Alunan musik klasik yang berputar dari turntable usang, menggema memenuhi studio remang milik Alen yang tengah asyik menggoreskan cat ke kanvas besarnya.
Ia memoles kanvasnya pelan mengikuti alunan musik juga sesekali menyesap putung rokoknya. Entah apa yang ia gambar, karena lukisanya itu terlihat hanya perpaduan cat warna hitam, biru dan merah.
Studionya yang gelap minim penerangan dan juga berantakan karena penuh sampah bekas makanan fastfood serta putung rokok tidak merusak mood melukisnya.
Saat piringan hitam di turntable berhenti berputar malah berganti dering telepon dari handphonenya "ckk" decaknya kesal melihat nama pak Rafael asisten papanya muncul.
"halo" jawabnya malas.
tuan sudah pulang -lapor sang penelepon lalu menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Alen.
Tangannya mengepal kuat menahan emosinya tapi Alen nyatanya ia tidak sekuat itu untuk menahan emosinya berakhirlah ia membanting handphonenya ke lantai.
lalu menyambar kunci motor miliknya, Alen menaiki motornya dengan kecepatan penuh, seperti tidak peduli lagi jika ditangkap polisi atau bahkan terjadi kecelakaan.
sesampainya di altar rumah, ia melihat mobil papanya yang ternyata sudah terparkir di garasi rumahnya, dengan cepat ia langsung turun dari motornya dan berlari memasuki rumah.
Papanya adalah seorang pebisnis, itulah mengapa ayahnya jarang dirumah karena sering dinas keluar kota bahkan keluar negeri.
baru saja ia membuka pintu rumahnya "Dari mana saja kamu?" tanya Jamal yaitu papanya, dengan tangan yang melipat di depan dada.
ia memejamkan matanya muak "Bukan urusan papa"
lalu berjalan melewati papanya namun dicegah "kamu ngerokok?" tanya sang ayah sambil mengendus baju anak perempuannya.
Alen menarik tangannya dari genggaman papanya "bukan urusan papa" dengan menekan setiap katanya.
jawaban Alen melayangkan tamparan keras ke pipi Alen membuat ia tersungkur ke lantai, tak hanya itu tendangan pun lolos ke perutnya yang membuat ia merintih kesakitan.
DASAR ANAK BAJINGAN
KERJAANNYA CUMA MEMBANGKANG TERUS
PAPA CUMA MINTA KAMU NURUT, APA SIH SUSAHNYA
makinya dengan terus menendang asal tubuh ringkih anaknya yang terus merintih kesakitan.
"udah pa" lerai Elen saudara kembar-Alen yang berlari turun dari tangga.
kemudian menarik papanya untuk berhenti dari aksi tenda menendangnya, akhirnya sang ayah mau berhenti.
"mulai sekarang papa tarik semua akses yang saya papa kasih ke kamu, terutama studio sialan mu itu bakalan papa gusur" kata papanya sebelum pergi ke ruang kerjanya.
setelah kepergian papanya, Elen menghampiri adiknya "lo gak papa kan?"
"gak usah sok peduli" jawab Alen acuh sambil berusaha berdiri.
melihat adiknya yang kesulitan Elen memberikan tangannya untuk membantu tapi malah ditangkis oleh Alen "gue bisa sendiri"
Dengan tertatih Alen menaiki tangga menuju ke kamarnya yang bersebelahan dengan milik kakaknya Elen, sampai kamar ia langsung merebahkan tubuhnya dengan mata terpejam merasakan perutnya yang terasa begitu sakit
pintunya terbuka Elen memasuki kamar Alen dengan kotak P3K di tangan kirinya "gue bantu obatin ya"
karena tak ada respon dengan cekatan Elen mulai membersihkan luka bekas tamparan papanya di sudut bibir dan tulang pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish
Teen FictionKehancuran dan kekalutan yang terus menghantui Alen membuatnya takut untuk melangkah maju dan keluar dari zona nyamannya. Hingga ia bertemu Kai-gadis cupu dikelasnya, yang mampu membuatnya bangkit dan sadar bahwa kehidupan buruknya ini terjadi karen...