Budayakan vote dulu sebelum membaca >3
Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.
🏵️🏵️🏵️
"Gue duluan ya," pamit Ara pada ketiganya yang dibalas anggukan.
Setelah angkotnya datang, Ara langsung naik. Rasa kantuk yang tadinya sudah hilang kini muncul kembali. Ia ingin segera sampai di rumah agar bisa tidur.
Sesampainya di rumah, Ara masuk ke dalam rumah dengan kaki yang diseret secara paksa.
"Assalamualaikum..." ucap Ara lemah sembari mendorong pintu depan.
"Waalaikumsalam," balas Elisa yang sedang menonton televisi. Ia heran, melihat putrinya yang terus aneh sedari tadi pagi.
Elisa ingin menjumpai putrinya, tapi Drakor yang ditontonnya muncul mengakibatkannya menunda untuk bertemu putrinya. "Nanti aja," gumam Elisa.
Ara tidak ingin mengganggu mamanya karena mamanya terlihat asik menonton televisi. Ia memilih melanjutkan jalannya menuju kamar. Setelah membuka pintu kamar, Ara menutupnya kembali lalu meletakkan tasnya terlebih dulu sebelum melangkah ke tempat tidur untuk menidurkan tubuhnya.
Perlahan mata Ara yang terbuka menjadi tertutup. Rasa kantuk yang sedari tadi ditahannya langsung membuatnya tertidur. Bahkan Ara belum sempat mengganti pakaiannya tapi sudah tertidur pulas.
🏵️🏵️🏵️
Saat ini Nara berdiri di depan rumahnya untuk menyiapkan perpindahannya. Nara menatap rumahnya lalu menoleh pada El yang barusan turun dari mobil.
"Bantuin gue ya," pinta Nara, menunjukkan wajah memelas dengan mata berkedip-kedip lucu. El tersenyum gemas lalu mengangguk.
Nara pun langsung mengambil tangan El untuk menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Nara melepaskan cekalan tangannya pada El. Ia membuka lemari lalu mencari koper yang di simpan di bagian bawah. Nara mulai memilih pakaian-pakaiannya, mulai dari pakaian tidur, kaos, celana dan dalaman.
Melihat Nara yang sibuk, El memilih berjalan mengelilingi kamar sahabat kecilnya tersebut. Kamar yang luas, penuh dengan pernak-pernik dan pastinya aesthetic, benar-benar Nara banget. Termasuk koleksi motor-motoran yang terpajang, membuat El tersenyum.
"Masih suka balapan?" tanya El sembari mengambil satu motor yang begitu cantik.
Nara menutup kopernya yang sudah penuh. Ia menatap El lalu mengangguk. "Iya," jawab Nara sembari cengengesan.
"Aman?"
"Aman dong," jawab Nara sembari berjalan menuju El. Nara menepuk pundak El membuat El langsung menghadap ke belakang.
"Udah siap," kata Nara sembari memegang gagang kopernya.
Melihat koper Nara yang terlalu besar, membuat jiwa peduli El bangkit. Ia mengambil koper Nara membuat sahabat kecilnya itu terkejut lalu tersenyum. "Peka banget," ucap Nara gemas. Karena sangking gemasnya, Nara sampai mengelus rambut El.
"Gemes!" seru Nara yang hanya dibalas dengusan dari El. El merapikan kembali rambutnya kemudian pergi meninggalkan Nara sendirian.
"Dih, ngambek!" Nara tertawa lalu mengejar langkah El yang begitu besar.
"Bentar, gue kunci dulu." Nara mengunci pintu rumahnya. Pembantu yang membersihkan rumahnya akan datang setiap hari dan Nara juga akan sering mengecek rumahnya.
El membuka pintu mobil bagian tengah lalu memasukkan koper Nara di sana. El pun membukakan pintu mobil untuk Nara. "Manis banget sih." Nara kembali tersenyum lalu masuk ke dalam mobil.
🏵️🏵️🏵️
Tok Tok Tok
Bik Asih berjalan ke pintu utama lalu membukakan pintu yang langsung menampilkan El dan juga Nara. Bik Asih membukakan pintu, menyambut mereka datang. El berjalan masuk lalu menyalim tangan bik Asih begitu juga Nara.
"Apa kabar, Bik?" tanya Nara setelah memeluk bik Asih.
"Baik. Udah lama nga ke sini," kata bik Asih yang memang benar. Dulu Nara sering sekali datang ke rumah ini dengan kedua orangtuanya.
Nara tertawa lalu mendekat ke bik Asih. "El berubah, Bik," bisik Nara yang disetujui bik Asih.
El menyipitkan matanya, melihat interaksi kedua orang terdekatnya. Ia berjalan menuju kamar tamu, tempat yang akan ditinggali Nara.
"Duluan, Bik," pamit Nara tersenyum lalu berlari mengejar El. Bik Asih hanya mengangguk kemudian menutup pintu, kembali ke dapur.
Kamar tamu bersebelahan dengan kamar El, memudahkan keduanya untuk saling meminta bantuan. El membuka pintu kamar tamu yang tidak pernah ditempati. Kamar tamu masih begitu bersih, meskipun tidak pernah ditempati. Semua berkat bik Asih yang begitu rajin, mengurus semuanya seperti dahulu.
El masuk ke dalam, diikuti Nara di belakangnya. "Masih sama," celetuk Nara, melihat-lihat kamar yang dulu sering dilihatnya.
Nara mengambil kopernya lalu berjalan menuju lemari yang terletak di sudut. "Gue mau beres-beres. Kalau lo masih di sini ngapapa."
"Gue keluar."
Setelah kepergian El, Nara mulai memasukkan pakaiannya di lemari. Menata ulang kamarnya agar sesuai dengan kriterianya.
🏵️🏵️🏵️
Ara terbangun dari tidurnya sesudah dua jam tertidur pulas. Ia mengucek kedua matanya yang masih memburam sembari duduk di atas tempat tidur. Setelah penglihatannya jelas, Ara langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang masih mengenakan seragam sekolah.
Setelah selesai mandi, Ara turun dari kamarnya. Ternyata Ara tertidur lumayan lama, hingga langit yang tadinya biru cerah menjadi jingga. Ia mencari mamanya yang ternyata di luar, sedang menyiram bunga. Ara ingin menghampiri mamanya, tapi ia tidak memakai jilbab.
Ara masuk kembali ke rumah, memilih menonton televisi untuk meluangkan waktunya. Ia terus mengganti saluran televisi karena tidak menemukan siaran yang menurutnya cocok.
Brian masuk ke dalam rumah dengan wajahnya yang sedikit musam, setelah menyalim tangan mamanya.
Ara yang melihat abangnya hanya mengedikkan bahu. Perlahan-lahan langit mulai menggelap. Elisa langsung masuk ke dalam dan menutup pintu untuk melaksanakan kewajibannya.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
ELARA
Novela Juvenil[ USAHAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] DILARANG PLAGIAT!!⚠️⚠️ ----------------------------------------------------------------- Rara Adhisti Wijaya, panggil saja Ara. Gadis berjilbab yang ceria dan murah senyum yang langsung suka pada El Denandra ketik...