Elara 33 : ••• Nara •••

379 21 0
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

"Cinta itu anugrah terindah yang Tuhan berikan. Tapi cinta itu adalah luka ketika mereka salah mengartikan."

~~~~

"Hai," sapa Ara pada inti Lufiax. Bukannya caper atau bagaimana, Ara hanya tidak ingin terlalu sombong. Jadi, ketika Ara lewat, Ara menyempatkan menyapa inti Lufiax.

"Hai juga cantik." Andra menjawab sapa Ara dengan kedipan sebelah matanya. Ia juga menyugarkan rambutnya, agar Ara tertarik padanya.

Alfan tersedak minumannya, saat menoleh ke Andra. "Jijik!" seru Alfan, memegangi tenggorokannya.

"Ganteng gini juga." Andra menyugarkan rambutnya kembali, membuat Alfan menghela nafasnya.

Payah, kalau bicara sama orang tuli

"Tumben, nga gatel sama El," celetuk Andra yang asal bicara. Terkadang Andra mengucapkan kata yang tidak disaring dulu. Tidak memikirkan perasaan orang yang diajak bicara.

"Gue gatel ya, sama kak El?" tanya Ara lirih. Menunjuk dirinya sendiri sembari tersenyum. Hatinya sakit mendengar perkataan Andra yang membuatnya berkaca.

"Jaga ya omongan lo," kata Tio yang tidak suka. Ia maju ke depan, menatap Andra dingin. Tio menatap Meka yang memegang tangannya kemudian menggeleng.

Alfan segera memukul mulut Andra. "Apaan sih!" gerutu Andra, melepas tangan Alfan yang berada di mulutnya. "Bau terasi!" seru Andra mencium aroma terasi dari tangan Alfan. Alfan menatap Andra lalu tersenyum, mencium tangannya sendiri yang memang beraroma terasi.

"Emang lo gatel!" kata Serah sembari berjalan. Serah tidak sengaja lewat dan mendengarkan obrolan mereka. Setelah mengatakan itu, Serah pergi ke meja kantin yang kosong untuk membeli makanan.

Nabila dan Meka yang sedari tadi di belakang Ara hanya diam. Tapi setelah Serah lewat, Nabila tidak bisa diam. "Awas!" Nabila menghempaskan tangan Meka yang memegang kuat tubuhnya.

"Udah, nga usah disamperin!" cegah Meka, yang tidak ingin terjadi keributan antara Serah dan Nabila lagi, seperti yang lalu.

"Iya Nabila, nga usah. Nga penting juga," kata Ara menoleh ke Nabila. Nabila mengangguk lalu menghela nafas, berusaha mengontrol emosinya yang hampir meledak. Meka pun melepaskan tangannya Nabila.

Melihat tidak ada lagi urusannya, Ara dan yang lain berjalan mencari meja. Ara menoleh ke belakang, melihat El yang hanya diam saja. Ara ingin, El menyalahkan perkataan Andra. Namun Ara sadar diri, ia bukan siapa-siapa di kehidupan El. Hanya gadis asing yang selalu mengganggunya.

"Gue aja yang mesen," cegah Tio yang melihat Meka ingin beranjak dari duduknya. Meka mengangguk lalu duduk kembali. Tio berjalan pergi, menuju tempat penjual.

"Ra, sabar ya. Jangan di masukkan ke hati." Nabila mengelus punggung Ara pelan. Hanya ini, cara yang dapat dilakukannya.

"Iya, gue ngapapa. Gue juga nga sedih," ucap Ara lalu tertawa tidak jelas, berusaha mengubah suasana agar tidak berujung sedih.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang