Bab 8 – Bantuan William
Meninggalkan salon kecantikan milik Lisa, Luna berjalan dengan langkah gontai. Tubuhnya terasa lelah, semangatnya seolah-olah hilang begitu saja. Pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya, dimana dia akan tinggal nantinya, dan dari mana dia mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidupnya.
Seumur-umur, baru kali ini Luna mendapatkan masalah seberat ini. Rasa-rasanya dia ingin menyerah. Dia sudah lelah, dia sudah tak sanggup menahan beban seberat ini di pundaknya.
Luna tetap berjalan menelusuri trotoar. Perutnya terasa sedikit kram, namun dia masih saja berjalan. Hingga tak lama, Luna sampai pada sebuah taman kecil. Dia menuju ke sebuah bangku panjang yang tersedia di sana, setelah itu, Luna memutuskan duduk santai di bangku tersebut.
Pikiran Luna seolah-olah melayang, memikirkan segala kemungkinan yang akan menimpa dirinya dan juga bayinya. Apa dia harus menghubungi Shafa? Meminta tolong pada temannya itu? Tapi jika dia menghubungi Shafa, Azka pasti akan tahu tentang dirinya dan juga keadaannya yang menyedihkan saat ini. Luna tidak ingin hal itu terjadi.
Luna kembali merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya. Segera Luna mengusapnya dan melihat darah di jemarinya. Dia mimisan lagi. Luna membuka tasnya dan mencari-cari tissue di dalam sana sedangkan tangannya yang lain masih menahan hidungnya.
Tiba-tiba, seseorang menyodorkan sapu tangan di hadapannya. Luna menatap saputangan yang tampak mahal itu, kemudian melihat orang yang memberinya sapu tangan tersebut.
William berdiri di hadapanya dengan ekspresi wajah muramnya. Pria itulah yang menyodorkan saputangan untuk Luna.
Luna akhirnya memilih mengabaikannya. Dia memilih mencari-cari tissue di dalam tasnya yang kemungkinan besar tertinggal di apartmennya. Meski begitu, Luna tidak memiliki niatan untuk menerima bantuan dari William. Luna hanya tahu bahwa pasti William memiliki rencana buruk padanya, pria itu pasti akan memaksanya melakukan hal yang tak ingin dia lakukan.
Lagi pula, untuk apa juga William menemuinya lagi? Padahal sudah dua mingguan ini pria ini tidak lagi menemuinya sampai-sampai Luna mengira bahwa William sudah kembali ke negaranya.
Ditolak dan diabaikan oleh Luna, William akhirnya memilih duduk di sebelah Luna, kemudian dia membawa saputangannya tersebut ke hidung Luna menahannya di sana agar darah Luna tidak keluar terus menerus.
Luna sempat tertegun dengan sikap William, namun segera dia menepis tangan William dan berseru kesal pada pria itu, "Apa yang kamu lakukan?!"
"Menolongmu," jawab William dengan ekspresi muramnya.
"Aku tidak butuh bantuanmu!" seru Luna. "Lagi pula, kamu adalah orang yang akan tersenyum bahagia ketika aku mengalami kesulitan agar aku bisa merangkak padamu untuk meminta pertolongan. Jika itu yang kamu pikirkan, maka kamu salah. Aku tidak akan pernah melakukan hal itu!" seru Luna dengan marah.
Ya, bagi Luna, semua kesulitannya berasal dari William. Andai saja William tidak menceritakan semua ini pada orang tuanya, mungkin saat ini Luna masih bisa hidup tanpa kesulitan seperti saat ini.
Luna lalu bangkit seketika, menatap William dengan tatapan marah penuh emosi. "Jangan berpikir, bahwa ketika semua sudah direnggut dariku, maka aku akan melakukan hal keji itu demi mendapatkan semuanya kembali. Itu tidak akan pernah terjadi!" seru Luna. "Aku bahkan memilih tidur di kolong jembatan dari pada harus menggugurkan bayiku!" lanjut Luna sembari bersiap pergi meninggalkan William.
Luna berjalan menjauhi William. Emosinya membeludak, dia bahkan tidak mempedulikan hidungnya yang masih mengeluarkan darah. Hingga tiba-tiba, Luna merasakan perutnya kembali terasa kram. Kali ini rasanya semakin kuat, rasa kram itu berubah cepat menjadi rasa sakit. Luna menghentikan langkahnya seketika. Dia lalu meraba perutnya ketika rasa sakitnya itu semakin tak tertahankan. Luna bahkan sudah terduduk di tanah karena tak sanggup menahan rasa sakitnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALUNA (Pregnant with Stranger)
Любовные романыKarena patah hati, Laluna memutuskan untuk kabur ke Inggris agar bisa melupakan mantan kekasihnya yang telah menikah, Azka Pramudya. Kekecewaannya pada Azka begitu dalam hingga membuat Luna tidak ingin mengenal pria lagi. Luna akhirnya memutuskan u...