"Shotaro, dengarkan baik-baik, Ayah tidak akan mengulanginya dua kali. Jangan menyela dan jangan membantah. Untuk menghindari hal yang terjadi pada kedua kakakmu terjadi juga padamu, kau akan Ayah nikahkan dengan anak teman Ayah bulan depan."
Dalam keadaan lelah bukan main selepas pulang kuliah sore, Nakamoto Shotaro terduduk di sofa ruang tamu dengan puluhan tanda tanya imajiner berkumpul di sekeliling kepala, dipaksa memproses kata-kata yang diucapkan oleh mulut seorang Nakamoto Yuta.
"Haah!? Tapi Ayah-"
"Ayah dan papamu sudah dibuat pusing dan menyerah oleh kedua kakakmu yang sekarang entah berada di mana. Aku benar-benar tidak peduli lagi, cuma kau yang Ayah anggap anak mulai sekarang."
Mulut Shotaro setengah terbuka, hendak menyampaikan keberatan saat pria yang lebih tua menegakkan punggung serta menekan tiap kata yang beliau ucapkan dalam nada tinggi.
"Perbuatan yang mencoreng nama baik keluarga Nakamoto tidak akan diampuni!"
Berusaha memahami keadaan, Shotaro urung melanjutkan niatnya. Ia kembali terdiam membiarkan orang tua itu mengutarakan apa yang memang ia ingin sampaikan.
"Semua orang mengira Ayah tidak becus mendidik kalian, menjaga kalian. Itulah kenapa Ayah selalu bersikap protektif, banyak orang tolol bermulut manis di luar sana. Tapi tetap saja kedua kakakmu-ah sudahlah. Lihat saja kalau mereka tiba-tiba pulang dan menyesal. Tidak akan kubukakan pintu untuk mereka." Yuta menyisir keras rambut gelapnya ke belakang untuk meredam emosi.
Shotaro tersenyum kecut. Ia meremas tangannya sebelum memberanikan diri tuk bicara.
"Ayah..."
"Hm?"
Suara geleguk ludah yang ditelan susah payah menuruni tenggorokan mendengung di telinga Shotaro.
"Bukankah aku terlalu muda untuk menikah? Usiaku belum genap 21."
"Papamu menikah dengan Ayah waktu umurnya 20," balas Yuta dengan mudahnya.
"Itu dulu," sela Shotaro lirih, namun tatapan tajam sang ayah segera membungkam mulut sang putra yang Yuta pikir agak sembrono.
Pria dengan usia berkisar antara 40 sampai 45 tahun itu kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, menyangga salah satu sisi kepala menggunakan kepalan tangan.
"Ya, dulu sebelum pergaulan bebas merajalela di mana-mana. Sebelum pacaran sudah menormalisasi seks bebas. Kau tahu? Menggandeng tangan papamu saat pacaran saja malunya bukan main." Tubuh lelaki berbahu tegap itu condong ke depan, menatap mata bulat darah dagingnya. "Ayah yakin kau tidak se-innocent itu, Shotaro."
"Aku tidak melakukan seks bebas, Ayah."
Shotaro tidak berbohong tapi entah mengapa keringatnya mengucur dingin melalui sela-sela jarinya.
"Belum. Dan untuk mencegahnya, Ayah akan memberimu seorang suami. Kita ini keluarga terpandang, Shotaro. Hamil di luar nikah seperti kedua kakakmu adalah aib besar!" Yuta kembali menarik tubuhnya menjauh ke belakang. "Kalau kau punya suami sah kau bebas mau seks di mana saja kapan saja dan punya anak berapa, Ayah malah senang."
Shotaro membulatkan matanya mendengar kalimat blak-blakan dari ayahnya sendiri.
"Aku sama sekali tidak tertarik dengan berhubungan seks apalagi punya anak. Bukannya aku sudah bilang kalau aku ini penganut child free, Ayah?"
"Oh." Untuk beberapa saat ekspresi linglung tercipta di wajah serius itu, sebelum kembali ke semula dalam satu kejapan mata, "Tapi Ayah tidak percaya padamu. Ayah punya trust issue semenjak dikhianati kedua kakakmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARADE|SUNGTARO
Fanfiction"Bagaimana cara membuat suamiku membenciku?" . . Dua keluarga yang sudah terlanjur dibuat malu oleh kelakuan anak-anak mereka bertekad menjodohkan putra bungsu mereka demi menghindari hal yang tidak diinginkan. Sungchan dan Shotaro, dua anak muda y...