Teman

644 78 3
                                    

Jimin bangun dari tidurnya dan terkejut mendapati Yoongi tidur di sampingnya.
'Paman Yoongi?'

Jimin merasakan handuk basah di kepalanya dan sadar dirinya demam. Ia sadar bahwa semalaman paman Yoongi menjaganya.

Jimin menaruh handuk itu ke dalam wadah, namun pergerakannya membuat Yoongi terbangun.

"Jimina~"

Jimin menoleh dan tangan Yoongi langsung menempel di keningnya.

Deg

Entah kenapa rasanya sesak rindu dan juga rasa nyaman tiba-tiba saja muncul ketika kening itu menyentuh kulitnya. 'Itu seperti eomma.'

"Baguslah sudah turun."

Yoongi turun dari ranjang dan mengambil wadah beserta handuk itu.

"Tunggu disitu biar kuganti air kompresannya."

Jimin menatap Yoongi yang masuk ke kamar mandinya. Ia termenung sejenak. Jimin menyadari sesuatu dari pamannya. Meskipun dia dingin dan galak, tapi Jimin kini sadar bahwa Yoongi sebenarnya adalah orang yang baik. Hangat dan penuh perhatian. Sosok yang seperti inilah yang memang pantas ibunya percayai. Satu-satunya yang bisa menolong hidupnya.

Semenjak kejadian itu, Jimin tak memikirkan apapun selain belajar dan mematuhi pamannya.

Mengenai Bully, Jimin bahkan diam dan tidak menggubrisnya ketika bukunya dilempar. Ia cukup cerdas menyimpan semuanya di dalam drive yang memudahkan dia memprint ulang catatannya.

Bahkan tiap malam Jimin mengedit semua pelajaran, menyalin sekaligus belajar mengingatnya. Yoongi yang melihat itu dari CCTV mulai tidak mengkhawatirkan Jimin lagi, karena gadis itu terlihat sangat rajin sehingga dia sekarang mulai fokus dengan perusahaannya.

Sampai akhirnya kenaikan kelas, Jimin berhasil menempati posisi nomor 3.

"Waw selamat Park Jimin." Ucap ketua kelas melihat Jimin ada di peringkat ke 6. Dua tingkat tepat di bawahnya.

Pulang sekolah, Jimin langsung memberikan hasil nilainya pada pamannya.

"Aku sudah berusaha yang terbaik, maaf kalau hanya dapat peringkat 6."

Jimin bangga dengan peringkat 6 tapi ia tau mungkin pamannya akan ekpektasi lebih ke rangking satu. Karena biasanya semua orang tua seperti itu, termasuk ibunya dulu.

"Ini bagus. Apa yang kau inginkan untuk hadiah ?"

"Hadiah ?"

"Ya hadiah."

"Hadiah untuk ?"

"Karena kau sudah bekerja keras dalam belajar."

Dalam sekejap layaknya seperti cahaya Tuhan mengitari kepala pamannya. Selama ia belajar keras tidak pernah hadiah apapun dari kedua orang tuanya. Bahkan ketika ia dapat rangking dua ataupun menang kompetisi, kedua orang tuanya selalu menginginkan dirinya rangking satu dan terus berekspansi lebih. Tak pernah sekalipun diapresiasi.

"Bingung ?"

Srett sebuah kartu pamannya keluarkan

"Beli apapun yang kau mau. Jangan melebihi 500 ribu."

Jimin membelalakan matanya, jangankan 500ribu, bahkan 100ribu saja Jimin tidak pernah sangka. Jimin kini menyadari satu hal lagi dari pamannya. Ternyata pamannya sangat royal jika Jimin berbuat baik.

"Baik terimakasih paman Yoongi." Jimin menunduk dan menerima kartu itu.

"Passwordnya tanggal lahirmu."

Double shocked. Kenapa tanggal lahirnya adalah passwordnya, itu aneh. Tapi Jimin menampik fikiran curiga dan mungkin saja itu untuk memudahkan Jimin. Dan, akhirnya uang itu Jimin belanjakan untuk membeli sepatu dan pakaian. Setelah itu, malamnya Jimin mengembalikan kartu itu pada pamannya.

ONLY YOU [ YOONMIN GS 18+ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang