Chapter 64

1K 48 1
                                    

Alasan obsesi itu menakutkan adalah karena orang itu tidak sadar kalau mereka terobsesi. Orang itu terbiasa serakah sampai menjadi kebiasaan, jadi dia menganggap obsesi terhadap sesuatu adalah hal yang remeh. Bahkan kalau hal itu terlihat abnormal di mata orang lain. Lubang hitam yang tidak bisa dilihat oleh orang itu saja.

Mobil itu adalah lubang tempat Myungshin akan jatuh. Aku sedang menunggu manajer di pintu masuk parkiran perusahaan untuk melakukan audisi peran kecil di saluran kabel yang telah didapat manajer. Mobil luar negeri yang bagus tiba-tiba berhenti di depanku. Mobil manajer itu sampah yang bisa rusak kapan saja, jadi pastinya itu bukan mobil manajer. Tentu saja, pemilik mobil ini adalah orang yang kukenal. Itu adalah mobil yang kulihat di restoran beberapa hari yang lalu.

Brak!

Myungshin keluar dari mobil dan membanting pintu. Saat aku melihatnya, dia berdiri di depan mobilnya dengan angkuh sejenak lalu perlahan berjalan mendekat. Mobilnya yang plat sementaranya belum diganti itu berkilau tanpa ada debu sama sekali. Aku punya firasat di restoran tempatku bertemu Pimpinan Kim beberapa hari lalu, tapi aku tidak tahu Myungshin akan membeli mobil baru begitu cepat.

Tentu saja, itu adalah hal bagus buatku, tapi aku penasaran apakah dia punya dana yang cukup dari yang kukira. Aku dengar dia tidak mengambil banyak iklan, tapi apakah dia mendapat uang di bawah Pimpinan Kim? Bagaimana dia mendapat uang kali ini? Kalau begitu aku tidak punya pilihan selain mendorongnya lebih kencang.

"Apa kau berkontak dengan Cha Jungwoo? Mungkin saja dia terjebak di suatu panti asuhan, aku tidak bisa menemukannya di mana pun."

"Kenapa kau menanyakan itu padaku?"

Saat aku bertanya, Myungshin mencibir.

"Cha Jungwoo selalu datang berlarian waktu kau meneleponnya, jadi coba saja telepon dia untuk menemuiku, bajingan."

Bukan untuk menemuimu, lebih ke memamerkan mobilmu. Sepertinya kau sangat ingin pamer. Aku menekan tawa yang akan keluar dan mengalihkan pandanganku ke mobilnya. Aku sengaja melihat mobilnya, memberinya kata-kata yang ingin dia dengar.

"Apa ini mobilmu? Kau tidak meminjamnya?"

"Ha! Kau menghinaku. Tidak percaya? Kalau aku bisa membeli mobil seperti ini dengan gampang?"

Aku meliriknya dan kembali fokus ke mobilnya, menjawabnya dengan acuh.

"Iya. Aku tidak percaya. Jujur saja, mobil itu tidak cocok dengan popularitas atau pendapatanmu."

"Memangnya apa yang kau tahu?"

"Aku tahu kau cuma alat penghisap penisnya Pimpinan Kim."

Myungshin menggertakkan gigi dan memelototiku. Dia pasti ingat penampilannya sendiri di restoran beberapa hari lalu. Pada akhirnya, karena aku tahu dia cuma dimanfaatkan, bakal sulit baginya menyombongkan Pimpinan Kim lagi. Tak peduli berapa banyak kali dia menyebutkan dukungan Pimpinan Kim, aku bakal menertawainya. Seperti ini.

"Toh, sepertinya bukan cuma kau yang menghisap penis Pimpinan Kim. Jadi satu-satunya milikmu adalah mobil itu."

"Omong kosong apaan?"

Myungshin mengepalkan tinju dan mengambil satu langkah mendekatiku. Meskipun begitu, aku tahu dia tidak bisa melayangkan tinju itu, cibiran pun keluar di sudut mulutku.

"Aku melihat Pimpinan Kim di perusahaan sebelumnya. Waktu kau syuting di luar negeri, Hyungseok menempel di sisinya. Apa kau tahu, karena Hyungseok lebih muda darimu, dia menghisap penis lebih baik daripada kau. Mungkin dia bisa membuat penis Pimpinan Kim bertahan lebih lama. Toh, Pimpinan Kim tidak peduli siapa yang menghisap penisnya. Entah itu kau atau Hyungseok."

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang