Bab 27

7.6K 529 53
                                    


Prilly tahu sejak awal memasuki kehidupannya Ali pasti tidak akan bisa menetap secara lama namun ia tidak menyangka jika pria itu akan secepat ini membuang dirinya.

Dengan wajah pucatnya, Prilly mengemaskan seluruh barang miliknya. Ia hanya membawa barang-barang yang memang ia dapatkan dengan uangnya bukan uang Ali.

Pandangan Prilly jatuh pada gaun panjang warna merah jambu yang waktu itu Ali berikan untuknya. Tanpa sadar Prilly menarik sudut bibirnya saat mengingat kembali bagaimana wajah datar Ali yang memerah karena ia puji romantis.

"Tidak kusangka ternyata kau pria yang romantis juga." Puji Prilly setelah membuka kotak rahasia yang Ali berikan padanya. "Kalau lagi romantis begini kau benar-benar terlihat tampan." Lanjutnya yang sontak membuat wajah Ali memerah bahkan rona merah itu sampai menjalar ke telinga pria itu.

"Kau merona?" Prilly semakin gencar menggoda Ali. "Tidak!" Jawab pria itu berusaha mengelak.

Bukannya berhenti Prilly justru semakin gencar menggoda pria itu sampai akhirnya Ali memilih pergi meninggalkan Prilly yang tertawa puas karena berhasil menggoda mafia tampan itu. Prilly benar-benar tidak perduli dengan pekerjaan yang Ali tekuni karena baginya Ali tidak seburuk itu setidaknya saat itu.

Namun hari ini, pria itu menunjukkan belang aslinya. Ali tidak hanya membuat dirinya hancur tapi pria itu berhasil menggantikan posisi Arlan di dalam hatinya meskipun pada akhirnya Ali mencampakkan dirinya seperti ini.

Setelah puas memeluk gaun merah jambu itu, Prilly kembali memasukkan gaun itu ke dalam kotaknya. Perlahan Prilly menutup kopernya setelah semua barang miliknya ia masukkan. Saat hendak bangun ia nyaris tersungkur karena rasa pusing yang mendera jika saja sepasang lengan kekar tidak memeluk pinggangnya mungkin Prilly sudah terbentur pintu lemari.

Prilly melirik sekilas lengan yang memeluk pinggang kecilnya setelah rasa pusing itu hilang perlahan Prilly melepaskan lengan Ali yang membelit lengannya.

"Terima kasih." Ucapnya sebelum meraih gagang koper miliknya. "Kau bisa pergi besok." Tahan Ali sambil memegang lengan Prilly.

Namun dengan cepat Prilly menjauhkan dirinya dari pria itu. Senyuman manisnya kembali terukir namun bukannya membuat hati Ali senang seperti biasanya tapi justru sebaliknya, hati Ali benar-benar remuk saat wanita didepannya ini memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja padahal jelas-jelas saat ini Prilly sedang tidak merasakan hal itu.

"Aku dan anakku akan baik-baik saja." Tekan Prilly sambil menyentuh perutnya. Ia sudah bertekad akan membiarkan kandungannya tetap tumbuh ia tidak akan menghilangkan janin ini meskipun ia hadir bukan karena keinginan orang tuanya tapi Prilly tetap akan menyayanginya sepenuh hati.

Ali kembali menelan ludahnya dengan kasar. Setiap kali Prilly mengungkit perihal kehamilannya selalu saja rasa sakit itu menyerang ulu hatinya. Bayangan Anna yang bersimbah darah kembali menekan ulu hatinya.

"Aku pergi." Pamit Prilly tanpa menghiraukan Ali lagi. Wanita itu benar-benar menyeret kopernya meninggalkan kamar yang selama ini ia tempati. Wajah pucatnya terlihat ceria bahkan ia masih bisa menyapa dan berpamitan pada Ratna dan yang lain.

"Jangan menangis! Aku hanya pergi dari rumah ini bukan dari dunia ini." Canda Prilly yang justru membuat lelehan air mata Ratna dan Karmila semakin deras.

Mereka baru saja berdoa supaya kebahagiaan dan kedamaian di rumah ini berlangsung lama. Tadi malam bahkan mereka sampai merayakan kebersamaan Ali dan Prilly bersama kawan-kawan mereka yang lain. Mereka seluruh orang yang berkerja di rumah Ali ini benar-benar sangat bersyukur dengan kehadiran Prilly namun sayangnya hari ini mereka justru kehilangan calon Nyonya yang sangat mereka harapkan itu.

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang