Selamat Membaca!
1408 words
Angin sore yang terasa segar membuat senyum tipis terbit di bibir Haruto. Dia menoleh kearah sebelahnya, dimana sang sepupu duduk di sampingnya.
Haruto yang awalnya merasa senang sebab sang sepupu mau di ajak keluar pun kembali sedih ketika melihatnya yang hanya melamun menatap kedepan.
Pandangan Haruto mengikuti dimana Jeongwoo memandang, tidak ada apapun disana kecuali telaga besar yang memantulkan cahaya oranye dari matahari sore yang mulai tenggelam di sebelah barat.
Tangan Haruto menggenggam tangan milik Jeongwoo erat, "Apa yang sedang kamu lihat disana?" Tanyanya tersenyum. Dia terkadang bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang hal itu.
"Tidak ada." Jujur Jeongwoo. Dia memang tidak melihat apapun, semuanya terasa hampa dan berwana abu.
Haruto mendekatkan dirinya sampai tubuhnya menempel ke tubuh Jeongwoo lalu tangan satunya yang bebas menyentuh pipi Jeongwoo kemudian membuat Jeongwoo menoleh kearahnya.
"Lihat aku kalau begitu." Tangan Haruto yang berada di pipi Jeongwoo turun ke leher jenjang miliknya.
"Apa yang perlu ku lihat di dirimu." Acuhnya sambil menyingkirkan tangan Haruto yang berada di leher miliknya.
Haruto hanya bisa tersenyum sendu mendengar jawaban sepupunya tersebut. Terlihat sekali jika Jeongwoo tidak tertarik kepada Haruto seperti Haruto tertarik pada Jeongwoo.
"Wajah tanpanku?" Gurau nya jahil dengan satu alis terangkat keatas. Tidak apa jika memang Jeongwoo tidak tertarik kepadanya, dia tetap tidak akan menyerah, tidak lagi.
Jeongwoo tidak menjawab. Dia akui Haruto memang tampan, semua orang yang pernah melihat wajahnya pasti tahu jika dirinya tampan. Dan Haruto sendiri pun tahu tentang fakta umum tersebut.
Kepala Jeongwoo menoleh kearah sebelahnya saat merasakan remasan kuat di tangannya, dia menatap Haruto bertanya. Wajah Haruto saat ini terlihat sedikit aneh di matanya.
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," jantung Haruto berdetak dua kali lebih cepat, perasaan takut dan khawatir memasuki dirinya, "Tentang ayah dan bunda..." Lanjutnya sambil memperhatikan perubahan wajah Jeongwoo yang begitu jelas.
Ayah dan bunda yang Haruto maksud adalah kedua orang tua Jeongwoo bukan orangtuanya."Apa?" Tanyanya dengan nafas tercekat.
Sebelum Haruto menyampaikan apa yang ada di pikirannya lewat kalimat dia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, kemudian Haruto mengangkat wajahnya lalu tersenyum hangat kearah Jeongwoo yang mulai berkeringat dingin.
Jika mengingat ayah dan bundanya bukan lagi perasaan bahagia yang Jeongwoo rasakan melainkan ketakutan dan sakit yang terasa menyesakkan dada.
"Aku memiliki niat untuk menghentikan penyelidikan yang saat ini polisi lakukan tentang pembunuhan ayah dan bunda. Bukan tanpa sebab aku melakukannya, aku hanya ingin kamu tidak merasakan lagi sakit maupun terbebani ketika polisi mengintrogasi mu tentang kronologi kejadian, juga agar kamu bisa membuka lembaran hidup baru tanpa harus mengingat kenangan buruk itu, yang perlu dirimu ingat hanyalah kenangan bahagia dan penuh canda tawa sebelum hal itu terjadi."
Jeongwoo terdiam dan tak lama kemudian matanya mulai berkaca-kaca dengan bibir yang bergetar hebat, dia menunduk menatap kearah rerumputan dengan senyum menyedihkan miliknya, "Memulai lembaran hidup baru dan melupakan kenangan buruk itu?" Jeongwoo tertawa hambar, "Mana mungkin aku akan melakukannya. Aku egois jika sampai melakukan seperti apa yang kamu katakan, egois karena mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaan ayah dan bunda yang tidak bisa tenang sebab pembunuh mereka belum di temukan sampai sekarang. Dan itu semua karena diriku.." satu tetes air mata turun membasahi rumput di bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙎𝙀𝙑𝙀𝙉𝙏𝙀𝙀𝙉 [ 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎 ]
FanfictionSeventeen, hari ulang tahun yang membuat semuanya berubah sebab suara tembakan yang beradu dan teriakan pilu. Hajeongwoo Haru Top Jewu Bott komen yang banyak jangan lupa, Jeje suka bacanya!