Part 24. Acara Akad Nikah

6.9K 392 44
                                    

"Sebuah rasa cinta itu fitrah dengan takdir yang mempersatukan kita untuk saling melengkapi ketidaksempurnaan menuju ridho dan jannah-Nya."

-Azzam Ali Akhtar Mirza-

°°°

Hari demi hari berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari demi hari berlalu. Pagi, siang dan malam terus berganti sesuai waktu. Terdengar alunan ayat-ayat suci berkumandang sangat merdu. Terdapat banyaknya orang-orang dengan khidmat mendengar setiap ayat-ayat suci Al-Qur'an di lantunkan.

Suasana yang meriah dengan pagi hari yang cerah, seolah tahu ada sebuah kebahagiaan datang mengiringi orang-orang, termasuk seorang gadis dengan balutan gaun putih yang disertai manik-manik yang menghiasi gaun tersebut. Dan sebuah mahkota kecil yang bertahta di atas kepala gadis itu.

Senyum dan wajah bahagia terpancar dari seorang gadis bernama Alifah Kaina Syahira. Jantungnya sedari tadi terus berdebar kencang bahkan setelah selesai ia di makeup oleh mbak-mbak MUA. Ini adalah hari yang bisa di katakan hari yang membahagiakan bagi seseorang yang akan memulai kehidupan baru di masa mendatang.

Alifah duduk diam saat setelah usai semua, tangannya terasa panas dingin dengan terus jantung yang berdebar kencang. Dalam keadaan seperti ini, Alifah begitu sangat menginginkan sosok ibunya ada dan tersenyum melihat ia akan menikah hari ini. Namun, meski sang ibu telah tiada, Alifah yakin ibunya pasti melihat dari atas sana.

"Ibu, lihat, putri ibu sebentar lagi akan menikah. Ifah, kangen banget sama ibu. Ifah, mau ibu lihat dan memeluk Alifah sekarang. Ibu, bahagia juga kan di sana?" gumam Alifah sembari membuka foto dalam buku diary nya dan mengusap foto itu dengan perasaan penuh rindu.

Bersamaan dengan Alifah yang menatap foto itu, pintu terbuka. Menampakkan seorang wanita setengah baya dengan balutan kebaya berwarna sage green.

"Bunda Nisa.." Alifah meletakkan foto tersebut di atas kasur bersama dengan buku diary nya.

"MasyaAllah, nak, kamu cantik banget. Bunda, sampe sekilas lihat Dahlia waktu muda di wajah kamu." ujar bunda Nisa.

Alifah tersenyum simpul. Ia juga sedikit kaget setelah ia di makeup dan memakai gaun pengantin ini. Sangat berbeda dengan dirinya yang selalu terlihat sederhana.

"Terima kasih ya bunda. Alifah gak tau lagi harus membalas setiap kebaikan bunda Nisa, om Fathan dan Zahra seperti apa. Tanpa kalian, mungkin Alifah tidak akan sekuat ini menjalani hidup." Alifah menarik sudut bibirnya membentuk senyuman kecil.

Bunda Nisa memeluk Alifah dengan penuh kasih sayang. Mengusap bahu Alifah dengan lembut.

"Nak, bunda itu sayang sama kamu. Sama seperti Zahra. Bunda yang harusnya berterima kasih, karena kamu hebat dan kuat dalam menghadapi segala masalah yang kamu alami selama ini." tutur bunda Nisa lembut sembari memperbaiki makeup Alifah. "Jangan nangis ya, nak. Pasti almarhumah ibu kamu sekarang ikut bahagia di sana."

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang