Sepulang dari Sydney, baik Hannah maupun Brian melanjutkan aktivitas normal kembali. Hannah mengikuti kursus pilates, sedangkan Brian masih tetap sibuk di studionya. Namun hubungan keduanya mulai ada rasanya, tidak sehambar yang kemarin-kemarin. Sikap Brian memang masih tetap kaku dan dingin, namun tidak sekaku sebelumnya.
Hari lepas hari mereka mulai menghabiskan waktu berdua saja. Seperti masak bareng, nonton film bareng, dan beres-beres rumah bareng.
Walaupun masih musim dingin di New York, tapi Hannah tetap rajin mengikuti pilates. Di kelas Cassie hanya terdiri dari tujuh orang perempuan saja yang ikut dari 10 orang.
"Hari ini materi kita adalah dumbbell deadlift. Saya bagikan dulu dumbbell-nya kepada kalian. Masing-masing dapat dua buah," ujar Cassie sembari memberikan angkat beban seberat tiga kilogram itu ke masing-masing orang.
"Seperti yang kita ketahui kalau pilates adalah bentuk latihan yang mengutamakan kekuatan dan kelenturan tubuh kita."
"Nah, melalui materi kita pada hari ini, ini dapat memperkuat paha belakang dan membantu kita mengurangi tekanan yang ada pada punggung bagian bawah. Mari saya contohkan kepada kalian."
Hannah dan yang lain memperhatikan gerakan-gerakan Cassie dengan serius dan seksama.
Cassie berdeham, "Kita mulai dengan berdiri tegak dengan kaki selebar pinggul. Seperti ini."
Sebagai instruktur pilates, Cassie berkeliling untuk memastikan apakah ada yang gerakannya salah atau tidak.
"Oke, sudah betul semua... Selanjutnya kita coba pegang barbel pada kedua tangan kita dan telapak tangan menghadap ke paha."
Untuk gerakan berikutnya, Cassie berjalan keliling. Dia melempar senyum ke arah sahabatnya, Hannah, yang dia balas dengan senyuman juga.
"Usahakan melakukannya dengan sedikit menekuk lutut dan mendorong pinggul ke belakang supaya mengurangi beban pada kaki," kata Cassie menambahkan.
Tak lama terdengar suara ringtone dari hape Cassie. "Oh, sebentar, saya angkat telepon dulu..."
Cassie berlari kecil menuju ke arah tasnya yang dia simpan di pojokkan. Butuh waktu lima detik baginya untuk menerima sambungan tersebut.
"Halo...?" balasnya sembari keluar dari ruangan latihan. Hannah memandanginya pergi.
Selagi Cassie di luar menerima panggilan penting, Hannah tetap melanjutkan latihannya.
Dia mengangkat dua barbel masing-masing seberat tiga kilo itu pelan-pelan, berusaha supaya punggungnya tidak melengkung atau tertekuk.
Kurang lebih sepuluh menit Cassie berada di luar, dia pun masuk kembali ke kelas. "Maaf tadi saya terlalu lama nerima telepon. Mari kita ulangi lagi dari awal!"
Sejam kemudian latihan pun berakhir. Sebagian ada yang pulang, sebagiannya lagi masih ada yang beristirahat termasuk Hannah dan Cassie.
"Telepon dari siapa tadi?" tanya Hannah sebelum dia minum air dari botol tumblr.
"Dari Jae," jawab Cassie singkat. Dia juga ikutan minum.
Mendengar jawaban Cassie, Hannah hampir nyembur semua air yang ada di mulutnya. "Jae??? Seriusan?"
Cassie mengangguk, "Yep, dia ngajakkin balikan. Makanya aku lumayan lama teleponan sama dia."
"Dia... Sebenernya siapa sih yang mutusin duluan? Kamu atau dia? Media bilangnya beda-beda."
"Aku duluan. Dia orangnya terlalu workaholic."
"Mm. Sama kayak Brian."
"Tapi suami kamu itu kalem, kamunya lebih banyak omong. Jadi kalian saling melengkapi. Beda halnya dengan aku sama Jae. Kami berdua banyak omong, nggak ada yang mau mengalah..."
"Tunggu. Kamu mulai ada rasa suka lagi sama dia?" tanya Hannah hati-hati.
Cassie diam sebentar. "Sebenernya kami udah lama chat. Saling ngabarin. Dan... yah, sepertinya aku mulai suka lagi sama dia," ujarnya mengangkat bahu.
"Ya kalau kalian berdua pengen balikan, balikan aja lagi," kata Hannah tidak mau ambil pusing.
Perempuan itu mengangguk. "Ada kiriman pizza dari Day5 tadi. Kamu mau ikut makan habis ini?"
"Hah? Be--bentar. Kok aku nggak tahu Brian bakalan kirim pizza?"
Hannah buru-buru mengecek chat yang masuk dari Brian dan rupanya nihil. Yang rame malahan grup chat reunian SMP Hannah yang nggak jelas ranah bicaranya ke mana.
Cassie tergelak. "Suami kamu kan jarang pegang hape. Gimana sih!"
"Eh iya, bener juga..."
KAMU SEDANG MEMBACA
grumpy - young k (day6) [COMPLETED]
Fiksi Penggemar[warning 🔞] Punya suami seorang musisi sekaligus komposer? Jangan harap dinyanyiin atau dibuatin lagu. Contohnya Hannah Woo yang makan hati mulu sama suaminya.