Elara 16 : ••• Andra dan Nabila •••

509 25 1
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumi aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

"Rambut lo kenapa?" Tawa yang berasal dari Tio sudah terdengar sedari Nabila yang baru datang. Tawa mengejek karena rambut Nabila yang berantakan. Seperti orang gila.

"Emang kenapa rambut gue?" Nabila memegangi rambutnya sendiri dengan bingung. Tidak merasakan sama sekali keanehan di kepalanya.

"Nih." Tio mengulurkan kaca yang berada di tangannya ke Nabila. Entah darimana kaca itu, Tio langsung mengambilnya saja.

Nabila mengambil kaca tersebut lalu langsung mengarahkannya tepat di depan wajah. Matanya terbuka disertai bibir yang mangap. "KOK RAMBUT GUE KAYAK GINI?!" Suaranya begitu menggelegar hingga membuat telinga murid yang ada di kelas sakit.

Melihat rambutnya berantakan, Nabila ingin menangis. Pantas di perjalanan tadi, dia ditatap aneh dengan penuh bisik-bisik. Nabila malu sekali, rasanya ingin hilang begitu saja.

Meka, Ara dan Tio menutup kedua telinganya menggunakan tangan mereka saat Nabila berteriak histeris. Mereka tidak habis pikir kenapa Nabila harus berteriak sekencang itu.

"Ara! Meka! Kalian nga ngasih tau keadaan rambut gue. Gue mau nangis. Gue malu." Nabila menatap tajam keduanya yang malah terkikik. Nabila mendengus lalu duduk di kursinya dengan kasar.

Meka dan Ara semakin tertawa, melihat sikap Nabila yang merajuk. Melihat sahabatnya tidak berniat membujuknya atau meminta maaf, Nabila semakin merajuk.

"Nga mau gue, temenan sama lo berdua." Nabila menunjuk Meka dan Ara. "Lo juga," lanjut Nabila pada Tio lalu membuang wajahnya. Tidak ingin menatap ketiganya.

"Siapa juga, yang mau temenan sama lo," balas Tio, memilih duduk di kursinya.

Ara mendekat ke kursi Nabila. Ia berdiri di belakang Nabila, di sebelahnya ada Meka yang masih menahan tawa. Ara membantu rambut Nabila dengan memisahkannya satu-satu. "Lo cantik kayak gini, Bil."

"Bacot!" sahut Nabila ketus. Muak sekali mendengar kata-kata bujukan seperti itu. Dikiranya Nabila bodoh gitu, jelas-jelas mereka tadi tertawa mengejek. Tidak ada yang cantik saat rambut saja berantakan.

"Perempuan itu, nga boleh teriak-teriak," peringat Tio yang merasa terganggu. Nabila tidak membalas hanya kembali mendengus mendengar penuturan yang Tio berikan.

"Gue ada sisir." Meka langsung mencari sisirnya di tas lalu memberikannya pada Nabila.

"Lo kok bawa sisir?" tanya Nabila curiga. Bukannya sekolah bawa buku bukan bawa sisir. Matanya menatap lekat Meka seperti pencuri karena heran saja, bisa-bisanya Meka membawa sisir.

"Kepo!" seru Meka yang juga heran, sejak kapan sisir bisa ada di tasnya. Pantas saja kalau di rumah ia ingin sisiran harus merogoh tasnya dulu, baru menemukannya.

Nabila menurut mulai menyisir rambutnya dengan perlahan. "Susah banget!" Sisirnya tiba-tiba berhenti di tengah rambut. Karena rambut Nabila yang sepertinya berkumpul begitu banyak ditempat tersebut hingga menyebabkan nyangkut.

"Biar gue aja." Ara mengambil sisir dari tangan Nabila lalu menyisir rambut Nabila pelan-pelan hingga rapi.

Nabila kembali mengaca, rambutnya sudah tidak berantakan lagi berkat bantuan Ara. Senyumnya terbit ketika melihat dirinya yang sudah normal kembali cantik, tidak seperti orang gila dengan rambut berantakan.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang