Minato memasuki istana Kushina sesaat setelah pintu terbuka. Pintu di belakangnya tertutup dan dia melangkah dengan tegap. Istana ternyata penuh dengan penyusup. Di sepanjang dia berjalan tegak di lorong menuju istana Kushina, sepuluh prajurit ingusan berusaha menyabotase malam ini dan pengawalnya yang lebih sigap, menggagalkan upaya konyol itu.Dia memasuki kamar Kushina. Dan di sana, dia bisa melihat Kushina berdiri tegak. Yukata merah sederhana membalut tubuhnya. Jubah kebesarannya begitu mewah. Perut buncitnya mengacung, seolah tak mau kalah menampakkan eksistensinya. Dan mahkota di kepalanya, yang menambah keindahan rambut merahnya yang terurai panjang.
Minato berdiri di depan Kushina dengan tatapan penuh kekaguman di matanya. Kushina mendongak, menghadapinya dengan penuh percaya diri. Minato berjungkok dengan salah satu lututnya, lalu mencium jubah kebesaran Kushina. Kushina mengulurkan tangannya dan Minato mencium punggung tangannya lembut.
"Hanya Tuhan yang tahu hari-hari di mana saya sangat merindukan anda." Kata Minato dengan tatapan memuja ke wajah Kushina.
"Anda adalah pangeran permaisuri kebanggaan saya. Anda juga tahu bahwa saya selalu mengharap kehadiran anda."
Minato mengangguk.
"Bantu saya untuk duduk."
Minato berdiri, lalu memapah Kushina menuju ke tatami. Dia membantu Kushina untuk duduk dengan nyaman. Dia duduk di samping Kushina, merangkul Kushina dan kepala wanita itu akhirnya jatuh di dadanya.
Pelayan menyajikan ocha. Lalu pemain kecapi mulai memainkan musiknya. Minato mengambil gelas lalu mengulurkan ke mulut Kushina.
Kushina bisa merasakan kelembutan rengkuhan tubuh Minato dan mulai nyaman. Dia meminum ocha yang disodorkan oleh Minato. Dan Minato mencium pucuk kepalanya.
Kushina mendorong gelas dari mulutnya. Minato meletakkannya di meja lalu mendongakan wajah Kushina dan membelai pipinya. Pipi wanita ini agak tembem sekarang. Mungkin pengaruh kehamilan. Kushina juga mengelus pipi Minato.
Musik yang lembut membuat mereka terseret oleh romansa. Mereka berciuman. Kushina menikmati ciuman Minato. Nafasnya memberikan irama manja. Minato merelai ciuman itu dan tersenyum lembut.
"Minato..., Sesaat aku lupa akan cintamu. Maafkan aku."
Mata Minato begitu meneduhkan. "Saya mengerti." Dia mendesah. Dan melihat makanan yang masih utuh di meja, Minato mengambil sumpit dan menyumpit sepotong daging,"Anda harus makan. Putra mahkota mengkhawatirkan kondisi kesehatan anda."
"Naruto?"
"Ya, siapa lagi?" Minato menyuapkan daging ke mulut Kushina. Kushina membuka mulut untuk menerimanya dan mengunyah daging itu.
"Apakah enak?"
"He em," Kushina mengangguk.
"Baiklah, aku suapi anda sampai kenyang."
Kushina tersenyum mengiyakan. Minato menyuapinya dengan sabar. Ketakutan Kushina sirna seketika. Yang ada kini hanya rasa bersalah. Dialah yang mendua di sini. Dia menyia-nyiakan cinta Minato hanya dengan dalih kesepian. Dan rasa bersalah membuat Kushina ingin mendekap Minato malam ini.
Kushina mengelak sumpit dengan nasi yang disodorkan oleh Minato. Dia menatap Minato dan berkata,"Minato...," Tatapan matanya berbinar indah,"Bahagiakan aku malam ini. Sekarang."
Minato meletakkan sumpit. Dia meraih Ocha dan meyodorkan di depan Kushina. "Minumlah dulu, ratu."
Kushina mengangguk. Dia menerima gelas itu dan berkata. "Ya, kau juga."
Minato tersenyum. Dia mengambil gelas lain yang diisi ocha oleh pelayan. Dan meminumnya bersamaan dengan Kushina.
Gelas sudah ada di meja. Minato berdiri, lalu mengangkat tubuh Kushina di dadanya. Kushina merasa nyaman di pelukan Minato. Dia menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. Dan Minato melangkah ke futon mereka. Pelayan menutup tirai di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire Of Kingdom
FanficTak ada yang tahu sampai di mana desiran hati itu berakhir