JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN YA!
HAPPY READING
┗━✦❘༻༺❘✦━━┛
Hanya kegelapan yang tertangkap oleh netra Kahiyang. Tangannya meraba nakas samping tempat tidur, mencari sebuah benda yang untuk penerangan. Senter sudah berapa di genggaman Kahiyang, ia mengetuk dua kali badan senter kala benda itu sama sekali tidak menyorotkan cahaya. "Kok gak nyala, sih? Perasaan Bunda baru beli beberapa hari yang lalu."
"Ayah, Bunda! Kalian di mana?" Kondisi sekitar sangat sunyi. Kahiyang mulai menggerakkan kaki ketika sorot senternya pulih. Kahiyang menuruni satu persatu anak tangga dengan lahai. "Ayah, Bunda?"
"Ini PLN gak berperikemanusiaan banget. Perasaan Ayah sama Bunda rutin bayar listrik," gerutu Kahiyang.
Di lain tempat, cowok itu terus menggerakkan kaki secara lincah. Menerjang apapun benda yang menghalangi jalannya. Dirinya hanya memikirkan satu hal, semoga hari esok masih bisa dirasakan, masih bisa menyapa sensasi dingin air pagi. "Sial, jalan buntu. Gue harus lari ke mana lagi sekarang?" ucapnya terdengar cukup frustasi.
Mata hitam tajam itu memincing mencari akal. Sepertinya, keberuntungan tengah berbaik hati. Terlihat, sebuah rumah megah yang gelap dan tampak kosong. Segera, cowok itu menaiki tembok pembatas di antara jalan dan rumah megah. Ia gesit berlari masuk yang ternyata pintu rumah itu tidak terkunci.
Kahiyang menatap lekat pada bagian pintu. Seperti ada seseorang yang berani masuk ke dalam wilayahnya. Tentu, itu menjadi ketakutan tersendiri bagi Kahiyang. Terlebih, ia dalam keadaan tangan kosong. Sekuat tenaga, Kahiyang melawan rasa takut untuk menghadapi situasi seperti ini. Kahiyang memberanikan diri menyorotkan sinar senternya.
"AAAA!!!"
"ANJ*NG!"
"Lo ngapain masuk ke rumah gue?!” Kahiyang terus menyorot cahaya senter ke arah muka manusia entah datang dari mana. Terlihat, mata cowok itu tampak sesekali menyipit akibat sorotan cahaya. Seperti peka, Kahiyang menurunkan lampu senternya.
"Oke-oke, tenang. Gue bukan maling, gue masih pelajar. Gue kira ini rumah kosong, jadi gue asal masuk. Sorry, gue udah lancang masuk ke rumah lo."
Jujur saja, Kahiyang speechless atas pengakuan yang diberikan. Kahiyang mencari kebohongan disetiap kalimat yang terucap. Konon, jangan terlalu mempercayai ucapan manusia, sebab mereka pintar dalam memutarbalikkannya.
"Lo ... anak SMA Bina Pintar?" Kahiyang menatap seragam putih abu yang melekat pas, serta sebuah logo khas dari SMA Bina Pintar. Sayang, Kahiyang tidak menemukan logo kelas di baju tersebut.
"Abimayu. Gue Abimayu. Lo juga anak SMA Bina Pintar, kan?" Kahiyang mengangguk membetulkan ucapan Abimayu. "Pantesan, gue gak asing sama muka lo. Ternyata lo cewek yang lagi rame di base sekolah. Salam kenal, ya."
"Iya, salam kenal."
"Lo udah tahu nama gue, tapi gue belum tahu nama lo. Lo gak ada niatan ngenalin diri lo?"
"Oh, sorry. Gue Kahiyang. Salam kenal, ya, Abimayu."
✦ ִֶָ ✦ ִֶָ ✦ ִֶָ
Abimayu segera menyusul langkah Kahiyang setelah merapikan motornya di parkiran. Dia berjalan di samping cewek dengan rambut terurai itu. "Kahiyang, pagi. Gue temenin sampai depan kelas, ya?" tawar Abimayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIAR [REVISI]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP _________________________________________ ⚠️ BANYAK KATA UMPATAN⚠️ Surat kematian Kaniya menjadi pukulan berat tersendiri dikehidupan Kahiyang. Dia merasa janggal akan kematian Kakaknya itu. Terlebih, Kaniya-Kakak Kahiyang ditemu...