02. Pulang

2.1K 174 0
                                    

 ***

Renjun merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis kosannya, ia memijit pangkal hidungnya, rasanya kepalanya akan meledak sebentar lagi. Haechan memotong gajinya, dan ia harus tetap melunasi sppnya yang sudah menunggak.

'Apa ia harus merendah diri dan mulai menggunakan uang dari keluarganya?' Pikir Renjun

Tok

tok

tok

'siapa yang berkunjung malam-malam begini?' batin renjun

ceklek

"Njun! Nana bawa pizza yuhuu~"

ternyata nana, dengan setumpuk makanan yang ia bawa. Renjun tersenyum melihatnya, setidaknya ada satu orang keluarga yang peduli padanya. Ia menyuruh pemuda itu untuk masuk.

Mereka saling berbicara panjang lebar, sebenarnya hanya jaemin. Anak itu sangat bawel sekali, sedangkan Renjun hanya mendengarkannya dengan serius. Suasana malam ini menjadi sedikit hidup saat jaemin berkunjung.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, rupanya mereka sudah menghabiskan waktu satu jam tanpa terasa. Jaemin pamit pulang karena takut bundanya akan memarahinya karena pulang terlalu malam, ia di jemput oleh kakanya Jeno.

Setelah kepergian Jaemin Renjun kembali masuk ke dalam kamar kosnya. Lagi-lagi ia menyunggingkan senyumnya saat melihat sebuah salep luka bakar teronggok di atas mejanya berserta dengan note yang meyertainya

'Obati tanganmu, jangan luka lagi. Jisung bilang tanganmu terluka^-^'

Cih jadi jisung yang memberitahu Jaemin? Dasar anak itu.

nyutt!

Arrghh!

Lagi-lagi renjun merasakan kepalanya berdenyut nyeri, ia meremas kepalanya kuat. Rasanya sangat sakit hingga ia ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Berakhir renjun yang memasukkan kepalanya diantara kasur tipis dan juga bantalnya.

Renjun membenturkan kepalanya ke kasur karena tidak kuat menahan sakit. Air matanya bahkan sejak tadi tidak berhenti turun. Lirih ia meminta tolong, namun siapa yang hendak mendengar. Renjun sendirian.

Lama kelamaan sakit itu mulai memudar, renjun bernapas lega karenanya. Ia segera menelan beberapa obat tidur agar bisa tertidur sebelum sakit itu menyerangnya lagi. matanya memberat bersamaan dengan bekas air mata yang sudah mengering di kedua pipinya. Renjun beristirahat, walau hanya sejenak.


***

Seberkas sinar mentari memasuki celah ruangan sempit itu, mengusik tidur seorang pemuda. Renjun menggeliat mengerutkan dahinya, jam berapa ini? Ia berharap masih ada sedikit waktunya untuk tidur barang sebentar.

Renjun menyibak selimutnya dan bergegas untuk mengantri mandi, maklum kosan kecilnya itu tidak dilengkapi dengan kamar mandi, jadi ia harus bangun sepagi mungkin agar bisa mengantri paling depan.

Pemuda itu berjalan sempoyongan sambil menggosok giginya malas, matanya setengah tertutup karena masih mengantuk. Dengan handuk yang menghampir di pundak, Renjun menyenderkan tubuhnya pada dinding kamar mandi.

"Weh, si paling rajin." Ucap teman satu kosan Renjun yang baru saja datang.

"Gue gak mau keduluin lo yang mandi aja seabad." Jawab Renjun.

Pemuda itu melebarkan senyumnya, "Mandi itu ada langkah-langkahnya lah. Gak asal jebur-jebur kaya lo."

"Terserah lo deh Le, mending lo sikat gigi sambil nunggu. Daripada ngebacot gak jelas." Renjun mengusap mulutnya yang masih berbusa.

Renjun memejamkan matanya merasakan sesuatu kembali berdenyut. Ah, sepertinya sakit kepalanya belum benar-benar berakhir, ingatkan Renjun untuk membeli obat sakit kepala nanti. Renjun memijat kepalanya, sepusing itu kah dirinya memikirkan perekonomiannya sendiri hingga kepalanya sendiri bahkan mengeluh?


***

Riuh suara para siswa terdengar dari kelas Renjun dan Nana, maklum, hari ini terdapat pelajaran olahraga yang mengharuskan mereka untuk menganti pakaian mereka. Para siswi akan menggunakan ruang ganti, sedangkan para siswa tidak mau ambil pusing, mereka akan berganti di kelas.

"Njun, lo sakit?" Tanya Epan, salah satu teman sekelah renjun.

Nana yang mendengar itu langsung memusatkan perhatiannya pada sepupunya, benar saja. Renjun tampak lebih pucat dari biasanya. pemuda itu memegang kening Renjun yang langsung menjalarkan rasa panas yang kentara.

"Njun demam?! Kok sekolah?" Tanyanya mencerca.

Renjun hanya tersenyum, "Ngga papa kok na, kemarin mungkin terlalu kecapean." Jelasnya

"Nana bilang ke tante Ratna ya?"

"JANGAN!" Ucap renjun cepat.

Jaemin memegangi dadanya karena terkejut, lalu injun berbicara lagi, "Tolong jangan kasih tau mama Ratna, Om Soni ataupun siapa pun di keluarga kita.

"T-tapi kenapa?"

"Ini cuma sakit biasa kok Na, jangan panik. Besok juga udah baikan lagi, kalau mereka tau pasti malah buat khawatir aja."

"Tapi Njun gak papa kan?"

"Iya Na, gapapa kok." 'semoga' lanjut renjun dalam hati.

"Sekarang Njun ke uks aja ya? Nana temenin. Ntar biar Epan aja yang ijinin kita ke guru olahraga."

Karena tidak mau berdebat lagi, renjun putuskan untuk menuruti perkataan Nana. Mereka berdua berjalan diantara lorong-lorong kelas, sesekali nana tampak memerhatikannya seperti ada yang ingin ia sampaikan.

"Kenapa Na? Ada yang mau diomongin?" Tanya Renjun to the point.

"Eh, E-ehm Njun. K-kalau Nana bilang tante Ratna nyuruh Injun pulang, mau?" Tanya Nana takut-takut.

"Tiba-tiba?" Kening renjun bertaut.

"Mereka mau ngerayain ulang tahun kak Mark yang ke 22 lusa. Tante ratna ngundang injun buat datang." ucap Nana.

'Ah, ulang tahun ya?'

Renjun akui ia iri, sangat iri pada Mark. Kakaknya itu mempunyai orangtua yang lengkap dan banyak kasih sayang yang ia terima dari keluarganya. Sedangkan renjun, ayahnya tidak dekat dengannya dan ibunya? Wanita itu tidak mau mengurusnya dan pergi entah kemana.

Bolehkan ia meminta sedikit pada Tuhan, ia ingin sekali saja merasakan bagaimana rasanya mempunyai keluarga yang lengkap, ia ingin mempunyai ibu yang selalu menanyakannya pertanyaan-pertanyaan seperti, sudah makan? atau hal sederhana seperti kapan pulang?

Ia ingin memiliki ayah yang bisa menjadi panutannya, bisa menjadi orang yang ia ajak diskusi mengenai keputusannya. Tuhan, bolehkah? Bolehkan ia merasakan itu semua barang hanya sekali? Karena itu adalah impiannya sejak kecil yang tak akan pernah terwujud.

Nana menjentikkan jarinya untuk menyadarkan renjun dari lamunannya, ia menatap seolah menunggu jawaban dari pertanyaannya tadi. Renjun menghela napas dan mengangguk lemas. Sudah lama ia tidak pulang, mungkin ini saatnya?



tbc

Luka -Renjun ft. NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang