Bab 1 : Seharusnya Mereka Tidak Bertemu

4 0 0
                                    

Hari itu, seorang pangeran bungsu dari kekaisaran terhebat turut hadir dalam perayaan hari jadi kaisar, ayahnya. Semua yang datang adalah bangsawan dan para tamu kehormatan. Ia tidak terlalu tertarik dengan pesta dansa atau bercengkerama dengan yang lain. Pada akhirnya pangeran bungsu tersebut pergi ke tempat di mana tidak ada satu pun orang, dan tempat tersebut adalah pelatihan para kesatria.

"Para kesatria tidak akan datang ke sini karena sibuk mengawal acara." pikir sang pangeran.

Namun samar-samar dia mendengar suara tebasan pedang dari arah dalam. Pangeran yang penasaran segera melihat siapa yang berlatih malam-malam begini.

"Apakah ada kesatria yang tidak ditugaskan untuk pergi ke acara? Atau ternyata dia adalah kesatria yang bolos dari tugasnya?" pangeran mulai bertanya-tanya.

Pangeran tidak takut jikalau itu adalah seorang penyusup karena dia percaya kalau keamanan kekaisaran sangatlah kuat. Di sana, dia dapat melihat seorang wanita dengan mata tajam dan rambut yang hampir seperti laki-laki sedang berlatih berpedang.

"Siapa di sana?"

Pangeran bungsu segera bersembunyi begitu wanita tersebut menyadari keberadaannya.

"Saya tidak merasakan niat membunuh dari Anda. Jadi keluarlah atau saya akan menangkap Anda lalu membawa Anda ke penjaga!" seru sang wanita.

Pangeran yang sudah ketahuan segera menyerahkan dirinya. Begitu melihat sang pangeran, wanita itu langsung berlutut memberi hormat. "Tolong hukum saya Tuan atas ketidaksopanan saya!"

"Aku tidak akan menghukummu. Itu wajar karena aku menyelinap seperti pencuri tadi." tolak sang pangeran.

"Tidak, tolong tetap hukum saya! Sejujurnya saya menyalahgunakan izin dari kaisar dengan alasan sedang pendarahan bulanan untuk membolos dari tugas!"

Bukannya marah, pangeran tersebut malah tertawa kecil. "Tidak apa, saya suka kesatria yang gigih. Siapa namamu? Ah, sebutkan nama saja. Tidak perlu dengan jabatan."

"Baik, saya kesatria Zelma Tuan."

Dan mulai saat itu, pangeran bungsu dari kekaisaran senantiasa datang di malam hari untuk melihat kesatria wanita Zelma berlatih.

"Yang mulia kaisar memanggil kesatria Zelma ke istana utama!" ucap seorang pembawa pesan.

Zelma yang kala itu sedang beristirahat segera pergi untuk menemui kaisar. Sesampainya di sana dia melihat sang pangeran bungsu sedang tersenyum penuh arti begitu melihatnya datang.

"Dengan ini saya menugaskan kesatria Zelma berpangkat enam untuk menjadi kesatria pendamping pangeran termuda kekaisaran, Husta."

Zelma hanya termenung mengetahui apa yang baru saja ia dengar. Tiba-tiba kaisar menjadikannya pengawal kesatria pangeran Husta. Namun melihat pangeran yang terlihat bahagia. Dia tahu siapa dalang di balik semua ini. Tanpa sadar Zelma juga tersenyum. Sejujurnya ia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat sang pangeran pada sore itu.

Zelma adalah kesatria berpangkat enam. Satu pangkat lagi, maka dia akan menjadi kesatria dengan pangkat tertinggi. Zelma yang kala itu menemani pemimpin divisi darat di istana. Tidak sengaja melihat seorang laki-laki yang sedang membaca buku di gazebo. Para pelayan mengatakan jika itu adalah pangeran bungsu kekaisaran, Husta, yang jarang keluar dari istana. Dan dia langsung jatuh cinta pada saat itu juga.

"Aku menyukaimu, Zelma." ungkap Husta setelah sebulan penobatan Zelma.

"Maaf Tuan berkata apa?" Zelma mencoba memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

"Aku jatuh cinta saat pertama kali bertemu denganmu Zelma! Mata yang tajam itu, aku tidak bisa menyingkirkannya dari pikiranku, sehingga aku jatuh padamu."

"Tapi Tuan seorang kesatria tidak boleh—"

Suara Zelma terhenti saat melihat jari telunjuk Husta berada di bibirnya. "Kalau begitu jangan beritahu tentang ini ke orang lain." Pangeran itu tersenyum nakal.

Ini salah, namun Zelma yang kala itu dimabuk cinta mengaku bahwa ia juga menyukai sang pangeran. Mulai detik itu juga, pangeran bungsu kekaisaran yang lemah menjalin hubungan dengan kesatria pendampingnya.

***

19 Mei, Musim Panas

Hari ini mentari terasa sangat terik seolah hanya berjarak 3 jengkal dari kepala. Saking panasnya sekarang sampai kami tidak jadi bermain di padang rumput seperti biasa.

"Penyihir cuaca mengatakan jika seminggu ini akan terjadi fenomena alam tidak biasa, di mana akan ada 7 musim yang berbeda setiap harinya," ucapku dan mata seindah malaikat itu berbinar. "Mereka juga mengatakan jika fenomena ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kalinya."

"Sungguh? Wah, aku tidak menyangka bahwa ini akan terjadi di dalam hidupku." dia, Tuanku membalas, namun sorot matanya terlihat sayu sehingga menyakiti hatiku.

"Di masa depan nanti akan ada banyak keajaiban yang datang, Tuan. Jadi saya memohon bernapaslah lebih lama sampai-sampai paus kepala busur menepukkan tangannya."

"Aku akan melakukannya demi dirimu." Tuan mulai meraih tanganku lalu mengecup singkat.

Aku segera menarik tangan tidak percaya dengan apa yang baru saja Tuan lakukan. "Tuan, Anda tidak boleh melakukan seperti ini lagi! Tangan saya terlalu kotor dan penuh dosa untuk Tuan sentuh."

Tuan malah tertawa mendengarnya. "Tidak apa-apa Zelma. Bukankah aku sudah menyuruh berkali-kali untuk melepas status kesatriamu saat bersamaku? Aku hanya ingin kamu menganggapku sebagai kekasih seperti bagaimana diriku melihatmu," pinta Tuan, "kamu tidak lupa kan siapa namaku?"

"Tentu tidak Tuan ... ah, maksud saya Husta." jawab diriku dengan gugup.

Mendengar jawabanku, Tuan tersenyum puas dan mengalihkan pandangan kembali ke arah luar jendela.

"Setelah 7 hari ini berakhir, mari kita pergi sampai seluruh benua mengira kita telah dimakan tanah. Kita akan berpetualang menjelajahi dunia; setelah itu membangun rumah di pedesaan, membuat kebun sendiri, menikah, dan mempunyai putra-putri yang cantik dan tampan. Mari kita hidup bahagia Zelma."

Mataku melebar mendengar permintaan Tuan. Di satu sisi aku ingin melakukannya, namun di sisi lain itu dapat menjadi mara bahaya bagi Tuan yang merupakan seorang pangeran kekaisaran. Apalagi tubuh Tuan terlahir lemah sehingga sering jatuh sakit. Namun permintaan Tuan adalah tujuan hidupku.

"Saya menerima perintah dari Tuan dengan segenap jantung saya, Pangeran Husta." Aku membungkuk 45° dengan tangan kanan di dada kiri. Kebahagiaan Tuan adalah kebahagiaan saya juga.

Tuan tidak berkomentar apapun pada perkataan saya yang memanggilnya dengan formal kembali. Karena Tuan tahu bahwa sebanyak apapun Tuan meminta, status kami tidak akan berubah.

Musim 7 KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang