Chapter 75

392 25 5
                                    

TW // overdose, violance.

"she's fine. Cuman perlu beristirahat, dokter juga sudah mencarikan terapis untuk Rumi," ucap Shana yang baru saja selesai berbicara dengan dokter yang menangani Rumi, wanita itu menatap Ruri yang kini hanya diam sambil terus memegangi tangan Rumi.

Setelah diperiksa oleh dokter tadi Rumi langsung jatuh tertidur, efek kelelahan dan juga obat penenang yang diberikan oleh dokter. Shana tidak tau apakah adiknya itu mendengarkan penjelasan nya barusan apa tidak, karena sedari awal dirinya datang ke rumah sakit, Ruri tidak beranjak dari sisi Rumi sama sekali bahkan para suster sempat kewalahan karena Ruri menolak untuk di suruh pergi keluar sebentar agar mereka dapat dengan mudah menjalankan tugas.

Shana menghela nafas sambil menyisir rambutnya ke belakang, tidak lama kemudian pintu ruangan tempat Rumi dirawat terbuka secara tergesa-gesa, kedua kakak beradik itu menoleh ke arah pintu dan mendapati Dipta yang kini berdiri di ambang pintu dengan keadaan kacau, nafas pria itu berantakan, rambut yang acak-acakan serta ekspresi wajah yang terlihat kelelahan dan juga khawatir. Malang sekali, padahal mereka baru saja ditimpa musibah beberapa minggu yang lalu dan kini ditimpa oleh musibah lainnya.

"Rumi!" ucapnya sambil berjalan mendekat.

Tanpa disuruh Ruri langsung beranjak dari tempat duduknya, memberikan kursi yang diduduki nya tadi untuk Dipta, kali ini Ruri langsung menoleh begitu Shana menyentuh pundaknya.

"biar kakak jelasin, kamu keluar dulu," ucap wanita itu dengan nada tenang.

Tak membalas ucapan Shana, Ruri langsung melangkahkan kakinya keluar dari dalam ruangan, sesampainya di luar ruangan Ruri sudah melihat dua orang polisi yang memang menunggu Rumi untuk sadar agar dapat memberikan kesaksiannya, Ruri sudah ditanyai tadi ketika dirinya diseret keluar secara paksa dari ruang IGD.

"sudah dengar? Katanya pelaku melarikan diri."

"melarikan diri? Bagaimana bisa?"

"dia meminta izin pergi ke toilet dan saat di cek toilet sudah kosong, ini sudah satu jam semenjak pelaku melarikan diri."

Kedua polisi itu langsung bungkam ketika melihat Ruri melemparkan tatapan tajam kepada mereka, Ruri jelas tau siapa pelaku yang tengah mereka bicarakan. Mendengar jika Matheo melarikan diri membuatnya menyesal karena tidak memukul laki-laki itu lebih parah lagi tadi, Ruri lalu menatap ke dalam ruangan di mana Shana tampak menjelaskan sesuatu kepada Dipta, melihat kesempatan itu membuat Ruri langsung melangkahkan kakinya untuk pergi ke parkiran mobil.

Sesampainya di dalam mobil, ia mengeluarkan HP-nya dan menelepon nomor seseorang yang sudah selama beberapa minggu ini tidak dihubunginya lagi.

"kenapa, Ru?" ucap Agnia dari seberang telepon.

"Matheo, lo tau di mana tempat dia sembunyi biasa?" tanya Ruri tanpa basa basi.

"I don't know, kenapa tiba-tiba nanya soal Matheo?"

Ruri meremat kuat stir mobil, "He almost raped Rumi and is now running away, are you sure you don't know where he is?"

"Oh My God! Is Rumi okay?"

"Rumi baik, jawab gue Agnia, lo tau atau enggak? try to remember again, gue gak bisa tenang sebelum dia ketangkap," ucap Ruri dengan suara bergetar, terdengar putus asa di telinga Agnia.

Perempuan itu terdiam beberapa saat, mencoba mengingat beberapa tempat yang diketahuinya hingga akhirnya Ruri mendengar suara jentikan jari yang lumayan keras.

"gue ingat! Gue gak tau kalau Matheo masih sering ke sini atau enggak, but there is one club that contains people who like drugs such as drug transactions or even drug parties, Matheo used to frequent this place and even started taking drugs after knowing this place."

His Name, RuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang