Chapter 1 : Satu Jiwa Dua Energi

157 6 5
                                    

Prakata

Pada saat ini, dunia dibagi menjadi dua. Dunia Mortal dan Dunia Immortal. Dunia mortal, tempat para manusia dan makhluk ciptaan Dewa Shanqi tinggal. Dunia immortal atau dunia roh, tempat para roh bangkit dari kematian di dunia mortal. Segala macam roh bisa berubah bentuk tergantung energi kebaikan dan kejahatan yang para mahkluk pernah lakukan semasa hidupnya ketika di dunia mortal. Dunia immortal dipimpin oleh satu dewa terkuat dunia ini—Dewa Shanqi. Sementara kehidupan mortal dan immortal dibatasi oleh satu kerajaan langit tempat matahari dan bulan terbit—Istana Giok.

Sejak dulu, di dunia immortal terdapat pertarungan antar dewa yang tidak pernah selesai. Dewa Shanqi dan Iblis Mo Lushe—pemimpin Tanah Iblis yang selalu berebut kekuasaan dunia immortal. Meski Dewi Bulan dan Dewa Matahari adalah dewa paling suci, namun mereka tidak pernah turun langsung untuk menghentikan pertarungan dewa dan iblis itu.

Hingga suatu hari, Mo Lushe menemukan satu titik kelemahan Dewa Shanqi. Waktu untuk menyerangnya sudah tiba. Namun, rencananya tertahan ketika ia bertemu dua gadis kecil yang kemudian ia besarkan menjadi dua siluman cantik, Bai Suzhen dan Hei Suzhen.

.

.

.

.

    Istana Hei, Tanah Iblis.

"Tidak berguna!"

    Seorang wanita bangkit dari kursi singgasananya sambil mengibaskan tangan. Sekelebat energi hitam menghantam wajah Hei Suzhen hingga ia terdorong ke belakang. Hei Suzhen memegang pipinya, terasa kebas sekaligus panas.

    "Xiao Bai sudah mencuri catatan penting di ruang terlarang. Kau sebagai adiknya masih saja tidak bisa mengalahkan kakakmu yang lemah dan selalu gagal berkultivasi itu?"

    Hei Suzhen berlutut, menangkupkan kedua tangan dan menyembah. "Guru, aku yang salah. Kemarin... aku sudah memintanya untuk mengembalikan catatan itu dan meminta maaf langsung ke Guru. Berharap guru mengampuninya—"

    Wanita tadi mendorong Hei Suzhen menggunakan energi dalam, gadis kecil itu berguling di lantai dan mengerang pelan. Hei Suzhen mengangkat tubuhnya, kembali ke posisi semula. Jika gurunya sedang marah, ia harus berdiam diri menerima hukuman. Pula ini salahnya juga yang masih percaya bahwa kakaknya bisa diajak kerjasama.

    "Aku tidak akan mengampuni siapapun yang memasuki ruang terlarang tanpa seizinku! Kau tentu tahu kalau ruangan itu disegel dengan sihir paling rumit dan hanya bisa dibuka olehku. Lalu kau pikir, bagaimana Xiao Bai bisa membukanya sendiri? Dengan kekuatan dan kultivasinya yang lemah seperti tikus itu, dia pasti dibantu dengan sesuatu."

    Dari pintu aula, seseorang mendobrak masuk. Hempasan angin menerobos aula, semua penjaga terdorong dan terlempar ke lantai. Sebuah bayangan putih melesat terbang di udara. Hei Suzhen jelas tahu itu siapa. Ia berdiri dan bersiap mengangkat pedangnya, namun bayangan putih itu menyerangnya hingga ia terdorong ke belakang juga.

    "Kakak Bai!"

    "Anak tidak tahu diri!" seru wanita tadi. Hei Suzhen segera bangkit lagi. Tapi bayangan putih tadi—yang adalah seorang wanita cantik berpakaian serba putih mengangkat tangan dan memblokir serangan gurunya dengan satu tangan.

    "Guru, aku tidak mencurinya. Jangan salahkan Xiao Hei untuk masalah ini."

    Kemarahan sang guru tidak menghalangi serangan berikutnya. Kali ini Xiao Bai tidak bisa menahan serangan dan ia terdorong ke belakang hingga tubuh kurusnya terlempar berguling ke lantai. Xiao Hei bangkit hendak menyerang untuk membela si Guru, tapi ucapan Guru menghentikannya.

Romance Between the White Snake and the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang