Katanya, tak perlu cemas. Cobaan tidak akan diberikan melampaui batas kemampuan diri.
Katanya, dibalik cobaan yang berat pasti akan dipertemukan dengan sesuatu yang indah.
Katanya, kita harus berjuang melewati beberapa hari yang buruk untuk mendapatkan hari-hari yang baik dalam hidup.
Gadis itu benar-benar merasa jengah setiap kali mendengar kalimat seperti itu. Andai kata kalimat itu benar adanya, lalu mengapa ia masih merasa dirinya selalu mendapatkan cobaan yang bertubi-tubi tanpa adanya jalan keluar sedikitpun.
Tidakkah bisa keluar dari cobaan itu dan merasa bahagia sebentar saja?
Gadis itu berjalan gontai menyusuri malam dalam keheningan. Ia masih mengenakan seragam sekolahnya dalam keadaan yang memprihatinkan, tas ransel sobeknya turut menjadi saksi biksu betapa menyedihkannya hidupnya.
Rambut indah yang disisirnya tadi pagi telah berubah menjadi kusut tak karuan. Kancing seragamnya yang semula masih lengkap kini sudah berlepasan tersisa tinggal tiga kancing lagi.
Segala omong kosong dari motivator yang acap kali didengarnya lewat podcast tak ada satupun yang berhasil merubah hidupnya.
Hidup ini terlalu singkat untuk menangisi apa pun, jadi tersenyumlah dan lakukan apa yang membuatmu bahagia.
Omong kosong. Bagaimana caranya dapat tersenyum bahagia jika bahagia yang sesungguhnya saja ia sudah lupa rasanya seperti apa.
Gadis itu terduduk lemah memeluk dirinya sendiri ditrotoar jembatan yang hampir setiap hari ia lewati. Setiap kali ia melewati jembatan besar itu tak jarang sekelebat suara membisikkannya untuk terjun bebas ke dasar sana.
Angin kencang dan petir yang mulai bergemuruh turut menemani malamnya. Tanda-tanda hujan akan tiba tetapi tak ada sedikit pun niatnya untuk beranjak dari tempat itu.
Gadis itu berdiri menghadap ke bawah sana dengan tatapan sendu. Jika hidup ini tersisa tinggal dirinya saja, ia berani bertaruh tak akan berpikir dua kali untuk melakukannya.
Tapi sekarang, masih ada satu orang yang menantinya untuk pulang dengan selamat meskipun orang itu sudah tak bisa bergerak untuk memeluknya lagi. Karena orang itulah alasannya untuk tetap hidup.
Menangis adalah obat, menangislah sebentar untuk melegakan hatimu.
Lagi-lagi omong kosong para motivator itu terus berlalu lalang dalam pikirannya. Bagaimana bisa mereka berkata seperti itu, apa mereka pernah merasakan apa yang tengah dirasakannya?
Lalu, apakah dengan menangis benar-benar membuat hatinya lega? Tidak. Bahkan air matanya sampai kering terkuras habis pun, itu tidak akan pernah merubah segalanya.
Ia memejamkan matanya—menghadapkan wajahnya keatas langit, hembusan angin malam membuat rambut panjangnya berterbangan. Tak peduli betapa menusuknya dingin malam dikulitnya, rasa sakit yang lebih jauh dari ini sudah sering dirasakannya.
Bahkan, keheningan malam yang tengah dirasakannya sekarang jauh lebih baik dari kehidupannya saat ini.
Gadis itu menarik nafasnya dalam-dalam. Bayangan tentang hal-hal yang menyakitinya berputar didalam otaknya. Bulir air matanya jatuh satu persatu bersamaan dengan air hujan yg mulai membasahi tubuhnya, ia terisak semakin kencang, dadanya sesak hingga nafasnya terasa tercekat.
Sementara diujung sana seorang cowok tengah mengamati gerak-gerik gadis itu. Matanya melebar menyaksikan pemandangan menyakitkan itu. Ia menepikan mobil sedannya dan berjalan pelan mendekat kearah gadis itu.
Gadis itu merentangkan tangannya sudah bersiap untuk terjun. Dengan sigap cowok itu menarik tangannya dan membawanya kedalam dekapannya.
Jika terlambat sedikit saja, nyawanya akan hilang.
Gadis itu terisak dan memukul dada cowok itu berkali-kali. Kematiannya telah diujung mata namun cowok itu datang bak pahlawan menolongnya.
"Kenapa ditolongin?!! Aku mau mati aja!" Teriaknya kuat hendak melawan suara rintik hujan. "Aku mau mati!!!"
Cowok itu terkesiap refleks melepaskan dekapannya, gadis itu mendorongnya hingga badannya terhuyung tak seimbang, sementara gadis itu segera berlari menjauh darinya.
Ia mengusap matanya yang perih karena derasnya air hujan, ia memandang punggung gadis itu yang perlahan kian menghilang.
Kesedihan apa yang dialaminya sampai ia berani berbuat senekat itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARMILA
Ficção AdolescenteKata siapa jatuh cinta itu akan terus terasa indah? Armila Eliana berani bertaruh bahwa cinta tidak selamanya indah. Dibalik setiap senyum manisnya, tersimpan rasa takut yang kerap kali menghantuinya. Sejauh apapun dirinya mencoba berlari pada akhir...