4.

950 119 7
                                    

..

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hari ini, Ricky habiskan waktunya sendirian. Sebab Gyuvin tengah pulang ke rumah dan Wonyoung yang ada jadwal kelas hingga sore.

Tak sadar kedua tungkai berjalan hingga ke tepi danau dimana di pinggirnya banyak orang orang berjualan makanan ringan hingga sembako.

Ia duduk diatas batu dan menatap hamparan danau yang masih elok di lihat. Diatas sana, langit tampak cerah dengan matahari yang tak segan-segan bersinar. Dalam hatinya Ricky merasakan sebuah ketakutan luar biasa. Ia menyimpannya seorang diri. Sebelumnya ia tak pernah merasakan ini sebelum mengakui perasaannya pada Gyuvin.

Setetes air matanya jatuh tanpa izin. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri. Atas kelakuannya dan atas tindakan Gyuvin.

Semalam mereka berciuman cukup panas. Sebuah berawal dari Gyuvin yang iseng-iseng mencium keningnya. Lalu entah bagaimana ciuman di kening itu turut turun menuju bibirnya.

Ricky bersedih sebab merasa telah mengecewakan kedua orangtuanya diatas sana dan orang tua Gyuvin.

Ia tahu. Ini semua salah. Hubungan mereka salah.

Sebelumnya Ricky pernah berpikir jika mungkin saja antara ia atau Gyuvin akan menyukai Wonyoung. Namun, nyatanya mereka berdua yang saling suka. Meninggalkan Wonyoung yang justru mendukung.

"Maaf ya, bunda? Ricky salah tapi Ricky gak bisa akhiri semuanya gitu saja. Ricky sayang Gyuvin, maaf. Ayah Bunda pasti kecewa berat sama Ricky." Ia bergumam lirih dengan air mata yang senantiasa mengalir.

"Hei!"

Seseorang menepuk pundaknya.

"Maaf, kamu nangis ya? Dari tadi aku lihat pundak kamu itu naik turun." Ujar pemuda itu. Pakaiannya serba hijau sedikit membuat Ricky salah fokus dan menahan senyumnya untuk terbit takut-takut pemuda itu tersinggung.


"Ah, ya?"

"Ini buat kamu." Pemuda itu menyodorkan es krim pada Ricky dan diterima dengan sedikit ragu-ragu.

"Oh iya. Kenalin namaku, Lee Jeonghyeon anak penjual odeng yang gerainya serba hijau itu, nah itu ibu aku." Pemuda itu menunjuk kedai hijau itu dengan seutas senyum yang terlihat menawan. Kontras dengan pakaiannya yang terkesan katrok.

"Hem, aku Ricky. Shen Ricky."


"Namanya keren banget. Kayak nama artis gitu."

Ricky tertawa. Mengusap matanya sembari memakan es krim. "Makasih ya, Jeonghyeon." katanya.

Jeonghyeon mengangguk. "Sama-sama."


Keduanya saling menikmati es krim sampai sebuah teriakan nyaring membuat Jeonghyeon mendelik dan menepuk jidatnya refleks.

with you, gyuicky✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang