{18}

711 34 0
                                    

"Nanti malem kamu ikut lihat pentas seni gak?,"tanya Nuha sembari berjalan keluar dari gedung fakultas.

Sehabis ini mereka sama-sama tidak ada jam lagi jadi mereka memutuskan untuk segera kembali pulang ke rumah masing-masing.

"Malam ini?,"tanya Zira.

Nuha mengangguk, "udah di sebar undangannya di group. Kamu belum lihat emang?,"tanya Nuha.

Zira menggeleng, "belum sempet,"ucapnya.

"Pentas seni malam ini tapi kalau kita mau lihat pameran karya seni nya mulai nanti sore udah boleh katanya,"ucap Nuha. Zira kembali mengangguk paham.

"Emang beda? Tahun kemarin di jadiin satu tempat deh perasaan,"ucap Zira. Nuha mengendikkan bahu, "Ndak tahu ya, zir. Mungkin mau beda dari tahun-tahun sebelumnya kali. Kemarin kan semuanya di lapangan kampus tapi sekarang pentas seni di aula terus pameran karya seninya di ballroom,"jelas Nuha.

"Kamu mau kesana?,"tanya Zira. Nuha mengangguk.

"Samper dong," ucap Zira lalu ia menampakkan deretan giginya pada Nuha.

"Aku samper tapi kamu udah harus rapi ya," balas Nuha. Zira mengacungkan jempolnya, "Siap bu bos. Emang terbaik temanku satu ini."

"Mulai deh muji-mujinya,"ucap Nuha. Zira tersenyum,"Loh memang bener baik kok. Kamu mau dibilang jahat?,"tanya Zira.

"Iya deh. Seterah kamu aja,"ucap Nuha mengalah. Zira tersenyum lebar mendengarnya.

🦩

"Zira, mau kemana?,"tanya bunda saat melihat Zira sudah memakai pakaian rapi.

"Zira mau izin ke kampus ya bun. Di kampus lagi ada acara pentas seni, boleh?,"tanya Zira.

"Sama siapa kesananya?,"tanya bunda.

"Sama Nuha naik motor, bun,"ucap Zira.

Tak lama setelah Zira mengucap itu sebuah salam terdengar dari luar rumahnya.

"Itu Nuha kayanya bun,"ucap Zira.

"Ayo kita lihat," Mereka berdua berjalan menuju pintu utama. Saat pintu terbuka benar saja Nuha sudah berdiri di sana.

"Assalamu'alaikum tante,"ucap Nuha sambil mencium punggung tangan bunda.

"Wa'alaikumussalam. Mau ke kampus ini?,"tanya bunda. Nuha mengangguk, "Iya bunda."

"Boleh,bunda?,"tanya Zira sekali lagi.

"Boleh. Tapi jangan malam-malam pulangnya," bunda mengingatkan.

Zira mengangguk patuh. "Yasudah. Nuha bunda titip Zira ya. Naik motornya jangan ngebut-ngebut,"ucap bunda.

"Iya tante."

"Aku sama Nuha berangkat ya bun,"ucap Zira. Bunda mengangguk, "Hati-hati. Inget pesan bunda jangan malam-malam baliknya."

Zira mengangkat tangannya-hormat pada sang bunda, "Siap laksanakan,"ucap Zira lalu tersenyum lebar.

Bunda yang melihatnya ikut tersenyum. Zira lalu mencium punggung tangan sang bunda, "Zira berangkat ya. Assalamu'alaikum."

Nuha ikut mencium punggung tangan bunda, "Nuha juga pamit ya tan. Assalamu'alaikum,"ucap Nuha.

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati kalian."

🦩

"Acara pentas seni nya mulai jam berapa?,"tanya Zira saat turun dari motor.

"Habis isya katanya,"ucap Nuha. Zira memgangguk. "Ayo. Kita lihat pameran karya seni dulu di ballroom,"ucap Nuha setelah ia melepas helmnya.

Mereka berdua lalu berjalan meninggalkan area parkir menuju ke tempat tujuan. Sesampainya di ballroom kampus ternyata di sana sudah ramai orang.

"Wahh masyaallah bagus banget ini mah,"ucap Nuha saat mereka masuk ke dalam ballroom tersebut.

Disana sudah terjajar rapi beberapa karya seni rupa dengan nama-nama fakultasnya.

"Iya ih masyaallah banget ini mah. Keren banget ya,"ucap Zira. Nuha mengangguk setuju dengan apa yang di ucapkan Zira barusan.

"Fakultas kedokteran mana ya? Kamu gak memperkenalkan karyamu disini, Zir. Kamu kan suka lukis-lukis gitu,"ucap Nuha sambil berjalan mengelilingi ballroom tersebut.

"Lukisan ku belum ada apa-apanya. Lihat dari fakultas kita keren kan lukisannya. Ada tangan pelukis yang lebih hebat dari aku,"ucap Zira saat melihat lukisan dari fakultasnya.

"Merendah untuk meroket nih ibunya,"ucap Nuha sembari memotret seni karya rupa yang ada di sana.

"Kok merendah untuk meroket? This is fact. Lukisan aku belum ada apa-apanya sama ini,"ucap Zira.

"Iya deh iya,"ucap Nuha lalu kembali berjalan ke lukisan berikutnya.

Sepuluh menit kami sudah selesai mengelilingi ballroom. Sudah puas kami keluar dari ruangan itu. Zira mengecek jam di pergelangan tangannya.

"Bentar lagi isya. Kita sholat dulu yuk,"ajak Zira. Nuha mengiyakan dan akhirnya mereka berjalan menuju masjid kampus untuk menunaikan sholat isya terlebih dahulu.

🦩

"Ha, kamu duluan aja deh ke aulanya. Aku mau ke toilet dulu bentar,"ucap Zira.

"Gak papa kalau aku duluan? Mau aku anter aja gak?,"tanya Nuha. Zira menggeleng, "Gak usah,ha. Aku sendiri gak papa kok,"ucap Zira.

"Yaudah aku ke aula duluan ya,"ucap Nuha. Ia lalu berlalu dari sana menuju aula dan Zira menuju ke toilet.

Selepas dari toilet sebelum menuju aula Zira berinisiatif untuk pergi ke stand penjual minuman yang memang sudah disiapkan.

Selepas ia mendapatkan minuman, ia beranjak dari sana. Tapi saat ia berbalik dirinya tidak saja menabrak seseorang hingga minuman yang Zira pegang membasahi pakaian orang tersebut.

"Astagfirullah, maaf-maaf," Zira merasa bersalah sekaligus terkejut di buatnya saat  melihat siapa yang ia tabrak, Zira meringis.

"Kak, maafkan saya. Saya tidak sengaja,"ucap Zira merunduk.

Bukan hanya Zira yang terkejut Fiqri juga terkejut saat menghetaui siapa yang menabrak dirinya.

Zira meraba tasnya. Mencari sesuatu di dalam sana, "Saya cuma punya sapu tangan. Kakak bisa pakai sapu tangan ini buat bersihin baju kakak. Saya benar-benar minta maaf kak,"ucap Zira sambil menyodorkan sapu tangan miliknya yangia ambil dari dalam tasnya.

"Tidak apa-apa. Simpan saja sapu tangan kamu saya nanti bisa bersihin ini pakai tissue,"ucap Fiqri menolak.

"Menolak ini artinya kakak tidak memaafkan saya,"ucap Zira yang masih merunduk.

Fiqri meraih sapu tangan itu akhirnya, "Saya pinjam. Saya permisi duluan. Assalamu'alaikum,"ucap Fiqri lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Zira menoleh ke belakang saat Fiqri telah pergi dari hadapannya. Menatap punggung laki-laki itu yang kian menjauh.

Melihatnya seperti mengingat semalam. Zira merasa bersalah sendiri atas yang diucapkannya tapi ia tak bisa menjawab begitu saja. Ia butuh waktu itu karena baginya hal itu terlalu mendadak.

"I will quickly give you the answer to your question last night."

🦩

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang