First Sight
* * *
Menerima ajakan sang kakak ipar dari Abangnya yang kedua, Alana Eva Assegaf dengan semangat membantu Kinanti (kakak iparnya) untuk mengeluarkan beberapa barang ringan yang tersimpan di jok belakang mobil milik Alsyad (Abang pertamanya).
Saat mereka menuju rumah yang Kinanti bilang rumah kedua orangtuanya, mereka terlebih dahulu bertemu dengan seorang wanita paruh baya sekitar 45tahunan, berbincang sebentar dengan Kinanti yang dijawab oleh kakak iparnya itu dengan ogah-ogahan, sepertinya muak dengan wajah ibu-ibu yang dari nadanya saja sudah sangat cerewet.
"Ini kakaknya Mas Ali, Bu. Dan ini adiknya, kebetulan ikut" ujar Kinanti, memperkenalkan mereka berdua kepada wanita paruh baya itu.
"Saya Alana, Bu. Salam kenal" ujar Alana menerima uluran tangan wanita itu, setelah selesai berjabat tangan dengan Bang Alsyad.
Setelah selesai merekapun melanjutkan perjalanan, yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat mereka menyimpan mobil.
Tiba di sore hari, di saat para orang-orang kampung tengah beristirahat dari rutinitas berkebun, melepas penat setelah seharian bekerja, lain halnya dengan Alana yang sedang semangat-semangatnya menikmati waktu senja dangan memandangi hijaunya pegunungan yang sudah tertutup embun. Berjalan menelusuri jalan setapak yang sekitarnya adalah pesawahan yang letaknya tak jauh dari pekarangan warga.
Mengeratkan mantelnya yang tidak terlalu tebal, Alana tersenyum ramah menyapa para ibu-ibu yang berpapasan dengannya, seperti habis dari warung karena tangan mereka membawa plastik lumayan besar.
"Awas! Awas!" Alana berbalik ketika mendengar seseorang meneriakinya untuk menyingkir.
Karena kurang cekatan, berakhirlah mereka dengan terjungkal bersama, bedanya Alana tidak terlalu parah hanya saja pantatnya menghantam jalanan sawah yang sangat kotor, sedangkan orang itu terjatuh kedalam lumpur sawah yang baru selesai ditanami benih padi.
"Aduuhh!!" Keluh Alana, dengan perasaan kesal sekaligus sakit.
"Emaaakk!!!" Orang itu juga berteriak sambil meratapi nasibnya yang kuyup oleh lumpur, jangan lupakan juga karung yang berisikin beras yang dia bawa. Karena terlalu berat ia jadi tak bisa mengimbangi jalanan sawah yang licin, dan berakhir menubruk seseorang.
"Hati-hati dong Mas, kalo bawa barang. Jatohkan!" Ucap Alana kesal, berusaha berdiri.
"Yaelah, Neng. Kalo gue tau bakalan jatoh dengan tidak elit gini mana mau gue bawa tuh karung" jawab orang itu tak terima disalahkan.
Alana menatap orang itu yang ternyata seorang pria perkiraan seumuran dengan Kinanti (kakak iparnya).
Alana sudah berdiri, lalu menghampiri pria itu, membantu untuk naik keatas jalan lagi.
"Makasih Neng, maaf banget tapi ini mah. Gue emang gak sengaja, tadi jalannya licin terus karung berasnya berat banget, sumpah otot gue lemes ngangkatnya" ujar pria itu sambil mengangkat karung beras yang tergelak diatas lumpur.
Alamat kena amuk si Sania ini mah - batin pria itu dengan hati gundah gulana karena karung beras itu milik temannya yang tengah hajatan, dan beras itu untuk dimasak besok diacara pernikahannya.
"Hmm, gapapa. Lain kali hati-hati, terus itu bawa barangnya jangan banyak-banyak sekalian, harusnya tau sendiri kalo jalan disini licin, mana lewat sawah lagi" jawab Alana dengan nada yang perlahan santai, tak ingin ngenggas lagi, terlalu lelah karena badannya sudah sakit.
"Ehehe... Kebetulan gue bukan orang sini, gak tau juga jalannya bakalan selicin ini. Niatnya mau motong jalan, eh malah kena sial" pria itu nyengir kuda, merasa bersalah lagi kepada Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love My Crazy Boy
RomansaWARNING (21+) Alana Eva Assegaf dan Satya Nando Pratama memang tak pernah akur dari pertemuan pertama mereka. Namun apa jadinya, jika bocah semprul tiga tahun dibawahnya itu dengan kurang ajar membongkar perselingkuhan yang Revaldi Nasution-sang kek...