Sudah seharian Prilly dan Ali sama-sama saling mendiamkan. Keduanya serempak acuh satu sama lain sampai akhirnya menjelang malam hari Prilly dibuat terkejut dengan keberadaan Ali di ranjangnya."Ngapain disini?" Tanyanya sambil berkacak pinggang dihadapan Ali. Pria itu sedang memeriksa beberapa berkas pekerjaannya hanya menoleh menatap Prilly sekilas lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Aku tanya kenapa kau disini?" Kembali Prilly bertanya kali ini suaranya terdengar sangat tidak bersahabat.
"Kau benar-benar bodoh ternyata." Prilly menganga lebar saat mendengar balasan pria itu yang rasanya begitu ringan bibir tebal itu ketika menghina dirinya. "Apa yang biasanya orang lakukan diatas tempat tidur?" Ali balik bertanya pada Prilly.
"Tidur kalau nggak tidur ya di tiduri." Jawab Prilly enteng yang nyaris membuat Ali tersedak ludahnya sendiri.
Wanita ini memang benar-benar tidak bisa ditebak jalan pikirannya.
Ali kembali fokus pada pekerjaannya mengabaikan Prilly yang masih berusaha menarik perhatiannya. "Bisakah kau diam dan tidur? Aku sedang bekerja!" Akhirnya Ali merasa terganggu dengan sikap bar-bar wanita di depannya ini.
"Kau belum menjawab kenapa kau disini?" Prilly menarik selimut hingga memperlihatkan bagian bawah tubuh Ali yang berbalut celana piyama berbahan sutra.
"Aku akan tidur disini!" Akhirnya Ali menjawab.
"Oh nggak bisa!" Prilly langsung mengeluarkan protesnya. "Ini kamarku dan aku tidak menerima siapapun tidur disini!"
"Sepertinya kau lupa jika aku pemilik rumah ini." Ali bersidekap menatap Prilly dengan pandangan remehnya.
"Dan kau juga lupa kalau kau yang menyeretku tinggal disini dan itu artinya kau memberi kebebasan untukku berkuasa disini." Balas Prilly tidak tahu diri.
"Aku---"
"Sudah diam! Aku mau tidur!" Prilly memotong perkataan Ali membuat pria itu menelan kembali kalimat yang akan ia keluarkan untuk berdebat dengan wanita ini.
Hanya Prilly yang berani bersikap tidak sopan padanya.
"Jangan meraba-raba tubuhku!" Peringat Prilly setelah merebahkan tubuhnya di ranjang tepat disebelah Ali.
Ali melirik wanita itu dengan pandangan datar. "Kau pikir aku tertarik?"
"Oh jelas sangat tertarik!" Balas Prilly songong. "Kau lupa bagaimana malam itu kau memohon padaku untuk melakukan hubungan intim sampai pagi?" Mata Prilly menyipit tajam dengan jari telunjuk mengacung tepat didepan wajah Ali.
Ali kembali dibuat kehabisan kata-kata dengan tingkah wanita ini. "Kamu---."
Drt..drt...
Ali sontak mengatup bibirnya saat mendengar deringan ponsel Prilly. Keduanya serempak menoleh kearah meja kecil yang disisi tempat tidur dimana ponsel Prilly diletakkan. Prilly meraih ponselnya sedangkan Ali kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena berdebat dengan wanita ini.
Arlan calling..
Ali segera mengalihkan pandangannya setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel Prilly. Ia tanpa sadar seperti menunggu Prilly menjawab panggilan itu dengan hati yang tak karuan. Begitu melihat Prilly menolak panggilan itu lalu menonaktifkan ponselnya tiba-tiba Ali merasa kedua sudut bibirnya berkedut tanpa bisa ia cegah.
Setelah memastikan ponselnya benar-benar mati Prilly kembali menoleh pada Ali dan ternyata pria itu terlihat begitu serius mengerjakan sesuatu di laptopnya. Prilly ingin melanjutkan perdebatan mereka tapi melihat wajah serius Ali membuat wanita itu mengurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mafia
RomanceNext story yang menceritakan tentang seorang mafia yang jatuh cinta pada seorang gadis setelah mereka melalui malam panas tanpa kesengajaan. Jangan lupa vote dan komennya yaaa..