Bab 17

8.4K 494 63
                                    

"Selamat pagi Nyonya." Sapa wanita paruh baya dengan begitu ramah. "Panggil Prilly saja Bu jangan pakek Nyonya agak geli saya dengarnya." Canda Prilly yang membuat wanita paruh baya itu tertawa.

"Baiklah, kalau begitu Nona Prilly."

"Saya bukan gadis lagi Buk." Ungkap Prilly terang-terangan yang membuat asisten rumah tangga Ali itu tersedak ludahnya sendiri.

"Prilly cukup panggil Prilly tanpa embel Nona apalagi Nyonya." Peringat Prilly lagi sebelum mendaratkan bokongnya di kursi meja makan.

Beberapa orang asisten rumah tangga lainnya segera mendekati Prilly untuk melayani wanita itu namun dengan cepat Prilly menggelengkan kepalanya. "Enggak perlu sampai seperti itu saya masih punya tangan dan semuanya masih berfungsi dengan normal." Ucap Prilly sambil memperlihatkan kedua tangannya pada mereka yang berdiri disana.

"Oh ya saya harus memanggil kalian siapa?" Tanya Prilly dengan wajah bingungnya.

Wanita paruh baya itu segera menyebutkan namanya. "Panggil saya Bu Ratna dan ini Karmila disebelahnya Mia, mereka yang akan melayani kamu selama tinggal disini Nak." Ratna tersenyum lembut pada Prilly.

Senyuman yang mengingatkan Prilly pada almarhumah ibunya. Ia memang masih kecil ketika Ibunya meninggal namun senyuman penuh kasih Ibunya sampai mati akan ia ingat.

"Ada yang salah Nak?" Ratna dan yang lain tampak terkejut saat melihat kedua mata Prilly berair. "Kamu sakit?" Tanya Ratna lagi ketika tak kunjung mendapat jawaban dari Prilly.

Buru-buru Prilly menggelengkan kepalanya. "Enggak Bu. Aku cuma kangen sama almarhumah Ibuku." Suara Prilly mulai terdengar serak.

"Sayangku." Ratna segera mendekati Prilly lalu memeluk wanita Tuannya dengan penuh kasih sayang. Ratna seorang janda yang ditinggal pergi suaminya karena tidak bisa memiliki anak.

"Maafkan kami." Bisik Ratna yang membuat Prilly menggelengkan kepalanya. "Bukan salah kalian. Aku baik Bu, aku nggak apa-apa." Jawab Prilly setelah melepaskan pelukannya pada tubuh Ratna.

"Pelukan Ibu Ratna hangat. Aku suka." Kata Prilly dengan senyuman lebarnya, senyuman yang berbanding terbalik dengan kedua matanya yang justru semakin mengucurkan air matanya.

Mia dan Karmila tampak sendu menatap wanita yang dibawa oleh Tuannya. Selama bekerja disini belum pernah sekalipun mereka melihat Tuannya membawa wanita ke rumah ini apalagi sampai dipaksa tinggal bersamanya seperti Prilly.

Mereka memang pernah melihat seorang wanita lainnya yang bernama Alena yang kerap mendatangi Tuan Ali namun hanya sebatas datang lalu diusir pergi oleh Tuan mereka. Dan kalau boleh jujur, mereka yang bekerja disini juga tidak menyukai sosok Alena yang menurut mereka terlalu memaksakan diri untuk menjadi Nyonya dirumah ini.

Setelah puas menumpahkan rasa rindunya pada almarhumah Ibunya melalui pelukan hangat yang Ratna berikan kini Prilly terlihat menikmati sarapan paginya. Prilly memaksa Mia dan Karmila untuk bergabung dengannya begitupula dengan Ibu Ratna yang sontak ditolak oleh mereka.

Bagaimana mungkin mereka duduk bersama Nyonya dirumah ini.

"Ayolah! Ada yang ingin aku tanyakan pada kalian." Bujuk Prilly yang tetap saja hasilnya sia-sia, tidak ada seorangpun dari mereka yang bersedia duduk bersama dengannya di meja makan.

Prilly melahap nasi gorengnya dengan tatapan menyipit tajam kearah Mia,Karmila juga Ratna bermaksud untuk menakuti mereka namun alih-alih merasa takut mereka justru sekuat tenaga menahan diri untuk tidak mencubit pipi tembam Prilly yang terlihat sangat menggemaskan.

Sekarang mereka mengerti kenapa Tuan mereka sampai memaksa wanita ini untuk tinggal bersamanya karena aura yang menguar dari sosok cantik ini benar-benar membawa hawa yang begitu positif bagi mereka yang tinggal disini.

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang