Love Scenario (4)

14.9K 1.2K 8
                                    

sorry, lagi-lagi aku butuh waktu lama buat nyelesaiin cerita. selama masa-masa dari awal bikin cerita ini sampe skrg, aku liat lumayan banyak notif yang follow akun aku, pokoknya tengkyu. BTW tetep vote ya, yang baca belakangan juga hehe



####




"Bu Selina, tadi saya ditelepon oleh staff fakultas sebelah. Dekannya, pak Bima meminta bu Selina untuk datang ke ruangan beliau"

Gadis itu mengernyit bingung, ada kepentingan apa dekan fakultas lain memanggilnya?

"kira-kira ada apa ya mbak?" tanya Selina pada staff fakultasnya dengan nada ngeri.

"saya juga kurang tau bu, pesannya cuma sampai segitu. Bu Selina kok kayaknya takut gitu?" staff tersebut sedikit terkekeh melihat raut wajah Selina.

"perasaanku gak enak nih mbak, sekarang katanya?" ungkap Selina masih dengan rasa was-wasnya.

Staff itu mengangguk saja, "atau kalo bu Selinanya ada kelas, katanya bisa sehabis kelas saja"

Selina makin mengernyit, bukannya Ge-eR, tapi feelingnya pasti ada hubungannya dengan kejadian waktu itu.

Bisa saja Bima masih gelisah karena rasa bersalahnya dan takut Selina menyebarkan rumor tentang pria itu, terlebih kentara sekali setelah itu Selina sangat menghindari berinteraksi dengan Bima.

Jika ada kegiatan yang melibatkannya dengan pria itu, Selina akan sebisa mungkin mencari alasan untuk menghindar. Makanya Selina berpikir mungkin Bima masih ingin membahasnya.

Tapi... memangnya Selina terlihat se-tukang gosip itu ya? Dirinya bahkan sama sekali tidak ingin mengingat-ingat kejadian waktu itu apalagi untuk membicarakannya. Ya walaupun awal dia dan Bima bisa seperti ini karena ia dan Gina yang memang ketahuan bergosip tentang pria itu.

Selina sadar sikapnya tidak dewasa dan tidak profesional. Tapi biar saja, dirinya terlanjur patah hati dan tidak nyaman lagi dengan kehadiran pria itu.

Saat ini Selina bergerak gelisah kesana kemari, pikirannya berperang untuk pergi atau tidak. Bima benar-benar membawa beban ketidaknyamanan dalam diri Selina, disiang yang cerah ini malah membuat suasana hatinya tak menentu.

Akhirnya setelah hampir 30 menit berperang dengan pemikirannya sendiri, gadis itu memtuskan untuk mendatangi ruangan Bima.

Selina melewati beberapa staff fakultas tempat pria itu berada dengan canggung, entah kenapa tatapan mereka terlihat penasaran atau ini hanya perasaannya saja. Selalu saja, Selina dan overthingkingnya.

Selina sempat bertanya dan meminta ijin pada staff yang ada hingga ia dipersilahkan. Setelah itu ia baru mengetuk pintu ruangan dekan dengan pelan hingga mendengar suara dari dalam mempersilahkan dirinya untuk masuk.

Gadis itu menenangkan debar jantungnya yang tiba-tiba mengganggu baru kemudian membuka pintu dihadapannya.

Dan selangkah setelah ia masuk, Selina mengutuk rasa percaya dirinya yang begitu tinggi ketika melihat didalam ruang tersebut terdapat hampir 10 orang yang kini menatapnya dengan pandangan yg berbeda-beda.

Diantaranya terdapat satu wajah yang amat dikenalinya, siapa lagi kalau bukan Gina, sahabat laknatnya.

"maaf saya terlambat" ujar Selina penuh penyesalan pada semua orang.

"silahkan duduk bu Selina, kami semua sudah menunggu" ujar salah seorang yang terang-terangan menatapnya penuh penilaian.

Selina yang mengerti kemudian bergerak cepat untuk menduduki kursi yang tersisa.

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang