"Melihatmu lagi setelah sekian lama ternyata rasanya masih sama. Hanya status kita yang belum sama, yaitu sama-sama halal menurut Allah dan Rasul-Nya."
–Reval Fahmi Muzzaky–
.
.
.Saat ini di bandara Soekarno Hatta, terlihat 2 orang lelaki yang tengah bersantai di salah satu coffee shop yang ada di sana. Mereka adalah Gus Reval dan Gus Wildan yang baru saja mendarat lebih kurang 30 menit lalu, setelah perjalanan jauh dari Bandar Udara Internasional El Rahaba, Sana'a, Yaman.
"Yakin mau ambil penerbangan ke Semarang, Val?" tanya Gus Wildan mulai buka suara.
Gus Reval yang saat itu tengah fokus mengutak-atik tablet miliknya hanya merespon dengan sebuah anggukan dan dehaman. Gus Wildan yang melihat respon temannya tentu saja dibuat sedikit keheranan. Pasalnya rumah mereka saja sudah beda provinsi.
Jika Gus Reval mengambil tiket pesawat ke Surabaya, tentu saja Gus Wildan akan diam saja karena di provinsi yang ditinggali sahabatnya, memang itulah bandar udaranya. Namun, saat ini berbeda karena tiket penerbangan yang diambil oleh Gus Reval adalah Semarang, tempat di mana Gus Wildan tinggal.
"Kenapa gak langsung ke Surabaya sih Val? Sayang fulus ente tau gak?!" protes Gus Wildan tak terima.
Gus Reval yang mendengar keluhan sahabatnya hanya bisa menghela napas lelah. "Disuruh Abah gitu. Nanti ke Blitar nya diantar Mbah Kyai," balas Gus Reval memberikan penjelasan.
"Mbah Kyai? Abahku?" Gus Wildan kembali bertanya seraya menunjuk dirinya sendiri.
Gus Wildan terdiam sejenak, entah apa yang sebenarnya dia pikirkan. Selang sepersekian detik, raut wajahnya tiba-tiba berubah.
"ASTAGHFIRULLAHAL'ADZIM ANA BARU INGET!" seru Gus Wildan begitu kencang, hingga mengganggu ketenangan beberapa pengunjung lain.
"Dan!" tegur Gus Reval memperingati.
"Syuutt! Mas pelan-pelan dong ngomongnya!" peringat salah satu pengunjung.
Gus Wildan yang mendapat teguran itu, tentu segera meminta maaf kepada para pengunjung coffe shop. Setelahnya lelaki yang baru saja menginjak usia 25 tahun itu kembali menghadap ke arah sang sahabat.
"Jujur ane lupa kalo beberapa hari lalu Abah nelpon dan ngasih tau atau lebih tepatnya ngasih tugas buat ngabdi dulu di pondok keluarga ente. Abah juga bilang kalo ternyata ponakan ane mondok di sana juga," ungkap Gus Wildan kepada sahabatnya, Gus Reval.
Gus Reval yang mendengar penuturan dari sahabatnya tentu saja sedikit banyak merasa terkejut. "Keponakanmu laki-laki apa perempuan?" tanya Gus Reval to the point.
"Perempuan Emm... sekarang kayaknya udah kuliah sih. Emange kenapa, mau mok embat?" goda Gus Wildan seraya menaik-turunkan alisnya.
"Ngawor! Ya enggaklah, lagian aku udah ada inceran," sahut Gus Reval begitu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Salah (ON GOING)
Romance[AL FATIH SERIES 2] Cerita ini bukan tentang seseorang yang saling mencinta lalu menikah dan hidup bahagia selamanya. Tetapi ini tentang seorang pemuda yang diam-diam mengagumi salah satu santriwati di pondok pesantren milik keluarganya dan nyatanya...