"Pristiwa bermula saat sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera Belanda di hotel Yamato, hal itu memancing kemarahan rakyat Surabaya. Rakyat berupaya menurunkan bendera Belanda walau nyawa menjadi taruhannya. Saat itu, tentara Belanda terus menembaki para pemuda yang berusaha menurunkan bendera Belanda, tapi karena rasa nasionalisme para pemuda lebih tinggi, mereka terus memanjat tiang bendera dan merobek bendera tersebut pada bagian birunya. Setelah Pristiwa itu meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia dengan Inggris yang mengakibatkan tewasnya Brigjen Malabi yakni pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur..."
"Kematiannya itu membuat Inggris marah besar, Inggris lalu menunjuk pimpinan baru pengganti Brigjen Malabi. Pimpinan baru tersebut kemudian mengeluarkan ultimatum pada 10 November agar Indonesia menyerah dan menghentikan perlawanannya. Ultimatum ini dianggap sebagai penghinaan bagi rakyat Surabaya dan Indonesia. Ultimatum itu akhirnya tidak dihiraukan. Lalu pada 10 November pertempuran pun meletus, Bung Tomo membakar semangat rakyat Surabaya lewat pidato untuk melakukan perlawanan. Pilihannya hanya dua, Hidup atau Mati-"
"Merdeka atau mati Mama, bukan hidup atau mati."
Kinan tergelak atas koreksi yang diberikan oleh anaknya, "itu Ar tahu. Berarti udah pernah baca ceritanya dong?" Tanyanya.
"Sudah pernah dibacakan Mbah Kung tiga bulan lalu, waktu Ar liburan ke Surabaya."
"Lho kenapa nggak bilang kalau sudah pernah diceritakan?"
Haish, susah payah Kinan menghafal-hafal terkait pertempuran 10 November agar bisa menceritakannya pada Arsya-anaknya- sebelum anak itu tidur. Dia lupa kalau Papa anaknya merupakan produk asli Surabaya, yang artinya keluarga mereka pasti sudah khatam di luar kepala terkait pertempuran 10 November 1945 yang terjadi di kota mereka. Payah.
"Ar nggak mau buat Mama kecewa, kelihatannya Mama semangat sekali ceritanya."
Kinan kembali terkekeh, "jadi perlu Mama lanjutkan atau nggak perlu?"
Arsya menggeleng, meraih guling minion kesayangannya ke dalam pelukan.
"Udah ngantuk Mama, elus-elus rambut aja Mama." Pintanya menggeser bantalnya mendekat pada sang Mama. "Good night Mama, I love you banyak banyak."
"Good night gantengnya Mama, I love you banyak-banyak too." Kinan mengecup dahi anaknya, membawa Arsya ke dalam pelukannya.
Berbeda dengan kebanyakan anak-anak seusianya yang senang dibacakan dongeng sebelum tidur, Arsya lebih senang dibacakan tentang sejarah dan cerita para pahlawan Indonesia. Sedikit unik memang, tapi kalau ditinjau ke belakang, tidak perlu diherankan juga karena nyatanya Arsya berasal dari keturunan salah satu pahlawan nasional yang dahulu berperan penting memperjuangkan kemerdekaan negara ini.
Ya mungkin itu kenapa, walau sudah hidup lewat beberapa generasi, Arsya masih mewarisi jiwa nasionalisme yang dimiliki buyutnya.
Kinan yang akhirnya jumpalitan, harus membeli dan membaca banyak buku mengenai perjuangan para pahlawan untuk bisa ia ceritakan pada anaknya. Padahal kalau dipikir-pikir, semasa sebelum menjadi Ibu dirinya bukan seorang kutu buku. Kinan sangat anti dengan yang namanya membaca!
Namun seperti kebanyakan orang yang akan mengalami perubaham drastis setelah memiliki anak. Tidak sekali dua kali Kinan melihat kenalan-kenalannya dulu yang terkenal anak Papi Mami, setelah menikah dan punya anak berubah menjadi wonder woman. Begitulah dunia merubah manusia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Not Try Again
Literatura FemininaOrang-orang selalu menyebut dirinya si paling beruntung. Anak orang penting yang menikah dengan orang yang tak kalah penting pula. Kinan disebut memiliki segalanya, harta dan tahta. Tanpa ada orang yang mengetahui, hidupnya dipenuhi oleh penyesalan...