10. His Mom

640 86 13
                                    

Terbangun dengan Renjun yang tepat berada di sisinya-bahkan memeluk tubuhnya dengan erat, bukan hal yang pernah Yizhuo bayangkan sama sekali. Dia terbiasa dengan Renjun yang meninggalkannya begitu saja usai lelaki itu selesai dengan keinginannya. Tapi pagi ini, dia mendapati Renjun tepat di sisinya. Semalam bahkan lelaki itu juga tidak memaksanya, membiarkan dia tidur begitu saja.

"Aku tau aku memang tampan. Tidak perlu menatapku seperti itu." Yizhuo memalingkan pandangan begitu Renjun tiba-tiba saja membuka matanya perlahan. Dia pikir lelaki itu masih tidur.

"Gak mau! Le-lepas!" Dia tersentak begitu Renjun sedikit menarik tubuhnya sehingga jarak mereka semakin menipis. Matanya refleks terpejam mendapati tangan Renjun yang terangkat. Tapi berangsur terbuka ketika menyadari tangan lelaki itu yang menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Jelek. Muka kamu bengkak tuh!"

Tidak tahu apa yang salah, tapi matanya malah memanas mendengar itu. Isakannya keluar begitu saja membuat Renjun berdecak malas. "Cengeng!" Tangisnya malah semakin keras mendengar itu. Yizhuo masih saja menangis bahkan ketika kini Renjun menariknya dalam sebuah pelukan.

"Gak usah nangis mulu, jelek."

"IYA AKU EMANG JELEK TERUS KENAPA HAH?!"

Renjun malah tergelak mendengar teriakan Yizhuo barusan. Perempuan itu kini kembali menangis sembari duduk dan menekuk kedua lututnya, menyembunyikan wajahnya di sana. Sementara Renjun bersandar pada headboard ranjang sambil menyeringai pelan.

"At least... kalau udah jelek jangan cengeng juga soalnya jadi makin jelek," ujar Renjun yang membuatnya mendapat satu pukulan keras dari Yizhuo.

"Emangnya kenapa kalau aku jelek hah?! Gak ngaruh juga buat hidup kamu kan?!"

"Ngaruh. Menodai mata soalnya, merusak pemandangan."

Renjun mengernyit melihat Yizhuo yang malah menangis semakin keras. Agak heran juga padahal biasanya Yizhuo tidak secengeng ini. Paling kalau sedang dia sentuh saja baru meraung tidak terima. Lalu tatapannya tidak sengaja terarah pada sprei, mendapati bercak merah di sana, tidak jauh dari posisi duduk Yizhuo yang sampai saat ini masih saja menangis.

Hadeuh, pantas saja.

"Cepet mandi sana," ujar Renjun ketika melihat tangisan Yizhuo yang sudah mulai mereda. Yizhuo tidak membalas apapun dan bangkit berdiri.

"Aww!" Ringisnya pelan begitu merasakan sedikit nyeri pada perutnya ketika berdiri. Pandangannya terarah pada sprei dan melotot kaget. Dia melirik ke arah Renjun tapi lelaki itu terlihat biasa saja. Hanya menatapnya dengan pandangan datarnya. Sementara dia entah mengapa merasa sedikit malu dengan itu. Makanya langsung saja langkahnya berlalu menuju kamar mandi dengan terburu.

Yizhuo pikir, Renjun sudah tidak ada di kamarnya ketika dia selesai mandi. Tapi dugaannya salah ketika melihat lelaki itu yang malah duduk di sofa. Sudah rapi dengan pakaian kerja. Menatapnya dengan seringai-yang lama-lama terasa menjengkelkan di matanya. Yizhuo membenci itu. Dia berniat untuk mengambil pakaiannya dan kembali lagi ke kamar mandi.

"Le-lepas!"

"Disini saja, sayang."

"Jangan gila!" Lelaki itu malah tergelak tapi tumben sekali langsung membiarkannya pergi.

Hal yang lebih aneh, ketika sudah selesai berganti baju dan kembali ke kamar, dia malah mendapati lelaki itu yang rebahan di atas ranjang. Kakinya terlihat menjuntai ke lantai. Langkahnya berniat menuju ke meja rias tapi tangannya langsung ditarik kasar. Dia jadi bertanya-tanya, tidak bisakah Renjun bersikap sedikit lebih lembut padanya?

"Kamu kerja setengah hari."

"Apa sih? Mana bisa kayak gitu?!" Yizhuo sungguh tidak mengerti dengan Renjun yang selalu seenaknya dengan pekerjaannya.

Wounded SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang