Prilly masih menangis sesenggukan saat Ali membantunya untuk duduk sambil bersandar pada ranjang. Mereka sama-sama masih dalam keadaan telanjang. Ali sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menatap tubuh molek wanita yang baru saja ia perawani.Sialan!
Mengingat hal itu kembali membuat kepala Ali berasap. "Jadi kenapa kau melakukan ini?" Suara berat Ali terdengar membuat Prilly menoleh menatap laki-laki itu dengan mata bulatnya. "Melakukan apa?" Tanyanya bingung.
"Sex!" Jawab Ali frontal.
Wajah Prilly seketika memerah, ia baru sadar jika saat ini mereka masih sama-sama telanjang bahkan Prilly tanpa sengaja menoleh menatap sesuatu yang keras dan panjang yang menggantung di antara paha pria itu.
Prilly berdehem pelan, ia sudah mengambil keputusan ini jadi tidak ada yang perlu dipertanyakan kembali. "Aku hanya ingin mencoba sesuatu yang baru." Jawab Prilly sesantai mungkin.
Matanya bergerak kebawah menatap bagian intimnya yang masih berlumur darah. Seketika Prilly meringis saat melihat darah yang keluar dari lubangnya, mengingat bagaimana panjang dan besarnya benda 'itu' jelas ia berdarah sampai seperti ini.
"Dan kau menjadikanku sebagai bahan percobaan?" Suara berat Ali kembali terdengar.
Prilly mengalihkan pandangannya kini matanya beradu dengan mata tajam Ali, mereka sama-sama dalam keadaan telanjang tapi harus membahas pembahasan yang menurut Prilly sama sekali tidak penting. Bukankah mereka sudah sepakat untuk melewati malam panas ini?
"Kau juga menikmatinya." Sahut Prilly dengan berani. "Bahkan kau menjadi yang pertama untukku. Apa itu masih kurang?" Tantang Prilly dengan nada jengkel. Bagaimana ia tidak jengkel, setelah pecah perawan bukannya ditenangkan ia justru di interogasi seperti ini, memangnya apa yang salah dengan keperawanannya?
Mafia tampan itu terlihat frustasi menghadapi perempuan didepannya ini. Selama ia mengenal ratusan perempuan hanya perempuan ini yang menanggapi masalah sebesar ini dengan begitu tenang. Ali memang bajingan tapi ia tidak pernah menginginkan keperawanan karena ia tahu kehormatan perempuan itu akan menjadi milik suaminya kelak dan sekarang kenapa ia merasa dirinya harus bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi? Ia yang mengambil keperawanan wanita ini dan itu artinya ia harus menikahi perempuan berotak udang ini?
Sialan!
Brengsek!
Ali terus mengumpati dirinya di dalam hati sedangkan Prilly tampak keheranan menatap pria tampan yang terlihat sangat frustasi ini. Seharusnya dia yang frustasi karena sudah memberikan kehormatannya pada pria yang sama sekali tidak ia kenal ini.
"Jadi mau lanjut atau cukup disini?" Akhirnya Prilly bersuara yang membuat Ali menoleh menatapnya tajam.
"Lanjutlah!" Sewot pria itu sambil beranjak mendekati Prilly yang sudah berbaring di ranjang.
Ali tidak ingin memusingkan bagian keperawanan yang pasti malam ini ia ingin menghabiskan waktunya dengan wanita cantik tapi berotak udang ini.
"Pelan-pelan yang tadi itu menyakitkan sekali." Omel Prilly ketika Ali mulai membuka pahanya kembali.
Ali menatap wajah cantik Prilly dengan penuh peringatan. "Aku tidak tahu ini pertama kali untukmu." Jawab Ali apa adanya. Ia terbiasa meniduri wanita-wanita dewasa bukan gadis perawan seperti Prilly.
"Eum aku mengerti lagipula aku juga salah tidak memberitahukannya terlebih dahulu." Balas Prilly enteng.
Ali nyaris kembali frustasi melihat bagaimana santainya wanita ini menanggapi momen sakralnya ini namun sebelum mulutnya kembali mengoceh, Ali sudah terlebih dahulu dikejutkan dengan tubuhnya yang seketika didorong oleh wanita ini. Belum hilang keterkejutannya karena Prilly tiba-tiba berada diatasnya, Ali kembali mengumpat saat Prilly tiba-tiba memasukkan pusakanya ke dalam inti wanita itu dalam sekali sentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mafia
RomanceNext story yang menceritakan tentang seorang mafia yang jatuh cinta pada seorang gadis setelah mereka melalui malam panas tanpa kesengajaan. Jangan lupa vote dan komennya yaaa..