🛬(8) Choice 🛫

27 3 0
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Sepulang dari rumah sakit, Kanaya belum keluar dari kamarnya. Lebih tepatnya mengurung diri di kamar entah sampai kapan. Ia menyandarkan punggung pada queen size, sambil menopangkan dagu pada bantal yang dipeluknya dengan erat.

Banyak hal-hal aneh yang terjadi hari ini. Sebelumnya Kanaya penasaran dengan kata 'calon' yang mengganggu pikirannya, lalu Laras menceritakan sepupunya yang dijodohkan dan ia menyebut Laras akan bernasib sama dengan sepupunya, hingga akhirnya nenek Sari mempunyai permintaan untuk melihat dirinya menikah.

Terjawab semua rasa penasaran yang mengganggu pikirannya selama beberapa hari belakangan. Kedua pipinya masih di basahi air mata yang tanpa sadar selalu turun.

"Apa salah gue sampai nenek jodohin gue sama orang lain?" ucapnya dengan sendu meratapi nasibnya sekarang.

"Kenapa perjodohan ini harus terjadi sama gue!?" jeritnya dengan tertahan lalu menjatuhkan wajahnya ke bantal sambil menangis. Kanaya masih bingung untuk mengambil keputusan untuk menerima atau menolak perjodohan itu. Meskipun ia tahu konsekuensinya, tetap saja ia frustasi menemukan jawabannya.

Tok tok tok

"Kanaya?"

Suara mama Rita dibalik pintu membuat Kanaya langsung mengubah posisinya berpura-pura tidur, ia menarik selimut untuk menutupi semua badan dan mukanya sambil memeluk guling.

Kebetulan pintu tidak terkunci, mama Rita langsung masuk dan duduk di sebelah Kanaya. Ia merutuki kebodohannya yang lupa mengunci pintu, karena saat ini ia ingin sendiri tanpa ada orang yang mengganggunya.

"Kamu udah tidur?"

"Udah," jawabnya.

"Kok jawab?"

"Kan mama nanya makanya dijawab."

"Kalau jawab berarti kamu cuman pura-pura tidur," kata Rita yang membuat Kanaya mendesah pelan, "mama mau ngomong sama kamu," sambungnya.

"Naya ngantuk."

"Yaudah besok mama sita kunci mobil sama uang jajan kamu dipotong sebulan!" ancamnya dan bangkit dari duduknya.

"Lah, jangan dong mah!" Kanaya langsung bangun dan menahan tangannya, mama Rita pun tersenyum dan berhasil membuat Kanaya terbangun dari 'akting' tidurnya.

Mama Rita kembali duduk di sebelah Kanaya yang masih cemberut, "nenek udah bilang soal-"

"Mama pasti udah tau kan? Kenapa mama rahasiain soal perjodohan dari Naya sih!? Kenapa harus Kanaya yang dijodohin?" tanya Kanaya dengan cepat, mama Rita menghirup napas dalam-dalam dan sudah menduga Kanaya akan marah.

"Mama minta maaf sebelumnya, mama gak bermaksud buat ngerahasiain ini semua dari kamu, Nay."

"Terus maksud mama apa kalo bukan ngerahasiain ini semua dari Naya? Biar apa?" perasaannya sangat kecewa dengan keluarganya yang sudah merencanakan perjodohan tanpa sepengetahuannya. Perjodohan mungkin bukan hal yang buruk, tapi ia tidak mau menikah terlalu muda.

"Bukan gitu, Nay," Rita membenarkan posisi duduknya menghadap Kanaya, "ini juga bukan kemauan mama, Nay."

"Mama bohong! Pasti mama udah ngerencanain ini semua buat Naya kan!?" matanya menyelidiki adanya kebenaran atau kebohongan dari tatapan mamanya tersebut.

"Bener sayang, mama gak bohong," ucap mama Rita dengan lembut berusaha meyakinkan pada Kanaya sambil menggenggam tangannya.

"Terus kemauan siapa? Papa? Abang?" Rita menggeleng pelan. Tangis Kanaya semakin pecah saat orang yang disebutkannya bukan yang merencanakan perjodohannya. Apa ini rencana neneknya sendiri tanpa ada campur tangan orang lain?

"Awalnya mama, papa sama abang mau kasih tau soal perjodohan ini sama kamu, tapi kita tau pasti kamu gak akan mau kalo dijodohin."

"Itu mama tau kan jawabannya," Kanaya sambil menghapus kasar air matanya.

"Ya karena itu, nenek yang minta sendiri supaya beliau yang bicara langsung sama kamu."

"Biar Naya nerimain perjodohan ini makanya nenek yang bicara langsung sama, Naya?"

"Memang kamu berani nolak permintaan nenek?" pertanyaan mama Rita yang menohok membuatnya diam. Secara, ia tidak bisa menolak permintaan nenek Sari, karena Kanaya adalah cucu yang paling dekat dengan neneknya.

"Ya ... maksud ... Naya ... itu ... kenapa harus perjodohan sih permintaan nenek!? Kalau permintaan yang lain kan bisa, Naya, turutin!" dengan terbata-bata ia memprotes permintaan neneknya.

"Jadi?" tanya mama Rita menaikkan sebelah alisnya.

"Gak tau deh!" ucap Kanaya mengangkat bahunya acuh.

"Kamu nolak?"

"Nggak."

"Berarti nerima dong?"

"Ya nggak juga!"

"Dasar plin plan kamu tuh!" omel mama Rita.

Bukannya bantu mikir, malah diomelin anaknya! Huh!

"Naya udah punya pacar mah!" Kanaya terpaksa jujur.

"Mama tau," Kanaya terkejut mama Rita mengetahui dirinya mempunyai pacar.

"Mama kok bisa tau?"

"Ya tau aja."

"Mama di kasih tau abang ya?" tebak Kanaya.

"Feeling orang tua nggak bisa dibohongin, Nay," ucap mama Rita.

Kanaya mendesah pelan, "jadi gimana dong?" tanya Kanaya bingung sendiri.

"Saran mama, kamu terima aja, Nay. Daripada kamu nyesel gak nurutin permintaan nenek," ucap mama Rita yang membuat Kanaya cemberut.

"Tapi, Naya, gak mau dijodohin mah!" rengek Kanaya mengerucutkan bibirnya.

"Nenek itu gak sembarangan ngejodohin cucunya sendiri, nenek bener-bener pilih orang yang tepat untuk jadi suami kamu," kata-kata mama Rita memang benar, apapun untuk cucunya pasti Sari akan selalu memilih yang terbaik, termasuk Kanaya. Apalagi ini soal masa depannya, pasti lebih mengutamakan bibit, bebet, dan bobot untuk calon suaminya.

"Mama kasih waktu sampai besok untuk mutusin soal ini," ujar mama Rita sembari beranjak meninggalkan kamar Kanaya.

"Kecepatan mah! Seminggu aja ya Naya mikirnya?" tawarnya.

"Kelamaan!" tolak mama Rita.

"Lima hari deh, diskon dua hari!"

Mama Rita langsung berbalik dan berdiri di ambang pintu, "no! Hari minggu calon suami kamu bakalan ke rumah, sayang."

"Ngapain!?" ucapnya dengan terkejut.

"Makan malam keluarga besar sekalian ngelamar anak mama lah."

"Kok ngelamar! Naya kan belum mutusin apa-apa kok main dateng aja sih mereka!!" cerocos Kanaya tak terima.

"Itu sudah hak paten, gak bisa diganggu gugat!" mama Rita pun pergi begitu saja, sementara Kanaya hanya bisa bengong mendengar ucapan mama Rita barusan.

Kenapa mama Rita memberi kesempatan jika akhirnya Kanaya tetep dijodohkan tanpa persetujuan dari Kanaya sendiri? Apalagi keluarga calon suaminya akan datang ke rumah untuk melamarnya langsung!

Tinggal 2 hari lagi acara makan malam disertai perkenalkan antara keluarga besar membuat Kanaya frustasi sepanjang hari. Sakit aja masih harus disuapin mama Rita, mana kepikiran dirinya untuk menikah yang notabennya menjalani kehidupan baru dengan orang lain sebagai suaminya nanti?

Help me pleaseeee!











Jangan lupa vote, comment and share cerita ini yups ✨

Terima kasih 🤗✨

🛬Tbc🛫

Thank You Mas Captain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang