Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.Kanaya duduk disebelah kanan ranjang khas rumah sakit sambil terus menangis, ia pun terus memegangi tangan nenek Sari yang terpasang infus dan masih dalam kondisi belum sadar.
"Udah, Nay, jangan nangis ya," ujar mama Rita mengusap punggung Kanaya berusaha menenangkannya.
"Nenek baik-baik aja kok, Nay," kata papa Daris.
"Naya takut, Naya sayang sama nenek," ucapnya dengan bibir bergetar sambil terus menangis sesenggukan.
Tak lama kemudian, neneknya pun sadar. Dalam kondisi yang lemah, nenek Sari berusaha membuka kedua matanya dan secara perlahan menoleh pada Kanaya disebelahnya.
"Naya, cucu nenek?" ucap nenek Sari dengan nada lemah. Kanaya pun terkejut melihat nenek Sari dan cepat-cepat mengusap air matanya.
"Iya, nek?" jawab Kanaya, "nenek ada yang sakit? Apa yang sakit?" tanyanya memastikan.
Nenek Sari langsung menggeleng, "nenek baik-baik saja, sayang."
"Nenek kenapa bisa sakit? Naya kan jadi khawatir," lirih Kanaya.
"Semua manusia pasti akan mengalami yang namanya sakit. Termasuk nenek yang sudah tua kaya gini," tuturnya. Kanaya hanya menunduk, "ada yang mau nenek bicarain sama kamu sayang," ujar nenek Sari dengan lembut. Mama Rita dan papa Daris pun sengaja memilih meninggalkan kamar rawat agar bisa memberi ruang pembicaraan untuk mereka secara empat mata, "nenek punya satu permintaan untuk kamu."
"Apa nek? Apapun permintaannya pasti, Naya, bakalan turutin kok," ucap Kanaya sungguh-sungguh. Karena dirinya begitu dekat dengan nenek Sari sejak kecil, makanya Kanaya sangat menyayanginya.
"Nenek pengen banget liat kamu menikah."
Deg
Kanaya langsung terpaku mendengar ucapan nenek Sari dan bingung harus menjawab apa? Apapun permintaan neneknya pasti ia akan turuti, tapi ini permintaan yang jauh diluar dugaannya. Menikah? Kenapa harus menikah? Sedangkan Kanaya masih sekolah meskipun sebentar lagi akan lulus. Tapi, ia sama sekali tidak pernah kepikiran setelah lulus sekolah nanti akan langsung menikah.
"Nay?" ujarnya membuyarkan lamunan Kanaya, hingga dirinya refleks menoleh pada nenek Sari.
"Naya kan masih sekolah nek, lagian kalau nikah harus cari calon suami dulu. Jadi masih lama untuk Naya menikah," tutur Kanaya menjelaskan sekaligus beralasan.
"Calon suami kamu udah ada, nenek udah ngejodohin kamu, Nay." Kanaya langsung membeku dan terkejut luar biasa, tapi tidak diperlihatkan dari wajahnya.
Wait? Di jodohin!?
Untuk kedua kalinya Kanaya kembali terpaku mendengar kata perjodohan. Baru saja tadi Laras membicarakan sepupunya yang dijodohin dan Kanaya mengatakan kalau Laras akan bernasib sama seperti sepupunya. Tapi, kata-katanya jadi sebuah karma untuk dirinya sendiri? Secepat itukah datangnya karma? Kalau aja waktu bisa diulang kembali, ia ingin menarik semua ucapannya.
Ternyata soal perjodohan yang bakalan nenek bicarain. Tapi, kenapa harus gue yang dijodohin sih? Harusnya kan Mia, Laras, atau Caca yang dijodohin! Bukan gue! Gue gak mau!
"Sebelum meninggal, nenek pengen banget liat cucu perempuan satu-satunya yang nenek sayangi menikah," ucapnya yang membuat air mata Kanaya turun begitu saja mendengar ucapan nenek Sari seolah-olah seperti kata terakhir seseorang yang akan pergi untuk selamanya.
"Nenek jangan ngomong gitu dong, Naya kan pengen nenek sehat terus," ucap Kanaya dengan lirih yang dilanda perasaan sangat takut dan khawatir yang luar biasa.
"Umur seseorang gak ada yang tau sampai kapan. Bisa aja hari ini, besok, lusa atau kapanpun Allah akan menjemput hambanya." Kanaya kembali menangis mendengar ucapan nenek Sari tanpa merespon apapun.
"Kamu mau kan nurutin permintaan nenek?" tanya nenek Sari sambil mengusap air mata Kanaya yang membuatnya terdiam sejenak, Kanaya hanya memandangi tangannya yang menggenggam erat tangan nenek Sari.
"Naya minta waktunya untuk jawab ya, nek," jawab Kanaya yang dianggukki nenek Sari.
Kanaya berdiri dari duduknya, "Naya, pulang dulu ya. Besok, Naya kesini lagi," pamit Kanaya mencium punggung tangannya dan berlalu dari ruangan rawat. Mama Rita dan papa Daris langsung menoleh pada Kanaya dengan sangat khawatir melihat anaknya saat keluar dari ruangan terlihat sembab dan murung.
"Sayang ka-"
"Naya pulang duluan," ucap Kanaya memotong ucapan mama Rita, lalu pergi meninggalkan mereka.
Tanpa sadar kata-katanya menjadi sebuah doa yang terkabul sekarang. Kenapa harus dirinya yang dijodohkan? Kenapa semua ini terjadi pada dirinya? Ini bukan mimpi kan? Lagian ini bukan zaman siti nurbaya yang masih ada sebuah perjodohan!
Perjodohan mungkin saja terjadi pada setiap orang, dan salah satunya terjadi pada nasib Kanaya. Ini bukan impian yang diharapkannya, dan bukan juga permintaannya. Ini adalah mimpi buruk seumur hidupnya yang harus dialami Kanaya.
Kanaya berusaha menghapus air matanya sambil fokus menyetir, namun tetap saja usahanya sia-sia. Air Matanya terus saja turun seenaknya hingga membasahi pipinya.
"Kenapa permintaan nenek harus liat gue menikah? Kenapa sih nek?" Kanaya terus mempertanyakan semua hal yang terjadi hari ini. Permintaan nenek Sari membuatnya dalam situasi yang berat dan sangat sulit untuk ia memutuskan jawabannya.
Jalanan ibukota sore hari cukup padat dan sialnya ia terjebak macet, ditambah hujan deras yang tiba-tiba turun. Padahal Kanaya ingin cepat sampai rumah dan mengurung diri dikamar, menumpahkan segala rasa sedih yang kebingungannya atas apa yang terjadi hari ini.
"Gue gak mungkin nolak permintaan nenek, tapi gue juga gak mau nerima perjodohan itu! Gue kan masih pengen menikmati masa-masa muda gue sama temen-temen!!" Kanaya menjatuhkan keningnya pada setir mobil.
"Apa mau dikata kalau seandainya temen-temen gue tau, gue dijodohin? Pasti si Laras bakalan ngeledek gue gara-gara omongan gue yang nyebutin dia bakalan punya nasib sama kaya sepupunya!!" kata Kanaya yang menyesali ucapannya pada Laras.
"Aaaaaaaaa gue bingung harus gimana!!"
Jangan lupa vote, comment and share cerita ini yups ✨
Terima kasih 🤗✨
🛬Tbc🛫
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Mas Captain!
Fiksi Umum°°°°° Kehidupan Kanaya Alisha Pramudya berubah ketika harus menerima permintaan neneknya yang ingin melihat cucu perempuan satu-satunya menikah. Kanaya dijodohkan dengan seorang Captain pilot muda yang bernama Prastha Hadryan Maheswara. Ini merupak...