•
Aku masih ingat betul apa yang di lakukan Mark tadi sore. Mengecup kening dan kepalaku, memeluk ku sambil tertidur. Sekarang aku terbangun, tapi Mark tidak ada di kamar.
"Laper ..." Gumamku pelan sambil memegang perutku, aku memutuskan untuk turun. Siapa tau ada makanan.
Aku perlahan bangkit, merapikan baju ku sedikit lalu berjalan keluar menuruni tangga. Aku melihat Mark di dapur memakai apron sedang memasak, tapi aku lihat kenapa makanannya terlihat..?
"Heh! Itu gosong jangan di lanjutin!" Bentakku melihat telur yang kondisinya sudah tak tertolong. Mark tersentak kaget, aku mempercepat langkah ku menghampiri Mark, ingin segera mematikan kompor.
"Kalo gabisa jangan dipaksa. Bisa bangunin aku minta bantu toh?" Ujarku sambil mematikan kompor, merebut spatula yang di pegang Mark, melihat-lihat kondisi telur yang seharusnya setengah matang malah gosong. Ah, kondisinya benar-benar tak tertolong.
"Maaf, pekerja disini ambil cuti semua.. Saya lihat kamu tidurnya juga nyenyak banget, ga tega mau bangunin kamu." Jelas Mark, aku hanya menggeleng pelan heran. Aku membuang telur gosong tadi. Lebih baik buat yang baru.
"Udah, kamu duduk aja. Aku buatin telur, ya?" Suruhku, Mark menurut saja. "Mau sekalian pake mie? Aku juga mau makan ini." Lanjutku, ah aku lupa. Mark kan orang kaya. Mungkin ia tidak tau mie itu apa..?
"Boleh. Ayam spesial ya, dek." Jawab Mark. Aku kaget dia tau rasa Indomie kesukaanku, kukira dia tidak pernah makan mie instan. "Kamu kira saya gapernah makan mie instan apa?" Mark seolah membaca pikiranku.
"Hehe.. Maaf. Suka ayam spesial juga?" Aku berjalan menuju koperku yang ada di dekat meja makan, disana ada persediaan mie yang kubawa untuk jaga-jaga. Aku mengambil 2 bungkus Indomie ayam spesial lalu kembali ke counter. Mengambil panci terdekat dan mengisinya dengan air.
"Favorit saya itu mah." Jawab Mark, aku hanya mengangguk sebagai respon.
"Saya bisa bantu apa?" Tanpa sadar Mark sudah di belakang sambil memeluk pinggangku. Aku menepisnya perlahan. "Ambil mangkok dua, taro bumbunya satu-satu. Siapin telor dua." Suruhku. Mark menurut. Ia mengambil dua mangkok, menuangkan bumbu ke masing-masing mangkok. Ia juga menaruh 2 telur di samping kompor.
"Done." Ujar Mark, aku memberi jempol padanya. Senyumnya merekah lebar. Aku melanjutkan kegiatanku memasak mie. Ah, Mark memelukku lagi.
"Jangan peluk-peluk om. Susah ini." Protesku. Mark tidak bergeming. Tetap memelukku erat. "Saya lagi ngisi energi." Sekarang ia menaruh kepalanya di pundakku. Ya Tuhan, ini melelahkan.
•
Akhirnya, mie dengan telur yang ku buat sudah selesai, setelah cobaan menyingkirkan Mark dariku.
"Aku akhir-akhir ini jarang masak deh." Ujarku, kami berdua sedang di meja makan super panjang, bisa memuat 16 orang. Kami duduk berhadapan.
"Enak kok." Ujar Mark, ia makan dengan lahap. Makanan simpel seperti ini.. Mark yang sangat kaya bisa menyukainya?
"Syukurlah .." Aku mulai menyuapkan mie ke mulutku. Sudah lama aku tidak makan mie, rasanya tetap sama.
Aku mendengar dering telepon. Aku rasa itu milik Mark. Mark segera mengambil ponsel dari sakunya, melihat siapa yang menelpon. "Jeno? Saya terima telfon dulu ya, dek." Aku mengangguk, lanjut makan. Tapi lebih pelan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
$ebatas Uang || MarkHyuck
Fanfiction"Ingat, hubungan kita hanya Sebatas Uang. Aku cuma pemuas nafsu dan penis rakus mu itu saja." "Ah ya? Kita lihat seberapa kuat kamu menahannya, Lee Haechan." "Marga ku Seo! Bukan Lee keparat!" Mark! Dom! Haechan! Sub! ⚠️ HAECHAN PUSSYBOY! BUKAN GEND...