TBB (03)

126 12 0
                                    

"Tapi ngomong-ngomong, orang itu ganteng juga loh.." ucap Reno membicarakan Wira.

"Orang yang mana?" Tanya Ervan tidak mengerti dengan ucapan sahabat satu-satunya.

"Yang semalem gak sengaja gue tabrak itu loh..." ucap Reno memulai pergibahan.

"Dih, ganteng dari mana nya. Menurut gue sih masih gantengan Arga ya,"

Arga adalah mantan dari Ervan yang kemarin memutuskan hubungannya secara sepihak. Arga juga ketua geng motor yang bernama Elang, saingannya adalah geng motor King Dewa yang diketuai oleh Wira sakti.

"Ganteng doang, tapi brengsek buat apa?" Ucap telak dari Reno.

Ervan berdecih saat mendengar ucapan Reno barusan. Teringat sang mantan yang memang hanya menginginkan tubuhnya saja. Hubungannya yang bertahan selama satu bulan itu membuat kesal.

Bukan karena apa, tapi baru satu bulan mereka berpacaran. Dan Arga sudah meminta hal yang lebih dari Ervan, tentu saja dia marah. Ervan hanya akan memberikan kesuciannya kepada laki-laki yang tulus mencintainya, entah kapan masa itu akan datang padanya.

"Gue belum tahu namanya. Gue lupa nanyain, padahal tadi kita ketemu sebelum gue kesini." Ucap Reno sambil menghela nafas.

Ervan memutar bola matanya, malas. "Nama dia Wira, gue ga tau nama belakangnya. Tadi pagi gue sempet nanya dia siapa, tapi malah dijawab pake namanya. Padahal maksud gue tuh kenapa dia tidur sekamar sama gue."

"Lagian lo aneh deh, Ren. Masa lo suka sama yang modelan kaya patung gitu sih. Yang bahkan sama sekali ga bisa nunjukin ekspresinya sendiri. Garing banget" lanjut Ervan

"Tapi yang kalem sama dingin itu keliatannya beda aja gitu. Lo gabisa rasain perbedaannya, kalo lo sendiri ga pernah nyobain".

Sungguh, omongan Reno ini selalu bisa membuat Ervan diam. Semua ucapannya itu skakmat. Jika sedang berdebat dengannya, Ervan pasti selalu saja kalah. Dan terpaksa dia juga harus mengalah.

Di hari minggu seperti ini, Ervan tidak pernah ada kegiatan. Setelah pertemuannya dengan Reno tadi siang dia pulang ke rumahnya dan berbaring.

"Makan udah,"

"Nyemil udah,"

"Nonton film udah,"

"Main game juga udah, apa lagi ya?"

Ervan sungguh benar-benar bosan sekarang. Reno bilang, tadi dia ada urusan mendadak. Jadi Reno pergi meninggalkannya sendiri di cafe. Ervan pun juga ikut pulang ke rumah dan berakhir sendirian. Mungkin dia akan tidur saja sebentar untuk mengurangi rasa bosan.

***
Di tempat Wira berada sekarang adalah markas tempat semua anggota King Dewa berkumpul. Markas Mereka bisa dibilang cukup besar karena anggotanya pun sangat banyak. Mereka biasa bermain kartu atau mendiskusikan strategi perlombaan balap liar untuk minggu depan.

Tapi kali ini, lain dari biasanya. Mereka berkumpul bukan untuk sekedar bermain atau mendiskusikan strategi untuk perlombaan balap liar minggu depan saja. Tapi, sekarang mereka sedang membicarakan tentang ketua geng Elang yang mengamuk usai kekalahannya dalam perlombaan balap liar semalam.

"Arga bilang, dia ingin tanding ulang antara King Dewa dengan Elang. Geng Elang ga terima mereka kalah gitu aja dari elo, Wira." Ucap salah satu anggota King Dewa memulai percakapan serius di antara mereka.

"Jelasin maksud dan tujuan dari si Arga itu," ujar Wira santai dengan tatapan tajam miliknya, aura yang dikeluarkan Wira sangat dominan membuat seluruh anggotanya sedikit bergidik ngeri.

Anggota yang tadi memulai percakapan diawal bernama Angga. Dia adalah salah satu sahabat Wira. Dia juga yang biasanya suka bercanda dan mencairkan suasana tegang yang selalu dibuat oleh Wira dan Galang. Sekarang Angga sedang menjelaskan maksud dan tujuan Arga yang berniat ingin tanding ulang dalam waktu dekat ini.

Maksud dari Arga adalah, dia tidak terima atas kekalahannya dengan Wira. Tujuannya tentu saja Arga ingin membuat kesepakatan yang berbeda. Dimana, barang taruhannya mungkin kali ini bukan berupa uang.

Arga ingin pertandingan nanti hanya di hadiri oleh anggota Elang dan anggota King Dewa. Dia juga ingin mempermalukan Wira di depan semua anggota King Dewa. Jika kemenangannya nanti akan jatuh ke tangan Arga.

Elang dan King Dewa adalah musuh bebuyutan. Tapi mungkin hanya ketua dan anggota geng Elang saja yang menganggap hal seperti itu. Mereka yang mempunyai jiwa pendendam akan selalu marah dan kesal saat lawannya jauh berada di atas.

"Mereka selalu aja bersikap kekanak-kanakan." Celetuk Galang sang tangan kanan dari Wira sekaligus sahabatnya dan Angga.

Sikap Galang dengan Wira yang tak jauh berbeda, membuat mereka cocok dan nyambung saat saling mengobrol. Galang juga bersedia membantu Wira jika mengalami kesulitan, dan dia juga yang membuat Wira berada di posisi sang ketua, dari King Dewa.

"Biarkan saja mereka mau berbuat seperti apa, yang penting kita lihat aja nanti." Ucap Wira tegas dan serius, dengan raut wajahnya yang memikirkan rencana itu sendiri.

Tinggal tentukan saja tanggal mainnya. Wira akan dengan senang hati meladeni orang angkuh yang ingin bermain-main dengannya itu.

Sekarang mereka sedang membicarakan barang taruhan seperti apa yang dimaksud Arga. Dan merencanakan strategi untuk mengalahkan geng Elang.

Mereka juga harus mempersiapkan semua. Jaga-jaga jika geng Elang akan memulai tawuran jika ketuanya dikalahkan lagi oleh Wira Sakti. Semuanya saling kompak untuk perlombaan khusus antara Arga dan Wira nanti.

Setelah semua diskusi dirasa sudah cukup dan selesai, sekarang semuanya melanjutkan kegiatan-kegiatan pribadi mereka. Dimulai dari yang masih di dalam markas dan bermain. Ada juga yang pamit untuk bertemu dengan pacarnya, ada juga yang ingin belajar untuk hari esok di sekolah.

"Arga tai, itu. masih belum ada kapok-kapoknya ya, emang. dari dulu selalu aja cari masalah sama King Dewa." ucap Angga.

Sekarang di sana hanya tersisa beberapa orang saja termasuk Angga, Galang dan Wira. Dan sepertinya Angga yang paling terlihat kesal disini. Karena kelakuan Arga yang menurutnya susah untuk menerima keadaan dan kekalahan.

"Ngomong-ngomong, lo  kemana waktu itu. Kita kan udah rencanain bakal minum-minum sehabis membagikan uang hasil dari taruhan yang cukup banyak itu." Angga mengalihkan pembicaraan tentang geng Elang.

"Gue kecelakaan waktu di jalan," ucap Wira sudah tidak peduli dengan urusan tabrakan yang tidak disengaja itu.

"Serius lo?! Kok, ga mati." Yah, ketika Angga sudah berulah, beginilah jadinya.

Galang memukul belakang kepala Angga cukup kuat. Yang mungkin saja bisa mengembalikan sedikit kewarasan Angga. Dan setelah itu Angga mengaduh, lalu membalas geplakan dari Galang.

"Mulut lo, ya. Angga, kalo ngomong itu di saring dulu." Galang ingin memarahi Angga. Tapi, dia tahu bahwa itu hanyalah candaan. Melihat wajah Angga saja sudah membuatnya kasihan, jadi ia urungkan niatnya itu.

"tapi lo ga kenapa-napa kan Wir?" ucap Galang melanjutkan perkataannya.

"Seperti yang lo lihat, gue baik-baik aja." Wira sengaja tidak membicarakan kejadian, ketika saat ia bangun dari tidurnya.

Angga dan Galang tidak berniat menanyakan kejadian selanjutnya setelah kecelakaan Wira. Mereka berdua yakin dan pastinya, Wira tidak akan menjawabnya. Walaupun mereka bertiga adalah teman, tetapi mereka tetap menghargai privasi.

***
Bersambung

Terima kasih ya, untuk kalian yang sudah vote cerita ini. Sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya...bye bye🌸 

Two Badboys [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang