CHAPTER 1

0 0 0
                                    

(terkadang, bahagia itu gak selalu
Ada dalam keluarga yang utuh.)

Happy reading ❤️

Pada malam gelap gulita, jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.00 malam, namun hal itu tak membuat bintang untuk mengakhiri jadwal belajar nya. Tak ada yang lebih penting saat ini di banding belajar.

Beberapa kali ia akan menguap, kantuk mulai menyerang tetapi ia tetap memaksa untuk belajar.

Bintang selalu menginginkan nilai paling tinggi, ralat, ayah nya selalu menginginkan bintang mendapatkan nilai tertinggi di sekolah nya. Jika bintang salah sedikit, ia akan mendapat hukuman nya.

Drttt

Drtt..

Drtt..

Melihat layar handphone nya menunjukkan panggilan dari sahabat karibnya, membuat Bintang menghentikan aktivitas nya sejenak untuk menganggkat telpon nya.

"Halo, bulan, kenapa?"

Bulan Haisya Bratarini, sahabat seperjuangan Bintang.

"Lo belum tidur, bin?" Bukannya menjawab, Bulan malah bertanya balik kepada Bintang.

"Nggak bulan, aku belum ngantuk." Bohong bintang, padahal ia sudah menguap beberapa kali.

"Jangan bohong bintang cantik.. lo gapapa kan? Tidur ya, jaga kesehatan lo juga. Lo udah kerja keras, jangan bikin kerja keras lo sia sia dengan lo gak ngejaga kesehatan lo." Bulan sudah sangat mengenal Bintang, tak heran jika ia tahu bahwa Bintang berbohong padanya. Ia sangat khawatir dengan keadaan Bintang.

Bintang terkekeh kecil, ia merasa senang ada yang mengkhawatirkan nya saat ini. Beruntung ia bisa bertemu dengan Bulan yang bersedia berteman dengannya di saat yang lain menjauhi nya.

Dengan kekehan kecil bintang menjawab, "gak kok bulan cantik.. aku baik banget malah, aku selalu jaga kesehatan kok. Aku bakal tidur, janji."

"Nah, tidur cepet cepet. Gue tutup dulu ya, dadah beb kuu." Ucap Bulan menggunakan nada lebay untuk sekedar menghibur Bintang, lalu ia menutup telponnya.

Bintang menatap layar handphone nya, ia terdiam lalu tersenyum miris.

"Gimana bisa aku tidur tenang? Huft.." ia menghela nafas panjang, dan mengusap wajahnya kasar.

Ingin menangis, tapi tak ada gunanya. Kepalanya pusing, ia belum makan dari tadi siang. Ia hanya makan tadi pagi dan itu hanya sekedar sepotong roti.

Ia terdiam beberapa saat sebelum notifikasi dari aplikasi hijau menganggunya. Ia melirik sekilas dan ternyata Bulan mengirimnya pesan.

                     Bulan cantik❤️

Lo belum makan kan?

Goofood otw rumah lo, aman.

Makan sepuasnya, butuh apa²? Inget, gue selalu ada buat lo. ❤️

                                      Makasih, Bulan.♡

Bintang membaca sederet pesan dari Bulan, matanya berbinar senang. Perasaan nya menghangat, Bintang selalu tau tentang kondisi nya walaupun tak di beri tau.

Tak lama kemudian, terdengar suara motor dari luar rumah yang ia yakini motor kang gofood.

Bintang bergegas turun ke bawah, mengendap ngendap agar tak ketahuan oleh orang tuanya. Mestinya jam segini, orang tua nya pasti sudah tidur tapi tetap saja Bintang ingin cari aman.

Sampai pintu depan ia langsung membuka nya pelan pelan, mendapati kang ojek di sana dan ia mengambil makanan tersebut lalu masuk kembali setelah berterima kasih kepada nya.

Saat menutup pintu, Bintang di kejutkan oleh kehadiran "Mahen" kakak kandung Bintang, yang menghidupkan lampu ruang keluarga. Bintang dengan cepat menyembunyikan kantong makanan dari Bulan, bukan apa apa, takutnya..
ya bisa di tebak nanti.

Nah, sekarang Bintang persis seperti maling yang kepergok pemilik rumahnya.

"Ngapain lo? Abis ketemuan sama cowo? Berani banget ya lo." sinisnya tak suka, tanya sendiri jawab sendiri.

Bintang menunduk, "nggak bang, tadi aku mau cari angin bentar di luar." Cicitnya pelan.

Mahen berdecak kesal, melihat wajah Bintang sungguh membuat nya muak.

Ia berjalan mendekati Bintang, "Gausah bohong lo, lo sembunyiin apa? Coba liat sini!" Mahen merebut kantong plastik yang di genggaman Bintang.

"Bang-" ucapan Bintang terputus kala Mahen langsung menerobos.

"wah wah, bener kan kata gue? Lo ketemuan sama cowok. Kegatelan banget ya, lo sekarang? Ck ck" Mahen terkekeh mengejek.

Tak terima Bintang menjawab, "nggak bang, itu dari Bulan.. aku serius, aku gak ketemuan sama cowok!"

Mahen mengotak ngatik kantong plastik itu, "Oh laper ya? Rendahan banget lo sampe ngemis ngemis makanan ke orang lain?" Ia tertawa remeh.

Mahen menjatuhkan kantong plastik nya, membuat Bintang kaget. Bintang tak dapat menangkap kantong nya dan berakhir jatuh, makanan yang di dalam pun tumpah. Bintang menatap lamat makanan jatuh itu, satu kata untuk menggambar kan perasaan nya sekarang, sakit.

Mahen tersenyum licik, "Gue lupa tadi, gue punya pr dan harus di kumpulkan besok. Gue males ngerjain, lo kerjain sana! Inget ya, gak boleh ada yang salah atau lo gue aduin ke ayah."

"Aku makan dulu ya, bang?"

"Berani lo bantah gue? Gak ada gak ada, cepet kerjain. Tuh, di meja buku nya." Ucapnya lalu melenggang pergi dari hadapan Bintang.

Bintang menghela nafas berat, ia berjongkok untuk mengambil dan membersihkan makanan yang jatuh tadi. Ia ingin menangis, ini pemberian dari Bulan. Kenapa abangnya tega sekali? Tak apa jika itu punya dia sendiri, jangan dari Bulan.

Tak punya pilihan lain, ia harus tetap memakannya karena di meja makan sudah pasti tak ada makanan tersisa untuknya. Bintang pun mengambil buku pr Mahen, ia dan mahen berbeda 3 tahun, jelas Mahen sekarang sudah kuliah dan Bintang masih SMA kelas 10. Bintang memang pintar, tapi tak mungkin kan ia bisa mengerjakan pr anak kuliahan? Terpaksa. Mahen selalu saja begitu, tak punya otak hehe.

Bintang mengerjakan pr Mahen di kamarnya dengan perasaan sesak dalam dadanya, rasa lapar kian menghilang di ganti rasa sakit. Bintang menguap, mengerjapkan matanya berkali kali guna menghilangkan kantuknya.

Tak terasa 1jam berlalu Bintang menghela nafas lega karena pr Mahen sudah selesai, lumayan banyak dan lumayan susah. Ia pun kembali meletakkan kembali buku pr mahen ke tempat nya semula.

Bintang melirik jam dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul 11.50. Buru buru Bintang masuk ke kamarnya dan makan makanan dari bulan. Ia tau, makanan itu sudah tak layak untuk di makan namun ia tetap makan untuk menghargai Bulan.

Bintang makan dalam dinginnya malam, sepi hanya ada suara jangkrik berdiskusi di luar.

Selesai makan, Bintang pun membereskan meja belajar nya. Ia rasa, cukup sampai sini ia belajar lagian ayahnya sudah tidur jadi dirinya tak perlu khawatir. Ia juga harus menepati janjinya dengan Bulan untuk tidur.

Bintang terlelap dan bergabung dengan mimpinya. Berharap esok pagi adalah hari yang lebih baik daripada hari sebelum nya.

***

Jangan lupa vote n comment, terima kasih see u next part.

BINTANG KYNALA KIVANDRA

BINTANG KYNALA KIVANDRA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QUALENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang