Bab 12

10.5K 475 37
                                    


"Kamu benar-benar tidak tahu dimana Prilly, Keyla?" Helda kembali keruangan anak buahnya untuk mencari keberadaan Prilly.

Keyla yang sedang bekerja menoleh menatap Bosnya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan Bosnya. "Tidak Buk." Jawab Keyla singkat.

"Argh! Kemana gadis itu? Dia harus menghadiri rapat bersama saya sekarang!" Helda tampak frustasi karena tidak mendapati keberadaan Prilly.

Ia sudah merencanakan untuk menumbalkan Prilly di rapat ini untuk memunculkan kembali nama baiknya. Helda tidak bisa keluar dari perusahaan ini begitu saja, ia sudah lama sekali berjuang disini rasanya tidak adil jika hanya dengan satu kesalahan ia sampai didepak dari sini.

Hanya saja Helda tidak seberani itu untuk mengatakan secara gamblang didepan dewan nanti sehingga ia berencana untuk membawa Prilly dan menekan gadis itu untuk membela dirinya jika keadaan semakin mendesak maka Helda akan mengatakan jika uang sebanyak itu Prilly-lah yang menggunakannya.

Namun sayangnya semua rencana yang ia susun itu harus gagal karena ia tidak mendapati keberadaan Prilly di ruangannya. "Kemana perempuan itu? Sial!" Helda menendang tong sampah kecil yang ada didekat meja Keyla sebelum beranjak meninggalkan ruangan anak buahnya.

Keyla dan rekan kerjanya yang lain tampak lega setelah kepergian Helda. "Untung Mbak Prilly nggak masuk kerja hari ini." Gumam Keyla lega.

Keyla buru-buru meraih ponselnya, ia berniat untuk menghubungi Prilly dan meminta temannya itu tidak menginjakkan kakinya di kantor sebelum masalah korupsi yang dilakukan Bos mereka selesai. Keyla yakin Helda sedang merencanakan sesuatu yang buruk sekarang.

"Kenapa nggak diangkat." Keyla berbicara sendiri. Ia kembali menghubungi Prilly namun lagi-lagi panggilan darinya tidak dijawab oleh Prilly.

"Mungkin Mbak Prilly-nya lagi tidur." Gumam Keyla setelah itu ia terlihat mengetikkan beberapa pesan untuk Prilly. Ia meminta Prilly untuk selalu hati-hati apalagi kalau sampai Helda menghubungi dirinya.

Ditempat lain terlihat seorang pria yang sedang menunggu seorang wanita dengan tidak sabar."Kenapa lama sekali wanita ini pingsan." Ali mulai kehilangan kesabarannya menunggu Prilly yang tak kunjung membuka mata.

Ali sudah membersihkan serta memberi obat tetes pada luka gores yang ada di kaki Prilly. Ia berniat untuk kembali ke kantor namun hatinya merasa tidak tenang kalau Prilly belum membuka matanya.

Ali terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Refleks pria itu memasukkan tangannya ke dalam kantong dan ia begitu terkejut saat menyadari jika dirinya masih mengantongi pakaian dalam Prilly.

Buru-buru Ali berbalik menuju walk in closet miliknya lalu ia sembunyikan pakaian dalam Prilly diantara deretan baju-baju mahal miliknya. Setelah memastikan benda itu aman Ali kembali ke dalam kamarnya. Ia segera mempercepat langkah saat melihat Prilly mulai bergerak tak nyaman di dalam tidurnya.

"Bangun. Prilly bangun!" Ali menepuk pelan pipi Prilly yang dibalas gumaman tak jelas oleh gadis itu.

Kening Ali sontak berkerut ketika ia menyadari jika gerak-gerik Prilly sama sekali tidak terlihat seperti orang yang baru sadar dari pingsannya. Prilly jutsru terlihat seperti orang yang baru terjaga dari tidur lelapnya.

Prilly menguap lebar sebelum membuka matanya dan menatap Ali yang juga sedang menatap dirinya. "Jam berapa sekarang?" Tanya Prilly tanpa rasa bersalah.

"Kenapa kau tidak terlihat seperti orang pingsan?" Ali bertanya setelah beberapa saat berpikir.

"Aku sempat pingsan setelah sadar aku lanjut tidur." Jawab Prilly dengan wajah polosnya.

Umpatan kasar seketika keluar dari mulut Ali, pria itu beranjak sisi ranjang lalu menendang ranjang yang ditempati Prilly dengan kuat hingga membuat ranjang mewah itu bergetar. Refleks Prilly memekik karena terkejut. "Apa-apaan sih semua ditendang! Nggak sekalian kau tendang aku dari sini?" Marah Prilly menatap Ali tajam. Ia baru bangun tapi pria ini sudah berbuat anarkis.

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang