17. It's time for Women on Top

792 66 6
                                    

Haruna langsung masuk ke ruang belajar Renjun begitu Renjun mendatanginya. Gadis itu tiba-tiba berperilaku aneh setelah mengaku bahwa dirinya sedang sakit perut.

"Runa.. " Renjun mengetuk pintu kamar Haruna namun gadis itu tidak menjawab panggilannya.

"Perutnya masih sakit? Mau ke rumah sakit ?" Tanya Renjun sekali lagi namun Haruna tetap diam.

Renjun akhirnya berinisiatif untuk masuk. Tangannya mendorong pintu itu dengan perlahan hingga bunyi deritan terdengar dari sana.

Haruna ada di atas ranjang dengan posisi meringkuk, tubuhnya gemetar dan penuh peluh.

"Masih sakit? " Renjun mencoba mendekatinya dan bertanya.

Ini sedikit aneh, harusnya jika sakit perut Haruna akan memegang perutnya namun yang Renjun lihat berbeda, gadis itu meremas dadanya sendiri dengan suara lenguhan rendah.

"Njun.." gadis itu memanggil Renjun dengan tatapan memohon yang membuat Renjun merinding.

"Kenapa?"

"Kayaknya ada yang ngasih obat di makananku. "

Renjun langsung melotot dan berjongkok di depan Haruna.

"Benarkah? Apa itu racun? Kamu merasa pusing?"

Haruna menggeleng lemah. Dia menatap Renjun dengan sendu dan sedikit memohon.

"Bu~kan.." Haruna sedikit terbata.

Sebenarnya gadis itu tidak yakin tapi tubuhnya benar-benar merasa aneh. Tubuhnya terasa panas dan tegang, dan area bawahnya sangat sensitif hingga bergesekan dengan celana dalam saja Haruna rasanya akan gila.

Renjun yang mengira Haruna tengah kesakitan mulai merasa khawatir. Lelaki itu berdiri dan hendak mengangkat tubuh Haruna.

"Ayo kita ke rumah sakit sebelum parah."

Haruna menggeleng. Dia menahan tangan Renjun. Hasratnya sedang berada di puncak hingga sentuhan tangannya dengan tangan Renjun saja rasanya seperti sengatan listrik.

Dengan berani dia menarik tangan Renjun dan mengarahkan ke dadanya.

"Njun.. tolong aku."

Renjun melotot, dia berusaha menarik kembali tangannya namun Haruna menahannya.

"To-tolong apa??" Wajah Renjun sedikit gugup sepertinya juga sedikit ketakutan.

"Ja-jangan begini kamu bikin aku takut."

"Sepertinya ada yang ngasih obat perangsang di makananku." Kata Haruna masih dengan tatapan sayunya yang dia tunjukkan untuk Renjun.

"Ya.. terus gimana??"

Haruna mengigit bibir bawahnya. Melihat Renjun gemetar seperti anak tikus membuat Haruna semakin bernafsu.

Gadis itu menarik tangan Renjun hingga lelaki itu jatuh menimpanya. Dengan sedikit bringas Haruna langsung menyambar bibir mungil Renjun dan membuat lelaki itu gelagapan.

Tenaga Renjun sebagai seorang laki-laki memudahkan lelaki itu untuk menghindar namun Haruna yang terlalu bernafsu tidak ingin melepaskannya dengan mudah. Gadis itu kembali mendorong Renjun hingga terbaring kemudian dia menunggangi tubuh Renjun.

Nafas Renjun tersengal. Haruna melumpuhkannya seperti seorang predator dan membuatnya semakin takut.

"Haruna sadarlah. Kamu harus menjaga keperawananmu." Renjun berusaha membujuknya namun Haruna dan tatapan tak bersalahnya membuat Renjun tidak tega untuk berbuat kasar kepada gadis itu.

Love Partner | HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang