"Setiap saat semesta berbisik kepadamu."
- Denise Linn-•
•
Tiga hari sudah berlalu, besok adalah hari diadakannya festival antar sekolah. Selama seminggu kami berlatih untuk menampilkan penampilan terbaik kami di pembukaan acara.
Sepulang dari taman lusa lalu aku berkata pada anak lelaki itu mungkin untuk tiga hari kedepan aku akan sangat sibuk berlatih, aku juga mengundangnya untuk ikut serta dalam memeriahkan acara festival tahunan antar sekolah itu.
"Semangat ya, malam ini tidur yang cukup!" ibu tersenyum seraya mengangkat kedua tangannya yang terkepal membentuk sebuah isyarat memberi semangat, Malam itu kami baru saja menyelesaikan makan malam.
Ibu mengambil cuti selama seminggu yang artinya tersisa waktu dua hari lagi, sabtu dan minggu.
"Ibu akan datangkan?"
"Tentu saja, ibu akan melihat penampilan mu" ibu berdiri merapikan piring dan meletakkannya ke wastafel cuci piring, "maaf jika penampilanku nanti tidak sebagus yang ibu bayangkan" aku menunduk menatap meja kayu yang di lapisi kain kotak-kotak berwarna merah dan putih.
Ibu terdiam begitu pula dengan dengan ku, hingga angin sepoi-sepoi dari jendela menerpa ruang hampa dapur. "Ah lupakan, biar aku saja yang cuci piringnya" aku berdiri dan mengambil apron yang tergantung tak jauh dari wastafel.
•••
Aku menatap pantulan diriku di depan cermin panjang di sudut kamar, drees putih selutut membalut tubuhku. Rambut hitam panjang yang di kepang tipis di bagian depannya lalu di ikat ke belakang, aku tidak tau ini pelampilan yang sempurna atau tidak yang jelas Annalice akan terlihat lebih menawan dari pada diriku.
Aku turun dari tangga dan mendapati ibu sudah berada di dalam mobil berukuran mini berwarna merah tengah menungguku di depan halaman rumah, aku berjalan keluar dan mengunci pintu sebelum masuk ke dalam mobil. "Putri ibu benar-benar cantik!" ibu tak henti-hentinya memujiku sejak sarapan tadi, padahal menurutku penampilan ku jauh dari kata cantik, manis, elegan atau apalah itu yang selalu ibu ucapkan.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman, lantas melirik biola yang bertengger manis di sampingku, aku berharap semoga acara ini berjalan dengan lancar, dan aku berharap semoga anak lelaki itu--atau yeah..namanya Atlas--semoga dia datang dan menyaksikan penampilanku.
Hubungan kami semakin dekat setelah perkenalan yang cukup singkat minggu lalu, dia sering mengajakku berbincang seputar.. Yeah, aku tidak tau. Obrolan kami abstrak hingga sulit di jelaskan.
Tiga puluh menit berlalu, deru masin mobil berhenti berbunyi. Aku keluar dari mobil dan memandang sekitar sekolah yang sudah ramai oleh anak-anak dari sekolah lain ataupun orang tua yang ikut berkunjung, ibu berjalan berdampingan di sisiku, aku menuntunnya untuk duduk di kursi yang telah di siapkan panitia untuk menyaksikan rangkaian pembukaan acara, sementara aku pergi ke lantai dua gedung tepatnya ke ruang musik untuk bersiap bersama Annalice dan.. Jay?
"Kalian sudah lama datang?" aku bertanya setelah melihat keduanya sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing, Ann's yang sedang membaca seutas kertas yang ku yakini sebuah lirik lagu yang akan kami bawakan serta Jay yang sedang mengotak-atik semacam alat instrumen yang aku tidak tau bagaimana cara pakainya.
Mereka mengalihkan perhatiannya pada ku yang lantas membuatku mendekat pada sebuah meja dan meletakkan biola ku di atasnya. "Tidak, aku baru saja sampai" Annalice berucap singkat kemudian datang menghampiriku, "oh sungguh, kamu terlihat sangat cantik Azura!" dapatku lihat pancaran aura positif selalu keluar dari seorang Annalice. Aku tidak tau, gadis itu selalu membuat suasana menjadi tenang bahkan dalam keadaan seperti sekarang.
"Tidak, kamu yang terlihat begitu menawan Ann's!" gadis itu hanya tersenyum menanggapinya, "kalian semua sudah siap?, ayo kita turun!"
Tanpa aba-aba Annalice melenggang pergi keluar, tampaknya ia begitu bersemangat untuk tampil, tidak sepertiku yang selalu di landa perasaan cemas. "Ayo!" kemudian Jay keluar, anak itu tampak lebih pendiam hari ini, atau hanya prasangka ku saja mungkin dia juga sama keadaannya seperti ku.
•••
Selama kami tampil, tak sekalipun aku melihat keberadaan Atlas, kemana anak itu?
Atau dia memang tidak datang?
Apakah dia lupa?
Setelah turun dari panggung aku menemui ibu yang langsung menghampiriku di belakang panggung, kata ibu setelah acara ini selesai ia akan mengajakku makan siang di cafe dekat sini, mungkin sebagai perayaan kecil-kecilan?
Aku pergi menuju tempat bazar setelah izin kepada ibu yang sedang bercakap riang dengan ibunya Annalice, aku tidak tau keberadaan gadis itu yang jelas sekarang aku hanya sendiri berjalan di kerumunan orang-orang yang juga hendak membeli makanan dan minuman.
Setelah mendapatkan apa yang ku inginkan, aku pergi memilih tempat yang sekiranya sepi untuk bisa makan dengan tenang. Dan taman belakang sekolah adalah pilihan terbaikku.
"Kamu kemana aja sih!"
Aku menoleh kala melihat seseorang yang sangat familiar muncul di hadapan ku "kamu yang kemana saja!"
"Aku ingin menemui mu setelah kamu tampil, tapi aku sama sekali tidak melihat mu, kamu seperti hilang di telan bumi" anak laki-laki itu duduk di samping kiriku sambil meluruskan tangannya pada sandaran kursi, kalian tau lah kan bagaimana posisi nya.
"Ku pikir kamu tidak datang dan menonton penampilan ku" aku memajukan bibirku ketika mengatakannya, lucu memang saat ku pikir itu adalah hal yang kekanak-kanakan.
Atlas tampak tertawa ringan saat melihat raut wajahku yang sedang marah.
"Tidak kok, aku pasti akan menepati janji"
•
•
•
Huaaaaaaa
Ai lop Atlass!!!!!
:)
Azura 🗿
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe Sky
Fantasy"Ketika Langit mempertemukan kita di langit fajar dan mengakhirinya pada langit senja" "Aku pecinta Langit biru, dan kamu pecinta Langit malam" hanya di saat matahari terbit dan terbenam kita bisa bertemu bercerita tentang Langit tertawa bersama alu...