Junghwan menyusul Doyoung dengan langkah tertatih, tendangan suaminya ternyata cukup kuat, nyeri yang ia rasakan justru bertambah parah seiring dengan gerakan kakinya yang makin cepat.
"So Doyoung." Ucap Junghwan setelah berhasil menyamakan posisi, ia menarik pergelangan tangan Doyoung untuk membuat langkahnya berhenti.
"So Doyoung? Bukannya kamu baru aja ngenalin aku sebagai Kim Doyoung, sahabatmu ke orang asing barusan?" Balas Doyoung tanpa menoleh, ia tidak lagi berlari setelah melihat Junghwan berjalan timpang dari ujung matanya.
"Bukan orang asing, itu temen kuliahku." Jelas Junghwan singkat, ia kemudian menggiring tubuh Doyoung untuk duduk di kursi panjang yang ada di tengah mal. "Dengerin aku dulu." Lanjutnya setelah membuat Doyoung duduk tenang di sebelahnya.
Tangan Junghwan tidak melepas pegangannya di pergelangan tangan Doyoung dan justru bergerak naik untuk menggenggam jemari suaminya. "Temen-temenku di sini belum tau soal kita, dan Jiho termasuk orang yang berpengaruh di lingkunganku. Kamu pikir bakal gimana chaos nya kalau orang lain tau pernikahanku tapi bukan dari mulutku sendiri?" Jelas Junghwan pada akhirnya.
Penjelasan yang cukup masuk akal menurut Doyoung, tapi ada satu hal yang mengganjal.
Bukankah seharusnya Junghwan mengenalkannya sebagai kekasih atau sesuatu yang mirip dengan itu? Kenapa malah sahabat nya?
"Selama ini masih ada di tangan kita, kamu tetep suamiku, begitu juga sebaliknya." Lanjut Junghwan seraya mengusap pelan jari manis Doyoung, tempat cincin pernikahan mereka melingkar dengan sempurna.
Doyoung merasa bodoh, tidak ada lagi orang yang mengalahkan kebodohannya karena ia malah dengan mudahnya menuruti perintah Junghwan.
Permintaan maaf dan penjelasan seadanya membuat hatinya luluh, sejak ia menginjakkan kaki di Seoul, Doyoung merasa kebodohannya kian menjadi. Seharusnya ia marah, menuntut penjelasan lebih, berkata bahwa Junghwan adalah laki-laki brengsek yang tidak mau mengakui suaminya sendiri.
Tapi tidak ada satu pun dari semua kalimat di atas yang keluar dari mulutnya, ia hanya mengangguk dan kembali mengikuti Junghwan untuk masuk ke supermarket yang ada di pusat perbelanjaan.
Sambil sesekali menggigit bibir bawah sebab merasa bersalah atas kaki Junghwan yang kini tampak tidak baik-baik saja.
"Maaf." Cicit Doyoung pelan, ia tidak berhenti memandangi tiap langkah suaminya, ringisan pelan kadang keluar dari mulut Junghwan ketika kakinya tidak sengaja menyenggol troli yang ada di depan.
Junghwan menggeleng, berkata bahwa ia baik-baik saja sambil melemparkan senyum terbaik yang ia punya.
Agenda membeli kebutuhan rumah tangga mereka selesai dalam waktu singkat, kini Doyoung sibuk membantu Junghwan memasukkan beberapa kantong belanja ke dalam bagasi mobil. Untuk sesaat ia melupakan sosok yang belum lama muncul di hadapannya, Jiho? Ingatkan Doyoung untuk mencari tahu soal dia di rumah nanti.
Tentu ketika Junghwan pergi bekerja, Doyoung jelas tidak ingin dianggap terlalu peduli tentang siapapun orang yang pernah singgah di hidup Junghwan, toh ia hanya suami di atas perjanjian yang mereka tulis. Bahkan pernikahan mereka pun belum didaftarkan secara sah, Doyoung bisa meninggalkan Junghwan kapan saja,
begitu pula sebaliknya.
Ketakutan mendadak hinggap di tubuhnya, kemungkinan bahwa Junghwan yang sudah mempunyai kekasih sebelum ia pulang ke tempat kelahirannya, bisa saja Junghwan sebenarnya sudah berencana menikah dengan orang lain? Maka kemungkinan besar Doyoung akan diusir dari rumah Junghwan setelah kekasihnya tahu tentang pernikahan atas dasar kasihan yang Junghwan lakukan tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buttercup [Hwanbby]✔
FanfictionBegitu banyak ingatan masa kecil yang terlintas di pikiran Junghwan begitu melihat Kim Doyoung, sahabatnya yang memilih untuk menetap di kampung halaman bahkan hingga umurnya sudah jauh dari kata remaja. Tapi hanya satu yang benar-benar tergambar je...