[ B ] Silence | RussXfemIndo [END] ✓

Chapter 04

Happy Enjoy and Reading guys ~

.

.

.

.

.

     Indonesia membuka matanya, dia langsung mendudukkan dirinya. Agak meringis kesakitan tapi dia sudah biasa menghadapinya. Wanita itu meraba perutnya. Merobek kain bajunya sebatas bawah dadanya. Membuka perlahan perban yang membungkus lukanya di perutnya.

    "Ah, tidak buruk. Setidaknya bagian dalam sudah lumayan membaik." Ucap Indonesia pelan.

    Indonesia meraba lukanya. Ia langsung mengambil tas yang berisikan obat- obatan. Ia mulai membersihkan lukanya dan membalut kembali lukanya dengan perban. Dia sengaja memasang perban itu agak melebar hingga menutup seluruh bagian perutnya. Agar tidak terekspos.

  

🍁🌼🍁

  Keadaan di luar tenda.

    Russia nampak memegang botol vodkanya. Menatap api unggun yang tengah menyala. Mereka bertiga belum ada yang memilih tidur. Kalaupun mereka tidak tidur, mereka tetap akan bertahan dan baik- baik saja.

    "Hah, kalau wanita itu tidak sadarkan besok pagi. Lebih baik kita membuangnya saja. Jadi beban saja." Keluh Amerika.

     "Apa maksud mu?." Tanya Russia agak membentak.

     "Benarkan? Dia hanya beban." Jawab Amerika enteng.

    "Sud-."

    "Siapa yang kau ingin buang, Ame?." Tanya wanita yang tak lain adalah Indonesia yang memotong ucapan Canada.

     Wanita itu keluar dari tenda.

     "Ah, kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?." Tanya Canada langsung.

     Indonesia menatap pria bersurai merah putih merah dengan jepit rambut daun maple merah itu.

     "Cukup baik." Ucap Indonesia pelan.

    Wanita itu duduk di antara Canada dan Russia. Ia ingin menghangatkan tubuhnya yang terasa sangat dingin.

     "Ini, makanlah." Ucap Russia memberikan sepotong roti kering-- ROTI Baguette.

    Indonesia menerimanya. "Keras." Komentar Indonesia pelan.

    "Maaf, hanya ada itu." Ucap Russia yang tak sengaja dengar.

    "Tidak apa- apa."

     "Apa kau tidak merasa dingin?." Tanya Canada.

      Pria itu mengamati pakaian milik Indonesia yang bisa di bilang sangat memprihatikan. Amerika menghela nafas. Pria itu berdiri duduknya. Ia melepaskan jaket yang dia kenakan dan menyampir kannya ke bahu Indonesia.

     "Pakailah, dan aku ingin istirahat. Panggil kalau ingin bergantian." Ucap Amerika meninggalkan mereka bertiga.

    Russia menatap tidak suka pada perhatian yang di berikan oleh Amerika ke Indonesia.