***
14 Juni 2023
10:00 pagi
Hari ini, akhirnya aku akan memutuskan mencari Ibu, wanita yang telah melahirkan juga meninggalkanku 17 tahun yang lalu. Apa aku membenci Ibu? Jawabannya adalah iya. Meskipun begitu hidup harus terus berjalan bukan? Siapa tahu Ibu adalah orang yang tepat untukku, orang yang bisa membawa kebahagiaan ke dalam kehidupanku untuk pertama kalinya.
Jujur saja aku sedikit bingung darimana harus memulai, sedangkan keluargaku tidak pernah membahasnya. Apa aku harus mencoba menanyakannya? Tetapi aku terlalu takut, aku takut akan membuka luka lama yang sudah mulai mengering.
-Renjun.
Renjun meletakkan pulpennya di atas nakas, ia menaruh kepalanya di atas lipatan lengan. Ia bingung sekali, bagaimana ia bisa mencari ibunya jika rupa ibunya pun ia tidak tahu. Minggu ini adalah kesempatannya untuk menemukan wanita yang sudah melahirkannya itu, Renjun tidak mau kesempatan ini terbuang sia-sia.
Brak!
Pemuda itu bangkit dari duduknya hingga menyebabkan kursi yang ditempatinya terjatuh. Dengan tergesa-gesa Renjun mengambil jaketnya dan memasukan ponselnya ke dalam saku belakang celana jeansnya.
"Eh bang, gue ada martabak nih!" Chenle berteriak melihat Renjun yang keluar dari kamarnya terburu-buru.
Kamar mereka saling berseberangan, tidak jarang pula mereka saling berbagi makanan atau menginap di kamar salah satunya.
"Sibuk gue! Nitip Jemuran ya Le! Gue pergi dulu." Balas Renjun.
"Tiati Bang!"
Renjun mengangkat jempolnya tanpa menoleh, dirinya buru-buru hendak mengejar jadwal bus yang mengarah ke rumahnya. Pemuda itu berlari menuju halte yang untungnya tidak terlalu jauh dari kosannya.
Bruk!
Saking cepatnya Renjun berlari, sampai-sampai ia tersandung kakinya sendiri dan mendarat kencang di aspal. Pemuda itu meringis karena tangan dan kakinya yang lecet bergesekan dengan tekstur aspal yang kasar.
"Ck, sekarang bukan waktunya ngeluh." Ucapnya pada diri sendiri.
Untung saja ia datang tepat waktu, jika tidak ia harus menunggu selama dua jam untuk mendapat bus jurusan rumahnya. Renjun duduk di kursi paling belakang dekat dengan jendela, ia menyandarkan kepalanya pada kaca sambil memikirkan apa yang harus ia katakan pada papa dan mamanya nanti.
'Apa langsung to the point aja ya?'
Renjun menggeleng merasa itu adalah ide yang buruk, bisa-bisa ia langsung diusir dari sana. Beruntung jika hanya diusir, bagaimana jika ia tidak diperbolehkan untuk datang lagi? Selamanya ia tidak akan tahu siapa ibu kandungnya.
Pusing memikirkan itu, Renjun memutuskan untuk menikmati pemandangan diluar jendela. Karena bosan, ia merogoh ponselnya untuk mengambil foto selfie dan menulis caption, Wish me luck di note ponselnya.
Wish Me Luck 🙂
'Sepertinya aku akan mencetak foto ini dan menempelkannya di buku.' -batin Renjun.
Satu jam kemudian Renjun telah sampai di gerbang rumahnya, tampak sepi jika dilihat dari sudut pandangnya. Ia berdiam diri cukup lama untuk mengumpulkan keberanian, hingga ia membuka gerbang itu pelan dan berjalan masuk sembari beberapa kali menyapa asisten rumah tangga disana.
"Bi, mama sama papa ada?" Tanya Renjun pada seorang wanita yang tengah menyiram tanaman.
"Tuan sama Nyonya ada di halaman belakang den, sama ada keluarga pa Dodi juga sama kakek nenek." Jawab wanita itu.
Renjun membulatkan matanya. Sial! Ia datang di waktu yang sangat tidak tepat. Kalau begitu, pasti ada Tante Yolanda dan kakek neneknya yang sangat terang-terangan membencinya. Pemuda itu hendak berbalik pulang sebelum sebuah suara memanggilnya.
"Dimana sopan santun kamu, datang ga nyapa, pulang ga pamit. Saya yakin anak saya pasti ngajarin sopan santun sama kamu." Ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja membuka pintu utama.
Dengan langkah berat Renjun menghampiri neneknya dan berjalan masuk ke dalam rumah. Jujur saja ini adalah situasi yang paling dibencinya, berada di tengah-tengah keluarga besarnya yang sedang bersenang-senang.
Terdengar sayup-sayup suara Jaemin dan Mark bersahutan diiringi gelak tawa para orang tua di sana, Renjun semakin berkeringat dingin. Apa ia akan mengacau lagi?
"Bang Mark, nanti kalau aku jadi masuk kedokteran, mau gak diperiksa sama aku?" Tanya Jaemin.
"Belajar yang bener makanya, mana ada dokter tapi Biologinya remed." Mark mengusak surai Jaemin.
Renjun menundukkan kepalanya melihat interaksi Jaemin dan Mark, sedikit banyaknya ia merasa iri karena Mark tidak pernah berlaku manis padanya, bahkan menganggapnya adik pun sepertinya Mark tidak sudi.
Kriett!
Hening, seketika semua berhenti bicara saat Renjun hadir disana. Jaemin menoleh dan tersenyum melihat kehadiran Renjun, sementara Mark menatap malas padanya. Jeno yang sedang bersandar di sofa dan memainkan game di ponsel pun melihat ke arahnya berdecak malas lalu melanjutkan aktivitasnya.
"Injun!!!" Jaemin berlari menghampirinya dan menerjangnya dengan pelukan hangat.
"Na, jangan lari-larian." Itu Dodi, Ia tersenyum tipis pada Renjun.
"Ck, ngapain sih dia disini." Sinis Yolanda.
"Bun..." Dodi menatap istrinya memperingatkan.
Renjun hendak menyalami kakeknya, namun pria paruh baya itu tidak menyambut uluran tangannya membuat Renjun kembali menurunkan tangannya dan hanya tersenyum padanya.
"Njun, udah makan belum? Masih ada ayam kecap sama kangkung tuh di dapur." Ucap Ratna.
"Iya mah."
Berakhir Renjun menginap di rumah orang tuanya, ia menempati kamar lamanya bersama Jaemin, Jeno dan Mark. Sedangkan Om tantenya menempati kamar Mark dan kakek neneknya di kamar tamu.
Renjun tidak bisa tidur, bahkan saat jam menunjukkan pukul 12 malam ia masih bergerak tidak nyaman di atas kasur. Memastikan ketiga saudaranya sudah menyelami alam mimpi, Renjun mengambil buku hariannya untuk menuliskan progres hari ini.
14 Juni 2023
00:10 Malam
Waktunya tidak tepat! Keluargaku sedang melakukan kumpul keluarga dan tidak ada kesempatan untuk berbicara berdua dengan papa. Dan sekarang aku terjebak di rumah ini sampai dua hari kedepan hingga kakek dan nenek pulang. Ibu, maukan menunggu Renjun sebentar lagi?
Day 1 : Failed
-Renjun
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka -Renjun ft. NCT DREAM
FanfictionKedatangannya adalah sebuah malapetaka, kehadirannya menyakiti orang sekitarnya. Lalu Renjun harus apa? Apa ia harus menghilang agar semua orang bahagia?