalanya terlihat sangat senang dengan jawaban yang diberikan oleh sang mami. Rei juga senang karena ia bisa menuruti permintaan sederhana putrinya.
"Thank you mami."
"Sama-sama sayang."
Saat sedang menyantap sarapan, tiba-tiba saja pintu di ketuk.
"Siapa itu mami? Jangan-jangan itu tante Sinta?" Bebe berharap kalau itu adalah Sinta yang datang. Tapi sepertinya tidak mungkin, karena Sinta masih akan lebih lama lagi di kampungnya.
"Kamu di sini dulu ya nak. biar Mami yang buka pintunya. Habisin makannya." Rei segera bangkit dari duduknya untuk berjalan membukakan pintu.
Berjalan menuju pintu masuk, Rei segera membukakan pintu. Dia cukup terkejut dengan sosok yang kini berdiri di depan pintu.
"Mas?"
***
Yang mau baca lebih cepat bisa baca di karyakarsa ya kak..udah aku update sampai bab 44.. terima kasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
one night stand with janda Gendut
Romance🍓Sudah tamat di karyakarsa 🍓 Reisya Clemira terbangun dengan Persentase 0% benang melekat pada tubuhnya. Tatapannya mengedar lalu menemukan sebuah note tertempel di cermin. Dengan menutupi tubuh dengan selimut, ia berjalan, lalu mengambil kertas t...