Selasa,1 April 2031
Bagaskara tiba terlebih dahulu ke sekolah dan menunggu Dara datang. Selagi menunggu Dara,ia menatapi lapangan dari halaman kelas. Bagaskara merasa ada kejanggalan dengan mimpinya semalam,karena mimpinya terasa begitu lekat dengan pikirannya. Di sisi lain juga ia memikirkan nasib Rahmi sekarang.
"Pagi Bagas! Nih buku yang aku omongin kemarin" ucap Dara sambil memberikan buku tersebut.
"Udah beres bacanya?"
"Udah sih cuman kayak ngegantung ceritanya,soalnya halaman halaman akhirnya hilang"
"Gpp" lalu Bagaskara kembali ke kelas menyimpan buku itu ke dalam tas
Tak lama kemudian datang Raka dengan Angga bersamaan. Mereka menyapa Bagaskara dan memberitahu untuk bertemu di kamar mandi. Tentunya Bagaskara segera pergi ke kamar mandi sebelum bel masuk berbunyi.
"Jadi,kenapa kalian nyuruh kesini?" Tanya Bagas
"Ada masalah sama geng, katanya ada yang ngajak tawuran"
"Taruhannya apa? Kalo tawuran doang mah sia sia,we need profit from that" balas Bagas
"Jadi mending gimana?"
"Bilang aja,engga guna tawurannya"
Bagaskara segera pergi ke kelas karena bel sekolah berbunyi.
Ia menatapi wajah Rahmi yang begitu palsu untuk nyaman saat belajar. Hati Bagaskara tak bisa berbohong lebih jauh lagi,ia ingin menolong Rahmi tapi ia tak bisa melakukan apa apa.
Keputusanku bulat,aku akan ikut campur dengan hidupnya.
"Mi,kasih tau aku kalo kamu butuh apa apa. Bukan apa apa,tapi aku tau kamu cape" ucap Bagaskara saat menunggu Rahmi pulang di depan kelas.
"Aku... Gatau,aku gatau butuh apa" balas Rahmi dengan muram
Bagaskara terdiam mendengar hal tersebut dan berpikir begitu dalam. Ia sadar bahwa yang diucapkan Rahmi adalah kebohongan. Jadi ia akan memberinya ucapan setiap harinya walau hanya selewat saat pulang.
[Bagaskara membaca buku cerita Dara saat di rumah saja]
Keesokan harinya
"Kamu,jujur aja Mi. Aku tau kok bohong ke diri sendiri itu ga enak" ucap Bagas
"Engga kok,aku jujur" balasnya sambil pergi begitu saja
"Sini,kalo ngomong itu tatap mata yang bicaranya" sambil menarik tangan Rahmi sehingga mereka saling berhadapan
"Kamu kenapa? Sini cerita,aku akan tolong sebisa aku"
"Engga apa apa,aku baik baik aja" tatapan Rahmi menghindari tatapan Bagaskara
"Bohong,aku tau kok kalo kamu bohong. Gapapa,cerita aja"
Ketika Rahmi menatap mata Bagaskara,ia tersadar bagaimana khawatirnya Bagas kepadanya. Mulutnya begitu sulit mengucapkan apa yang terjadi,begitu banyak rasa muak dalam batinnya. Hingga air mata tak tertahankan mengalir begitu saja.
"A-aku... Ingin bebas" ucap Rahmi yang gemetaran menahan diri sedari lama
"Kemarilah,akan kubuat kebebasan ada untukmu Mi" balas Galaksi sembari memeluk Rahmi
Tangis Rahmi begitu deras membasahi dada Bagaskara.
"Sini cerita pelan pelan,lepasin aja semuanya... Gausah ditahan" sembari mengelus elus kepala Rahmi
Rahmi perlahan lahan menceritakan bagaimana ia hidup. Bagaimana begitu melelahkan dirinya untuk berada di Rumah. Bagaimana ibunya begitu ambisius akan perkembangan sang anak hingga lupa akan hal penting. Anaknya adalah manusia,seorang manusia yang rindu akan kebebasan.
"Aku... Aku gatau harus apa karena itu mengenai ibumu,tapi kurasa jika kamu bisa membuat pertemuan antara aku dan ibumu. Aku pikir aku bisa memberimu waktu senggang."
"Tapi ia sudah cukup marah kepadamu,ia menyalahkan turunnya nilaiku karenamu"
"Tak apa,karena hal tersebut juga kurasa ia perlu sadar akan sesuatu yang lebih penting dari nilai" Bagaskara tersenyum mendengar semua cerita Rahmi dan menemani Rahmi menunggu mobil jemputannya.
Aku tidak tau apakah ini benar atau tidak... Sejujurnya aku cukup takut jika tadi ibunda Rahmi yang keluar dari mobil tersebut.
Bagaskara pergi pulang sendirian. Tubuhnya yang sebenarnya sedang tidak baik. Semua hal yang dilaluinya terasa melelahkan sekali. Mendengarkan saja menguras raganya begitu banyak hingga tak terasa matanya begitu berat di dalam kereta.
[Bagaskara tertidur]
[Sudut pandang Bagaskara]
"...Mengapa disini begitu hening?" Bisik hatiku
Kereta ini melaju kencang dan stabil hingga tak ada getaran yang terasa. Aku melihat ke arah kaca di depannya. Aku menyadari sesuatu yang berbeda dengan penampilanku.
[Bagaskara adalah tokoh utama]
Sayap begitu besar terdapat di punggungku,tapi sayap itu hanya satu saja(sebelah). Dengan bulu berwarna hitam,aku bisa merasakan hangatnya sayap itu. Lalu aku menatap ke arah depan,aku bisa melihat secerca cahaya tiba di arah sana. Kereta ini melaju kearah sana hingga ketika kereta ini melewati cahaya tersebut,aku terbangun.
Pintu kereta itu terbuka dan saat keluar stasiun aku tersadar. Ini bukanlah tempat seharusnya aku turun. Tempat ini adalah sebuah kota di negara eropa,tapi kenapa aku ada disini?
"Bagas!! Kamu baru nyampe ya? Ayo kesana,sesuai rencana kan?" ucap perempuan asing dari jauh,gaya rambutnya wolfcut dengan permen loli di dalam mulutnya.
"Oh ya? Kau tau,aku sedikit lupa dengan keadaan ini" balasku
"Sesuai ucapanmu,sepertinya harus menggunakan metode biasa ya?" Lalu perempuan tersebut memukulku dibagian khusus membuatku tak sadarkan diri.
"DIMANA AKU?" Ucapku begitu kaget dengan yang baru saja terjadi,ternyata aku baru saja tiba di stasiun 3(tempat seharusnya Bagas turun).
"Kenapa dek? Kamu tidurnya nyenyak loh tadi" ucap orang asing di sebelahku.
"Ahh... Maafkan saya pak" lalu Bagaskara pergi keluar dan aku baru saja tersadar bahwa "mimpi" tersebut baru saja berhenti.
[Sudut pandang disesuaikan seperti asal]
Akhirnya Bagaskara membaca cerita cerita dari buku Dara itu. "Aku menyukai bagian ini". Si sisi lain ia teringat dengan mimpi di kereta tadi,mimpi itu terlalu nyata untuk dikatakan sebatas mimpi. Aku masih ingat betapa hangat dan nyatanya sayapku.
"Itu.. kurasa bukan mimpi,tapi itu kenyataan yang tertunda" ucap Bagaskara
Tapi sayap? Bukannya itu hanya khayalan? Tidak mungkin di dunia nyata akan ada sayap.
"Tapi jika itu bukan mimpi,lalu itu apa?"
[Mimpi yang abadi akan segera aktif,siapkan diri kalian menyaksikan mimpi yang takkan pernah kalian pikirkan ada]
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers
Teen Fiction"hai,aku Bagaskara" ucapan mengawali awal masa SMA ku di sekolah yang konon dahulu seorang pembunuh bersekolah disini. Dengan beberapa rasa muak dan trauma milik Bagaskara ia berambisi merubah dirinya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan di masa S...