29.

2.5K 245 26
                                    

Yang belum follow, bantu follow akun ku ya semuaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang belum follow, bantu follow akun ku ya semuaa.
happy read

.
.

"Mewah banget kostnya, Sa." Sephia menyisir tiap sudut kamar kost yang sudah disiapkan Musa yang mirip seperti sebuah apartemen, Dimana furniture dan segala fasilitas yang lengkap dan mewah.

"Pasti dong, masa buat pacar ngasih yang biasa." Musa menyilangkan kakinya disisi ranjang.

"Aku mana sanggup bayar tiap bulannya, pasti mahal," komentar Sephia.

"Udah aku bayar setahun."

"Hah? yaudah nanti aku ganti yah."

Musa berdesis risih, "apasih, kolot banget kamu tuh."

"Yaiyalah harus diganti pokoknya," Sephia duduk di samping Musa.

"Digantinya sama cium aja, tiap hari."

Seketika Sephia langsung meramu bibir Musa yang dipakai untuk menggodanya itu, "mesum!"

Musa tertawa setelahnya, "ya lagian, maksa banget pengen ngeganti."

"Aku ikhlas, Gesma Sephia," tambahnya.

Kemudian hening sejenak ketika Musa melihat Sephia menolak panggilan telepon dari Papanya, raut wajah itu tidak seperti Sephia biasanya.

"Ada masalah di rumah?"

Sephia memutar bola matanya memikirkan kebohongan sebagai dalih, tapi nampaknya akan percuma karena Musa pasti akan mencari tahu jika ia merasa ada yang tidak beres.

"Aku berantem sama Papa kemarin."

"Berantem? tumben?" Musa mengerutkan keningnya.

Akhirnya dengan terpaksa Sephia menceritakan semua keresahan hatinya, tentang bagaimana perubahan sikap Martin terhadapnya. semenjak telah menikah.

"Jadi ini sebabnya kamu pengen kost?"

Sephia hanya merespon degan anggukan.

"Ibu tiri kamu jahat? kamu terluka?"

Kali ini gadis itu menggeleng.

"Terus?"

"Aku cuma belum terima kalo kasih sayang Papa terbagi, dan perbandingannya itu jauh banget. Lagi-lagi aku merasa diterlantarkan, Sa."

Akhirnya semua merujuk pada peristiwa pembullyan yang dialami Sephia saat SMA di Lombok yang belum Musa ketahui, ia menceritakan semua traumanya dan sekaligus alasan mengapa ia sangat takut dengan kekerasan juga bentakan.

"Siapa aja namanya?"

Sephia menelan ludahnya, "Tania..Mila...aku lupa."

Musa mengusap punggung Sephia seakan kesedihan itu telah terbagi padanya, sehingga ia ikut merasakan sakitnya.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya BAGIAN ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang