Winrina Version
Setelah memungut jaketku yang tergeletak di lantai, aku mengusap wajah serta merapikan rambutku yang berantakan. Aku menatap alas tempat tidur yang tampak tidak rapi. Aku menghela napas berat. Meskipun ini bukan yang pertama kali, mengapa perasaan bersalah masih menghantuiku?
"Aku sudah muak dengan semua ini, Winter!" suara yang keras terdengar dari mulut wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi. Aku menatapnya datar seraya berusaha memakai kedua stiletto di kakiku.
"Kapan kau akan memberitahunya?" wanita di hadapanku menuntut.
"Secepatnya," jawabku singkat.
"Kau terus memberi jawaban yang sama selama enam bulan ini!"
"Tidak semudah itu, tapi aku akan mengatakannya. Kau harus memberiku waktu sedikit lagi."
"Aku tidak ingin menjadi simpananmu lebih lama lagi," teman wanitaku ini berbicara keras. "Kau katakan padanya dalam minggu ini atau hubungan kita selesai."
"Oh, come on Chaewon-ah!" tukasku lalu berdiri dan menghampirinya. Ia menatapku sinis.
"Tidak!" ia bersikeras. "Awalnya memang mengasyikkan berkencan diam-diam, tapi aku rasa kini sudah terlalu lama."
Aku hanya terdiam di tempat ketika ia meninggalkanku sendirian dan berjalan menuju pintu kamar hotel. Dan sebelum keluar dari ruangan ini, Park Chaewon kembali berkata padaku.
"Ceraikan Karina, Winter. Jangan menjadi egois."
**
"Selamat malam, Nyonya Winter."
Seperti biasa, seorang housekeeper menyambut kedatanganku dan tersenyum ramah. Pekerjaanku sangat lelah dari hari ke hari namun aku memiliki segalanya. Aku hidup berkecukupan dan membuat orang-orang berpikir aku dan keluarga kecilku bahagia.
"Terima kasih," ucapku dengan suara lelah. "Dimana Karina dan Ella?"
"Nyonya Karina sudah masuk kamar, Nyonya. Dan Nona Ella sudah tidur. Apa Nyonya ingin makan malam? Saya bisa menghangatkannya."
"Tidak perlu, Chun Hyang. Kau boleh istirahat sekarang."
Awalnya aku ingin melihat Ella di kamarnya. Tapi mungkin ia sudah tertidur lelap sekarang. Aku tidak ingin membangunkannya. Jadi aku melangkahkan kaki ke kamar utama, kamarku dan Karina.
Aku membuka pintu perlahan dan melihat Karina tertidur dengan sebuah buku di tangannya. Kacamata bacanya bertengger di hidung dan rambutnya sudah berantakan dalam posisi tidur yang setengah miring. Begitulah pemandangan yang selalu kulihat akhir-akhir ini.
Saat aku melangkah masuk, Karina bergerak. Ia menyadari kedatanganku dan perlahan membuka matanya.
"Hai," sapanya dengan suara lembut.
"Hai," bisikku.
Perutku seolah diikat erat ketika teringat peringatan Chaewon. Aku sadar bahwa sudah saatnya aku mengatakan hal ini. Sudah tidak ada lagi chemistry yang kurasakan. Tidak ada lagi moment-moment indah yang terjadi. Semuanya...membosankan. Jadi aku hanya berdiri menatap sepasang mata coklat itu dari tengah ruangan. Sebagian diriku masih mencintai wanita yang telah menemaniku selama 6 tahun ini. Namun sebagian diriku lainnya sudah tidak merasa kami bahagia. Setidaknya aku yang tidak bahagia.
"Winter, ada apa?" tanya Karina lalu meletakkan bukunya di atas nakas.
"Karina, kita harus bicara," suaraku sudah terdengar gugup.