Bagian 25

1.5K 87 11
                                    


Wasiat Cinta

*

*

Pesan Terakhir

* * *

Ali Assegaf tak pernah merasa gelisah berlebihan sampai-sampai jantungnya berdebar kencang membuat dirinya harus banyak mengatur nafas.

Saat ibuny saat dan harus di operasi gara-gara hidungnya retak akibat belajar sepeda motor, Ali tak segelisah seperti saat ini, saat istrinya tiba-tiba mengadu jika perut berisi janin empat bulan lebih itu sakit bukan main.

Beruntungnya, saat Ali tergesah membawa tubuh lemah istrinya menuju ruang UGD untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter, sang dokter mengatakan jika keadaan istrinya itu baik-baik saja, hanya saja beberapa hari terakhir ini terlalu stress mengakibatkan keram sampai mual berlebih karena istrinya itu juga kurang vitamin dan kurang mengonsumsi makanan sehat untuk ibu hamil pada umumnya yang sering di anjurkan dokter.

Para keluarganya sudah diberi tahu tentang apa yang menimpa Kinanti, awalnya seluruh keluarga akan datang kerumah sakit karena Kinanti harus di infus dan menginap sampai infusannya itu habis, tapi karena Ali mengatakan jika semuanya baik-baik saja dan dengan saran yang cukup masuk akal, Ali meyakinkan jika mereka tidak perlu datang kerumah sakit, cukup mendoakan saja agar Istrinya itu cepat pulih agar bisa pulang lagi dan berkumpul bersama.

Kinanti yang baru saja sadar beberapa waktu, bersandar pada bantal tidur sambil mendengarkan penjelasan dokter agar dirinya lebih banyak makan makanan yang bergizi dimasa kehamilan saat ini.

Setelah dokter itu pamit undur diri, Ali pun berjalan pelan menghampiri istrinya.

"Gimana? Masih mual?" Tanya Ali dengan nada lembut serta khawatir yang masih tersisa.

"Udah mendingan kok" Ali menghembuskan nafas leganya, "Mas udah makan?" Tanya Kinanti kepada Ali yang kini duduk dibangku dekat kasurnya.

"Belum. Saya belum laper" jawab Ali

"Mas makan dulu aja gih, aku sendirian disini gakpapa" suruh Kinanti, ia tak bisa melihat wajah pucat milik suaminya yang kelelahan sedari pagi menjaga dirinya.

"Tapi....."

"Gak ada tapi-tapi. Nanti kalo Mas juga sakit gimana? Tega sama aku? Lagian bentar lagi kayaknya mbak Alana dateng, aku pasti ada yang jagain selama Mas makan" Seharunya ada Mbak Susi dan Bang Rian disana, namun karena Radit rewel disebabkan sudah terlalu lama dirumah sakit, akhirnya Ali memutuskan untuk menghubungi Alana agar bisa bergantian berjaga disana, dan membiarkan Bang Rian dan Mbak Susi agar segera membawa Radit pulang, merasa kasihan kepada bocah kecil itu yang sejak tadi mengajak kedua orangtuanya untuk pulang.

"Gakpapa? Saya bisa beli makanan, terus makan disini kok, kamu ten— "

Tok

Tok

Tok

Suara pintu diketuk terdengar membuat Ali menghentikan ucapannya lalu beranjak untuk membukakan pintu.

"Assalamualaikum, Mas?" Salam Alana kebetulan datang bersama pria yang beberapa terakhir ini sering bersama mereka, apalagi setelah batalnya pertunangan adiknya itu, pria yang diketahui teman sekaligus karyawan dirinya makin gencar saja mendekati si bungsu Alana.

Sebenarnya Ali tak masalah akan hal itu, meskipun dulu ia pernah dilanda rasa cemburu gara-gara pria bernama Nando itu sering dekat dengan Kinanti, tapi melihat hubungan mereka yang tidak lebih dari sekedar teman sekolah sekaligus kawan baik sampai sekarang, Ali tak pernah melarang apapun kepada Nando yang terang-terangan menyukai adiknya. Hanya saja, sepertinya kasus Nando ini harus berjuang lebih  keras karena Alana sendiri menolak habis-habisan pria yang lebih muda dari adiknya itu, apalagi Alana ini kesayangan Eyang Raga yang notabenenya adalah orang yang paling memiliki hak lebih atas apa yang Alana lakukan dan inginkan.

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang